Tulisan ini didorong oleh keinginan untuk menyoroti kisruh mental yang terjadi antara ANIES dan AHY yang mengagetkan Publik. Bagaimana tidak? AHY yang sudah dapat tiket untuk maju menjadi Cawapres mendampingi Anies Rasyid Baswedan dalam sebuah kesepakatan-kesepakatan yang disampaikan oleh Pengurus Partai Demokrat Sabtu 01 September 2023 telah dikhianati (istilah yang digunakan oleh Partai Demokrat).
Anies Rasyid Baswedan telah memilih Akhmad Muhaemin Iskandar (Cak Imin) sebagai pendampingnya di pilpres 2024. ARB (Anies Rasyid Baswedan) memilih AMI (Akhmad Muhaimin Iskandar) atas Perintah Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem. Konon Kesepakatannya itu tidak melibatkan Partai Demokrat sehingga membuat Geram Partai Demokrat sedangkan PKS tetap 'Samikna wa atokna' pada keputusan ARB dengan siapapun ARB berpasangan.
Sebelum jauh membahas Soal makna Kesepakatan yang telah ditetapkan oleh beberapa elite, Saya ingin mengingatkan pembaca soal Perjanjian Kerjasama atau Kesepakatan yang masih terngiang ditelinga kita. Perjanjian Batu Tulis antara Megawati Soekarnoputri (PDI P) dengan Prabowo Subianto (Gerindra) dalam salah satu isinya ialah Prabowo Subianto mendukung Pencapresan Megawati Soekarnoputri dan pada pencalonan 2014. Dalam isi Kesepakatan lain Menetapkan Perjanjian Megawati Soekarnoputri mendukung Pencapresan Prabowo Subianto di tahun 2019.
Kembali pada Soal ARB yang menggandeng AMI sebagai Cawapres nya di PILPRES 2024, semua publik mengetahui betul bagaimana Mesranya AMI dengan PS (Prabowo Subianto) saat Koalisi pertamakali dideklarasikan Antara Gerindra dan PKB dalam wadah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Pasca Golkar dan PAN mengubah Koalisi yang awalnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang bubar ketika PPP mitra Koalisi Indonesia Bersatu memilih untuk mendukung Ganjar Pranowo dibanding Prabowo Subianto sesuai Kesepakatan Awal.
AMI (PKB) Memutuskan untuk menerima Pinangan ARB (NasDem) karena dianggap AMI tidak diajak diskusi soal pergantian Nama Koalisi yang Digagas oleh Gerindra PKB dengan Nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dengan Kesepakatan yang tertulis salah satunya ialah soal penetapan Wapres yang harus mendapat restu dari PS dan AMI. Saat Prabowo Subianto mendapatkan Mitra Koalisi yang lebih Gemuk (Golkar dan PAN) nama koalisi diubah menjadi KOALISI INDONESIA MAJU (KIM) dengan demikian menurut Versi PKB kesepakatan antara Gerindra PKB di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) usang dilanjutkan.
Dari rentetan peristiwa di atas rakyat diajarkan cara membangun Kesepakatan tanpa harus disepakati. Mereka (Elite Politik) cenderung hanya mengedepankan Potensi Keuntungan yang diraih oleh Kelompok mereka bukan tentang Rakyat kembali. Koalisi hanya Pemanis ujungnya Kontribusi, Kesepakatan hanya Akal Akalan visinya Pengamanan.
Makna Kesepakatan ala elitis bisa dimaknai sebagai Kesepakatan yang saling Ingkar membangun formasi saling mengamankan saling mencari ruang dimana Ia dapat diuntungkan tidak bicara soal Bagaimana Bersepakat agar Rakyat tidak Melarat. Mimpi mereka membangun kekuatan untuk menghadapi Kekuatan bukan Kemenangan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia sebagai Instrumen Demokrasi di Indonesia.
Menurut Anda Partai Mana yang masih memegang Prinsip Kesepakatan?
Apa pelajaran yang dapat diambil dari Kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh Elite Politik?
Ahh..
Mending bersepakat dengan Istri sendiri dalam bentuk Tidak akan NYANDUNG!!
PENULIS adalah Warga Indonesia BiasaMakna 'Kesepakatan' ala Elite Politik di Indonesia
Oleh Arwan BantenÂ
Tulisan ini didorong oleh keinginan untuk menyoroti kisruh mental yang terjadi antara ANIES dan AHY yang mengagetkan Publik. Bagaimana tidak? AHY yang sudah dapat tiket untuk maju menjadi Cawapres mendampingi Anies Rasyid Baswedan dalam sebuah kesepakatan-kesepakatan yang disampaikan oleh Pengurus Partai Demokrat Sabtu 01 September 2023 telah dikhianati (istilah yang digunakan oleh Partai Demokrat).Â
Anies Rasyid Baswedan telah memilih Akhmad Muhaemin Iskandar (Cak Imin) sebagai pendampingnya di pilpres 2024. ARB (Anies Rasyid Baswedan) memilih AMI (Akhmad Muhaimin Iskandar) atas Perintah Surya Paloh Ketua Umum Partai NasDem. Konon Kesepakatannya itu tidak melibatkan Partai Demokrat sehingga membuat Geram Partai Demokrat sedangkan PKS tetap 'Samikna wa atokna' pada keputusan ARB dengan siapapun ARB berpasangan.Â
Sebelum jauh membahas Soal makna Kesepakatan yang telah ditetapkan oleh beberapa elite, Saya ingin mengingatkan pembaca soal Perjanjian Kerjasama atau Kesepakatan yang masih terngiang ditelinga kita. Perjanjian Batu Tulis antara Megawati Soekarnoputri (PDI P) dengan Prabowo Subianto (Gerindra) dalam salah satu isinya ialah Prabowo Subianto mendukung Pencapresan Megawati Soekarnoputri dan pada pencalonan 2014. Dalam isi Kesepakatan lain Menetapkan Perjanjian Megawati Soekarnoputri mendukung Pencapresan Prabowo Subianto di tahun 2019.Â
Kembali pada Soal ARB yang menggandeng AMI sebagai Cawapres nya di PILPRES 2024, semua publik mengetahui betul bagaimana Mesranya AMI dengan PS (Prabowo Subianto) saat Koalisi pertamakali dideklarasikan Antara Gerindra dan PKB dalam wadah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Pasca Golkar dan PAN mengubah Koalisi yang awalnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang bubar ketika PPP mitra Koalisi Indonesia Bersatu memilih untuk mendukung Ganjar Pranowo dibanding Prabowo Subianto sesuai Kesepakatan Awal.Â
AMI (PKB) Memutuskan untuk menerima Pinangan ARB (NasDem) karena dianggap AMI tidak diajak diskusi soal pergantian Nama Koalisi yang Digagas oleh Gerindra PKB dengan Nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dengan Kesepakatan yang tertulis salah satunya ialah soal penetapan Wapres yang harus mendapat restu dari PS dan AMI. Saat Prabowo Subianto mendapatkan Mitra Koalisi yang lebih Gemuk (Golkar dan PAN) nama koalisi diubah menjadi KOALISI INDONESIA MAJU (KIM) dengan demikian menurut Versi PKB kesepakatan antara Gerindra PKB di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) usang dilanjutkan.Â
Dari rentetan peristiwa di atas rakyat diajarkan cara membangun Kesepakatan tanpa harus disepakati. Mereka (Elite Politik) cenderung hanya mengedepankan Potensi Keuntungan yang diraih oleh Kelompok mereka bukan tentang Rakyat kembali. Koalisi hanya Pemanis ujungnya Kontribusi, Kesepakatan hanya Akal Akalan visinya Pengamanan.Â
Makna Kesepakatan ala elitis bisa dimaknai sebagai Kesepakatan yang saling Ingkar membangun formasi saling mengamankan saling mencari ruang dimana Ia dapat diuntungkan tidak bicara soal Bagaimana Bersepakat agar Rakyat tidak Melarat. Mimpi mereka membangun kekuatan untuk menghadapi Kekuatan bukan Kemenangan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia sebagai Instrumen Demokrasi di Indonesia.
Menurut Anda Partai Mana yang masih memegang Prinsip Kesepakatan?
Apa pelajaran yang dapat diambil dari Kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh Elite Politik?
Ahh..Â
Mending bersepakat dengan Istri sendiri dalam bentuk Tidak akan NYANDUNG!!
PENULIS adalah Warga Indonesia Biasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H