Mohon tunggu...
Arwen SutantoPutra
Arwen SutantoPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penerapan Data Sains Dalam Membantu Menganalisis Perubahan Iklim

7 Mei 2024   11:30 Diperbarui: 7 Mei 2024   11:51 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perubahan Iklim dan Teknik Pemodelan untuk Memprediksi Iklim

Perubahan iklim sendiri sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam kehidupan di bumi ini. Namun seiring berjalannya waktu kondisi bumi sendiri menjadi semakin memprihatinkan, pemanasan global yang semakin menjadi. Sehingga suhu bumi mengalami peningkatan yang tinggi, sehingga perubahan iklim pada bumi menjadi tidak teratur. Oleh karena itu data berfungsi sebagai mata yang dapat digunakan para ilmuan untuk mengamati dan menafsirkan system iklim bumi. Berbagai jenis data, seperti catatan suhu, sampe inti es, dan citra satelit. Dengan memeriksa data iklim dalam jangka waktu lama, para ilmuan dapat mengidentifikasi pola dan tren, seperti kenaikan suhu global atau perubahan pola curah hujan. Beberapa Teknik utama yang digunakan untuk pemodelan iklim diantaranya; NWP, GCM, RCM. NWP (Numerical Weather Prediction) atau Prediksi Cuaca Numerik, dengan memanfaatkan asimilasi data dan simulasi numerik. NWP menghasilkan prakiraan cuaca jangka pendek. GCM (Global Climate Models) atau Model Iklim Global, model kompleks yang menggabungkan data sirkulasi udara, arus laut, karakteristik permukaan tanah, dan masih banyak lagi. Dengan mensimulasikan seluruh sistem iklim bumi. RCM (Regional Climate Models) atau Model Iklim Regional memberikan proyeksi iklim dengan resolusi lebih tinggi yang disesuaikan dengan wilayah tertentu. Ilmuan data mempertimbangkan topografi lokal dan penggunaan lahan untuk menyempurnakan output GCM agar sesuai dengan skala dan kondisi regional.

Peran Data Sains Dalam Prediksi Perubahan Iklim

            Pengumpulan dan analisis data, pemodelan iklim, pemantauan dan prediksi, serta strategi pengurangan emisi. Merupakan peran data sains dalam prediksi iklim. 

1.     Pengumpulan dan Analisi Data: dengan mengumpulkan data yang mencakup catatan suhu, emisi gas rumah kaca, tren kelautan, dan masih banyak lagi. Ilmuan mengembangkan algoritma dan alat untuk memproses dan memahami data ini dan mengidentifikasi pola dan tren yang memberikan informasi mengenai penyebab dan konsekuensi perubahan iklim. 

2.     Pemodelan Iklim: berperan untuk melakukan pengembangan model iklim kompleks yang mensimulasikan system ilim bumi. Model tersebut membantu untuk memprediksi scenario-skenario iklim di masa depan dan digunakan untuk memahami potensi dampak perubahan iklim.

3.     Pemantauan dan Prediksi: memungkinkan untuk pemantauan variabel iklim secara real-time, seperti suhu, permukaan laut, dan pola cuaca. Hal tersebut bisa menjadi peringatan awal yang dapat membantu masyrakat dalam menghadapi cuaca ekstrem.

4.     Strategi Penguranan Emisi: membantu mengidentifikasi dan menilai sumber emisi dari berbagai sektor. Pengurangan Emisi juga sudah diterapkan didunia ini contohnya dalam sektor transportasi, dengan banyaknya kendaraan Listrik. 

Pemantauan Perubahan Iklim

Pengamatan sistematis terhadap sistem iklim biasanya dilakukan oleh pusat meteorologi nasional dan badan khusus lainnya. Pada Indonesia sendiri ada BMKG (Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika), sedangkan pada lingkup dunia sendiri ada WMO (The World Meteorological Organisation) Mereka melakukan pengukuran dan pengamatan pada waktu dan tempat standar yang telah ditentukan, memantau atmosfer, lautan, dan sistem terestrial. Karena semua sistem pemantauan nasional merupakan bagian dari jaringan global, maka sangat penting untuk menjaga konsistensi dalam cara melakukan pengukuran dan pengamatan. BMKG sendiri menginformasikan bahwa kondisi bumi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, hal itu bukan hanya akan menjadi ancaman bagi Indonesia sendiri namun menjadi ancaman bagi dunia juga. "Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik industri yang tidak berkelanjutan, telah mendorong perubahan iklim pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Dwikorita dalam Rapat Nasional Prediksi Musim Kemarau 2024, Jumat (9/2/2024). 

Badan Meteorologi Dunia (WMO) baru saja menyatakan bahwa tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,40 derajat Celcius di atas zaman pra industri. nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius. Pada tahun 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa[ii]. Berbeda dengan 2024, yang akhir akhir ini kita merasakan bahwa hujan di mana-mana dengan kondisi yang deras, dan lebat. Menurut bulletin BMKG sendiri menginformasikan dari bulan Maret 2024, 3 bulan kedepan akan terjadi curah hujan yang sangat tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun