Mohon tunggu...
Arviesta
Arviesta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi D4 Akuntansi Perpajakan

Sebagai mahasiswi yang fokus pada akademik dan hobi berlibur, untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan relaksasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hujan Mengingatkan pada Janji Lama

4 November 2024   19:12 Diperbarui: 4 November 2024   21:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petang itu, langit mulai menggelap, dan aroma hujan yang khas mulai tercium, menggulung kenangan lama yang tersembunyi di sela-sela ingatan.

Alya duduk di dekat jendela, menatap ke luar dengan mata kosong. Hujan mengguyur deras, memukul kaca jendela rumah kecilnya yang terletak di pinggiran kota. Suara gemericik air menenangkan sekaligus menyakitkan, seolah-olah membawa kembali bayangan yang telah lama ia coba lupakan.

Tepat sepuluh tahun lalu, pada malam yang basah seperti ini, ia berjanji pada seseorang. Bukan janji biasa, melainkan janji yang diucapkan dengan penuh keyakinan dan harapan. Namun, hidup seolah ingin membuktikan bahwa janji bisa terkikis oleh waktu dan jarak.

Bayangan masa lalu itu bernama Arif. Seorang sahabat sekaligus seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Mereka tumbuh bersama di desa kecil, merangkai mimpi-mimpi sederhana yang seolah-olah bisa mereka raih hanya dengan jangkauan tangan. Arif selalu hadir dalam setiap ingatannya, dalam setiap langkah menuju masa depan yang ia bangun sendiri.

"Hujan hari ini ingetin aku sama janji kita, Arif," gumam Alya perlahan, tanpa sadar air mata mulai menetes di pipinya.

Saat mereka duduk di bawah pohon besar di tengah ladang desa mereka, hujan pun turun dengan perlahan. Berdua mereka bernaung di bawah daun-daun pohon, berbagi payung yang mereka bawa seadanya.

"Kamu tahu, Ly, suatu hari kita bakal keluar dari desa ini dan jadi orang sukses," kata Arif dengan nada penuh keyakinan, seraya memandang jauh ke ujung ladang.

Alya hanya tersenyum, menggenggam tangan Arif erat-erat. "Aku percaya itu. Kita bakal sukses, dan suatu saat nanti, kita akan kembali ke sini untuk membangun desa ini jadi lebih baik."

Itulah janji mereka. Janji yang diucapkan dalam derasnya hujan, di tengah dingin yang menyelimuti. Janji yang saat itu terasa abadi, seakan tak akan pernah tergantikan oleh apapun.

Namun, hidup ternyata memiliki jalan cerita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun