Gus Dur meneladankan bahwa dalam kehidupan beragam dan banyak warna ini, manusia terdiri dari banyak wajah dan tugas pentingnya adalah belajar memahami, mengerti, saling memberi kesempatan dan memaafkan orang lain. Apabila setiap diri manusia saling memiliki cinta dan rasa pengertian antara satu dengan lainnya, tentu persoalan perbedaan agama dan keyakinan bukanlah hal yang patut dijadikan alasan perpecahan dan perselisihan.
Indonesia sebagai negara demokrasi yang berasaskan pancasila, menjadikan pancasila sebagai asas hidup bernegara, berbangsa dan filosofi hidup. Tertuang dalam sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Yaitu konsep hidup yang menjunjung tinggi nilai kemanusian secara adil dan setara. Bahwa setiap manusia adalah sama, setiap jiwa memiliki hak dan penghargaan yang setara. Sikap positif yang dicerminkan dalam sila kedua pancasila tersebut adalah penghormatan terhadap sesama manusia, martabat dan kedudukan serta hak asasi manusia. Penghormatan tersebut mencakup penghargaan dan pengakuan bahwa semua manusia memiliki nilai yang sama tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, warna kulit, golongan dan jenis kelamin.
Untuk itu, aktualisasi dari menjunjung nilai kemanusiaan yang diajarkan Gus Dur sebagai filosofi dan landasan gerak salah satunya adalah dengan menghargai perbedaan keyakinan dan agama. Sikap menghargai perbedaan keyakinan dapat dicerminkan dalam bentuk pemberian kesempatan melaksanakan ritual ibadah agama masing-masing tanpa adanya ketakutan dan ancaman. Pemberian pengertian dan berbagi rasa aman dalam menjalankan pedoman dan ajaran agama masing-masing.
Rumah kemanusiaan GUSDURian menjadi contoh kecil dan sederhana. Bahwa semua manusia dengan lingkungan masyarakat bagaimanapun dapat mewujudkan kehidupan damai. Damainya kehidupan dengan saling memberi pengertian dan menghargai perbedaan antara sesama. Saling memberi kesempatan dan menjunjung kemanusiaan.Â
Indonesia sebagai negara demokrasi menjunjung tinggi hak dan kebebasan berpendapat dan berkeyakinan. Semua umat manusia tidak dapat disatukan dalam agama yang sama, tapi semua umat beragama dapat disatukan dalam isu kemanusiaan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kemanusiaan adalah nilai tertinggi dalam falsafah hidup berpancasila. Diatas perbedaan agama dan keyakinan apapun, ada nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi.
"Kemiskinan terbesar bukan karena orang tidak bisa makan. tapi orang yang tidak dianggap, tidak beridentitas dan tidak dikenal", dikutip dari salah satu relawan rumah kemanusiaan GUSDURian. Â Ia berpandangan bahwa bencana terbesar bagi umat manusia adalah bencana sosial. Dimana seorang manusia tidak mau lagi memperdulikan manusia lainnya yang membutuhkan atau sedang kesusahan.
Hakikatnya manusia diciptakan untuk saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan satu sama lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tentu saling berkaitan. Hilangnya kepekaan dan rasa peduli dari diri manusia akan menimbulkan dampak bencana sosial yang besar.Â
Nilai kemanusiaan ala Gus Dur direfleksikan dalam kehidupan rumah kemanusiaan GUSDURian. Gus Dur telah memberi teladan nilai kemanusiaan yang benar-benar berangkat dari dalam jiwa yang dapat diimplementasikan dalam seluruh sendi kehidupan melampaui batas teritorial, etnis, keagamaan bahkan kenegaraan.Â
Sehingga, nilai kemanusiaan Gus Dur ini adalah yang paling relevan untuk diterapkan dalam sendi kehidupan apapun. Gus Dur juga berpesan "Tidak penting Agama atau Suku anda. Jika anda dapat melakukan hal-hal yang baik bagi semua orang, anda tidak akan pernah bertanya apa agamamu".Â
Begitu pula kehidupan di rumah kemanusiaan GUSDURian, tidak membedakan agama atau kepercayaan apapun antara satu sama lain. Baik penduduk maupun relawan, semua saling berbagi ruang aman bersama dan hidup bahagia di bawah satu atap dengan beragam keyakinan.Â