Bandara itu tampak dijejali oleh kerumunan orang.Hiruk pikuk penumpang datang dan pergi tanpa permisi.Wanita dengan sweater merah tua duduk terenung di kursi.Menatap kesedihan hidup yang baru saja bertamu kemarin sore.Wajahnya semakin pucat bak bulan kesiangan.Berulang kali air matanya terjun lepas landas secara beriringan lalu membasahi sapu tangan ungu yang tergenggam sejak tadi.Bibirnya mulai mengkaku,bergetar saat tergerak pelan.Suaranya lirih terlahap riuhnya angin.Semua seakan tak ada baiknya.Beruntung jilbab hijau itu masih setia memberikan keteduhan hatinya.
"Jangan bersedih Karin,ingatlah perpisahan ini hanya sementara."
"Tapi firasatku tidak enak mas."
"Jangan berpikiran seperti itu,mereka menginginkanmu pulang karena sudah pasti sangat rindu."
"Tapi aku kan baru pulang tujuh bulan yang lalu mas,aku khawatir kalau ibu dan bapak sedang merencanakan sesuatu untukku."
"Dengarkan masmu ini baik-baik.Orang tua itu harus dihormati,bila mereka menginginkan anaknya pulang,ya pulang saja.Jangan berpikiran macam-macam pada mereka.Patuhilah apa yang menjadi keputusan mereka.Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi.Percayalah kata-kataku ini."
"Baiklah,aku nurut padamu."
"Nah gitu dong calon istriku memang harus nurut padaku."
Wanita dengan kulit putih itu kembali tersenyum lebar setelah ditimpali gurauan kekasihnya.Heru memang pria yang sabar.Setiap menghadapi karin selalu penuh dengan sikap kedewasaan.
Mereka berdua sama-sama berada pada bumi perantauan,tepatnya di Malaysia.Karin bekerja sebagai salah satu operator di perusahaan manufaktur Malaysia,sementara Heru adalah sebagai teknisi mesin di perusahaan yang sama.Sama-sama seperjuangan dan memiliki satu tujuan.Sudah bertahun-tahun keduanya menjadi karyawan tetap di sana.Setiap setahun sekali keduanya pun sering mudik bersama ke Indonesia,namun kali ini tetiba Karin diminta untuk pulang secara mendadak oleh kedua orang tuanya yang ada di Jogja.Tanpa memberitahukan alasan,Karin terpaksa harus terbang hari ini juga.
Wanita berjilbab itu perlahan-lahan melangkahkan kaki meninggalkan kekasihnya setelah berjabat tangan.Pergi menuju ruang tunggu masuk kabin pesawat dengan menyeret koper biru.Tangisan itu seketika pecah saat pesawat benar-benar mengepakkan sayapnya di udara.Semakin mengecil lalu menghilang diantara rimbunan awan putih.
Heru masih setia berdiri di dekat pintu masuk.Menanti dengan harapan kekasihnya akan kembali lagi.Meski ia mampu memberikan petuah hebat pada Karin,namun sungguh hatinya tak sekuat itu.Tak pernah rela sedikitpun Karin pergi dari hidupnya,karena sudah terlalu lama mereka menjalin hubungan spesial.Dan rencana tahun depan kejutan lamaran itu akan segera dihaturkan agar semua pasti.
                      ♡♡♡       Â
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam,Alhamdulillah nduk.Akhirnya kamu pulang juga."
Karsih,wanita tua yang merupakan ibunya Karin menjawab salam serta menyambut putrinya dengan penuh riang.Sementara Taruno,ayah Karin sedang duduk di kursi tamu depan rumah.Karin dengan tanggap langsung sungkem pada kedua orang tuanya.Lalu duduk di kursi yang sama.
"Syukurlah nduk kalau kamu mau pulang,ada hal yang harus disegerakan."Ucap Taruno
"Ealah pak,mbok nanti saja menyampaikannya.Biar anak kita istirahat dulu." Sahut Karsih
"Tidak apa-apa,Karin memang harus segera tahu.Agar dia lebih siap dengan semuanya."
"Sebenarnya ada apa pak?Kenapa Karin tetiba disuruh pulang?" Sahut Karin
Suasana itu mendadak lengang,ketiganya sempat membisu sesaat.
"Baiklah nduk kalau kamu sudah tidak sabar ingin mengetahui.Jadi begini,tahun ini adalah tahun yang paling tidak beruntung sepanjang sejarah.Hasil panen bawang merah benar-benar mengecewakan,bahkan tidak mampu menutup hutang Bapak yang sebelumnya dijadikan modal.Sementara adik-adikmu membutuhkan biaya yang banyak untuk kuliahnya.Bapak sudah berada pada jalan yang buntu.Pak Warto sebagai pihak pemberi pinjaman menginginkan agar uang yang Bapak pinjam harus segera dikembalikan saat ini juga.
Bapak sudah berusaha pinjam kesana kemari,namun hasilnya tetap nihil.Bapak sudah berusaha menemui pak Warto sekaligus menjelaskan agar diberikan waktu lagi untuk membayar,namun beliau tetap bersikeras tidak mau dengan alasan uang yang dipinjam akan digunakan untuk mencarikan istri anaknya yang sudah kebelet nikah.Entah kenapa,tetiba pak Warto kepikiran untuk meminta kamu sebagai menantunya."
Karin mendadak diserang kejut luar biasa,apa yang ia khawatirkan benar-benar terjadi.Wajahnya mendadak layu,senyumannya terkikis habis.
"Kamu jangan takut Karin,perjodohan ini bukan seperti jual beli.Erik anaknya pak Warto itu bekerja sebagai guru.Meski duda,namun dia belum memiliki anak.Dia pernah mengalami kegagalan berumah tangga selama dua kali karena kedua istri sebelumnya telah meninggal.Bukan berarti setelah kamu menikah dengannya,nanti kamu juga bakalan mendadak meninggal.Bapak dengar mereka meninggak karena sebelumnya memang sudah sakit."
Karin hanya bisa mematung di kursi.Nyawanya melayang tinggi mengajak bertemu dengan Heru.Seolah ingin mengadu sekaligus melepas tangisan sendu.
"Bapak yakin kamu pasti bersedia menikah dengan anaknya pak Warto.Pikirkanlah keluarga kita Karin.Kebahagiaanmu juga akan menjadi kebahagiaan keluarga kita.Sawah yang kita miliki tidak akan jadi terjual,selain itu hutang kita juga akan dianggap lunas.Dan yang lebih penting lagi nasib adik-adikmu bakalan tertolong."
Kali ini air mata Karin jatuh tak tertahankan.Ia beringsut pergi ke dalam kamar.
                       ♡♡♡
Pernikahan itu telah terjadi.Sudah setahun berlalu Karin menikah dengan Erik.Mereka belum dikaruniai anak.Setiap hari Karin hanya berada di dalam rumah.Memasak,mencuci,menyetrika,persis layaknya seorang pembantu rumah tangga.Sementara suaminya sudah tidak bekerja lagi sebagai guru karena telah lama dipecat dengan kasus tindak kekerasan terhadap muridnya.Kini setiap hari hidup Karin terjebak cerita Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).Makian,pukulan,tamparan sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Tangisan demi tangisan selalu dia lepaskan agar seluruh dunia mengetahui nasibnya kini.Termasuk Heru kekasihnya.Semenjak pulang kampung di Jogja,Heru kesulitan menghubungi Karin.Hal itu bisa terjadi lantaran handphone milik Karin telah disita oleh Bapaknya,sehingga menjadikan Karin mati kutu.Terbelenggu sebagai korban keegoisan dari Bapaknya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H