Lain di pesantren, lain pula di perkuliahan. Zaman perkuliahan sudah mulai ada gengsi untuk mencari takjil gratisan, tapi jika sudah urusan perut, dompet kosong, mau gimana lagi cobak. Toh, bangkai saja kalo dalam keadaan darurat diperbolehkan, ini takjil gratis yang jelas halalnya sesekali boleh lah ya.
Di sekitar kampus tak banyak Masjid yang menyediakan takjil. Kalaupun ada ya, Cuma beberpa potong gorengan dan teh hangat saja. Bagi anak kos yang sahur pun jarang tentu berbuka dengan takjil tersebut tak akan terasa, tak mampu mengganjal perutnya.
Tapi penuilis menemukan suatu masjid yang meyediakan takjil dengan cara unik. Jadi para donatur itu menyediakan takjil di meja yang sudah disediakan. Ada nasi bungkus, gorengan, roti, kolak dll. Tak ayal, para pemburu takjil banyak yang datang kesini.
nah, di sinilah menariknya, saat saling bertemu antar teman sekampus. Ibaratnya, seperti sedang menemukan keburukan masing-masing. Â
"Loh kamu kok di sini, cari takjil gratis ya....hehe"
" Kamu sendiri ngapain, sama aja kan..heheh"
Keduanya pun akhirnya saling menceritakan nasibnya, sama-sama tidak ada uang untuk berbuka. Ya, begitul nasib anak perantauan kawan.
Namun, persahabatan antar keduaya harus terlupakan ketika bedug ditabuh. Pasalnya, takjil yang tersedia tidak dibagikan, tapi harus diperjuangkan. Ya, para hadirin harus rela merebut kemerdekaan perutnya masing-masing.
Semenjak di rumah tentu rindu juga dengan pencarian takjil seperti itu. Dan lebih bersyukur, ternyata dulu "sengenes" itu
Salam takjil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H