Pengelolaan hasil limbah industri yang berkaitan dengan B3 masih banyak yang belum memadai. Dari hasil survei PT. BES 2015, dapat diketahui untuk bangunan pengelolaan limbah B3 saat ini memiliki luas 955,74 m2 dengan kapasitas maksimal penampungan limbah B3 padat sebesar 276 ton.Â
Pada kenyataannya limbah B3 yang disimpan dalam gudang penyimpanan sampai dengan bulan Agustus 2015 mengalami overload hingga mencapai 321,86 ton (Pratama, 2018).
Tata letak limbah berdasarkan kompatibilitas karakteristik limbah B3 saling bercampur dengan karakteristik limbah B3 lainnya, serta minimnya sistem pendeteksi kebakaran dalam gudang penyimpanan limbah B3 (Norini, 2017). Maka PT. BES ingin merencanakan membangun fasilitas pengelolaan limbah B3 yang baru guna menunjang kegiatan pengelolaan dibidang industri, pertambangan dan migas.Â
Rencananya fasilitas ini berlokasi di Kawasan Industri Kariangau (KIK) Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur.Â
Perlu dilakukan desain ulang bangunan limbah B3, desain tata letak limbah B3, desain jumlah dan penempatan sarana pemadam kebakaran pada gudang penyimpanan limbah B3 sebagai sarana untuk menyimpan bahan berbahaya. Desain ulang yang dilakukan sesuai dengan jumlah dan jenis limbah yang ada. Perhitungan penempatan sarana pemadam kebakaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan luas gudang penyimpanan limbah B3 (Pratama, 2018).
Karakteristik B3
Berikut ini diuraikan karakteristik limbah B3 sebagaimana tercantum dalam peraturan pemerintah (Norini, 2017):
Limbah Mudah Meledak, limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi.
Limbah Mudah Terbakar, sebagai berikut:
Limbah berupa cairan yang mengandung alcohol < 24% volume dan atau apada titik nyala < 60C (140F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada suhu dan tekanan standar (25C, 760 mmHg) dapat menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.