Mohon tunggu...
Arvie Dwi Purnomo
Arvie Dwi Purnomo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendidik, Alumnus Program Master pada James Cook University Australia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ayo Belajar Bahasa Indonesia : Catatan Kecil dari Negeri Kangguru

15 Agustus 2012   23:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_200497" align="alignnone" width="343" caption="Mengajarkan cara memakai topeng kayu (sumber : dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_200500" align="alignnone" width="345" caption="Suasana ruang kelas Indonesia (sumber : dokumen pribadi)"]

1345092426637015683
1345092426637015683
[/caption] [caption id="attachment_200501" align="alignnone" width="347" caption="Buku tulis siswa untuk pelajaran bahasa Indonesia (sumber : dokumen pribadi)"]
13450925331887016819
13450925331887016819
[/caption] [caption id="attachment_200504" align="alignnone" width="348" caption="Berpose bersama para siswa di kelas bahasa Indonesia                  (sumber : dokumen pribadi)"]
13450929781534212368
13450929781534212368
[/caption]

Mempraktikkan dan mengajarkan bahasa Indonesia bagi bukan penutur asli bahasa ini bagiku awalnya adalah ketidaksengajaan. Cerita ini bermula saat aku menuntut ilmu di negeri Kangguru setahun silam. Tepatnya di Townsville, kota pesisir yang terletak di negara bagian Queensland, Australia. Dengan mengatasnamakan persatuan pelajar Indonesia di James Cook University, aku dan teman-temanku mendapatkan undangan untuk mengajarkan budaya Indonesia di sebuah sekolah, Townsville Grammar School. Gayung bersambut, kami pun tanpa ragu menerima undangan belajar bersama para pelajar Australia.

Pertama kali datang dan berkesempatan mengenalkan budaya Indonesia di sekolah tersebut kami pun sangat terkesan. Betapa tidak, di sekolah ini bahasa Indonesia ternyata telah menjadi salah satu mata pelajaran yang menjadi bagian kurikulum pengajaran dari grade 1 (sebutan untuk kelas 1 sekolah dasar) hingga grade 12 (atau setingkat kelas 3 sekolah menengah atas). Tidak hanya itu, menurut cerita sang guru, sekolah ini adalah sekolah satu-satunya yang mengajarkan bahasa Indonesia di daerah tersebut. Dahulu beberapa sekolah sempat mengajarkan bahasa Indonesia namun entah mengapa hal tersebut tidak bertahan lama. Hanya sekolah inilah yang hingga kini tetap mempertahankan dan melestarikan pelajaran bahasa Indonesia.

Hal lain yang menarik dari sekolah ini terkait dengan pengajaran bahasa Indonesia adalah tersedianya fasilitas berupa ruang khusus kelas Indonesia. Ruang kelas tersebut merupakan ruangan khusus dimana para siswa dapat mempelajari Indonesia, dari segala aspeknya mulai dari budaya hingga bahasa.  Di sini dapat dijumpai mulai dari peta Indonesia, bendera Merah Putih, kain batik, wayang, aneka alat permainan tradisional hingga tulisan-tulisan berbahasa Indonesia yang terpampang di dinding kelas. Untuk aktifitas belajar di kelas, setiap siswa diberikan buku tulis khusus pelajaran bahasa Indonesia yang disampulnya tertuliskan nama siswa, kelas, dan nama guru pengajar dalam bahasa Indonesia.Sehari-harinya para siswa belajar bersama guru - guru berkebangsaan Australia, namun demikian pihak sekolah terkadang mengundang pelajar atau komunitas Indonesia. Wah hebat ada kelas bahasa Indonesia di negeri tetangga, pikirku kala itu.

Ketika pertama bertatap muka dengan para siswa, kami mendapatkan sambutan luar biasa. Kami disapa ucapan “Selamat Datang” oleh siswa-siswa cilik dengan aksen kental Australia. Walau tidak sepenuhnya kami menggunakan bahasa Indonesia kala itu, kesan pertama bertemu dengan pelajar-pelajar Australia dengan antuasiasme yang tinggi akan budaya dan bahasa Indonesia, membuat kami gembira. Sebagai guru tamu, di kemudian hari kami pun tidak hanya diberi kesempatan untuk mengajarkan budaya Indonesia, kami juga berkesempatan untuk mengajarkan bahasa Indonesia. Lewat bahasa percakapan sederhana, kami mengajarkan bahasa Indonesia dan ternyata siswa-siswa mudah untuk memahaminya. Ucapan “Selamat Pagi”, "Selamat Siang" dan “Terima Kasih” dari para siswa seakan menjadi sapaan pengobat rindu kami akan tanah air. Apalagi ketika teringat mereka belajar berhitung angka 1 hingga 10 dengan logat mereka yang unik  dengan polah tingkah mereka yang terkadang lucu, menambah semangat kami untuk belajar bahasa Indonesia.

Ada metode menarik pengajaran bahasa Indonesia di sekolah ini. Selain telah disediakan ruangan kelas khusus Indonesia, dimana seakan-akan siswa berada di Indonesia, pihak sekolah juga mengenalkan bahasa Indonesia lewatkebudayaan dan kesenian Indonesia. Mengajarkan bagaimana cara memasak makanan khas Indonesia seperti pisang goreng,hingga bermain permainan tradisional seperti congklak adalah salah satu contoh bagaimana bahasa Indonesia dikenalkan di sekolah ini. Bila mereka membutuhkan, kamus bahasa Indonesia-Inggris pun telah disediakan oleh pihak sekolah. Belajar bahasa dengan menyelami budayanya terbukti menjadi cara ampuh praktik pengajaran bahasa kita di negeri tetangga.

Mengenalkan bahasa Indonesia di negeri orang sungguh menjadi pengalaman mengesankan yang tidak akan terlupakan. Tidak hanya menjadi sebuah kehormatan, namun juga kebanggaan bagiku sebagai anak negeri. Di tengah gerusan modernisasi yang menempatkan pentingnya penguasaan bahasa internasional, rasanya tak selamanya bahasa kita tertinggal. Keinginan untuk belajar dari keunikan dan kekayaan bahasa kita dari siswa-siswa sekolah di Australia semakin menyadarkanku akan peran pentingnya bahasa Indonesia. Bangsa kita adalah bangsa besar yang memiliki bahasa nasional yang mampu menyatukan bahasa-bahasa daerah di seluruh penjuru nusantara. Sungguh bijak rasanya bila kita tidak meninggalkan identitas sebagai penutur bahasa Indonesia. Mari kita lestarikan bahasa Indonesia, dan mengajarkannya kepada anak cucu kita dengan baik dan benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun