Â
Gibran pun sebenarnya (telah) menjawab kesangsian tersebut dengan tindakan. Di tengah keraguan sejumlah orang terhadap loyalitas Presiden Jokowi dan keluarganya, Gibran Rakabuming--bersama kader PDI Perjuangan Kota Solo--blusukan dengan menempel stiker bergambar foto Presiden Joko Widodo bersama Ganjar Pranowo di rumah-rumah warga (19/8/2023), seraya berpesan, besok pilih Ganjar ya. Terbaru, sepotong video berisi pernyataan Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution tentang dukungannya kepada Ganjar Pranowo, juga beredar di media sosial.
Bahkan jauh sebelumnya--tak lama setelah Gibran dipanggil ke Kantor DPP PDI Perjuangan gara-gara menerima kunjungan Prabowo di Angkringan Oemah Semar, Solo--Presiden Jokowi sempat menyampaikan agar Gibran Rakabuming Raka tidak didorong-dorong menjadi cawapres di Pilpres 2024. "Jangan didorong-dorong, itu sudah tidak logis," kata Jokowi, dalam sebuah acara pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa dan sejumlah konten kreator di Istana Kepresidenan, Jakarta (29/5/2023). Â Â
Bukan tanpa sebab Presiden Jokowi mengatakan hal tersebut. Gibran, katanya, baru terjun ke politik bersama PDI Perjuangan menjelang Pilkada Serentak 2020 di Kota Solo. Selain itu, Gibran juga terkendala ketentuan yang mengatur soal usia minimal cawapres seperti yang termuat dalam pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Mestinya, itu semua dapat menyudahi kesangsian sejumlah orang terhadap dukungan politik Presiden Jokowi dan keluarganya. Tapi, faktanya tidak. Seakan-akan ada pihak tertentu yang terus-menerus membangun framing bahwa Presiden Jokowi--apapun bantahannya terhadap segala macam isu yang mengepungnya--tetap bakal mendukung capres Prabowo Subianto. Meski isu-isu yang beredar itu tak satu pun ada yang bisa dibuktikan. Â Â Â Â Â
*****
DENGAN segala peristiwa dan isu politik yang berkembang belakangan ini, rasanya tidak terlalu berlebihan bila saya mengatakan, Presiden Jokowi bisa menjadi penentu kemenangan pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024. Kekuatan relawannya yang begitu besar dan dipadukan dengan tingkat kepercayaan publik yang tinggi, telah menempatkan posisi Presiden Jokowi begitu penting dalam peta perpolitikan Indonesia saat ini. Tentu saja ini menjadi salah satu nilai lebih yang dimiliki PDI Perjuangan dalam menghadapi Pemilu kedepan. Maka tak heran bila--dengan kekuatan besar itu--ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengganggu kekuatan PDI Perjuangan, terutama di "kandang Banteng", Jawa Tengah.
Kita tahu, menggiring opini bahwa Presiden Jokowi cenderung mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo, adalah sebuah upaya untuk menggerus suara kandidat capres dari PDI Perjuangan, khususnya di Jawa Tengah. Apalagi, deklarasi dukungan Budiman Sudjatmiko pun dilakukan di Semarang. Meski kemampuan Budiman bisa dipastikan tak bakal menggerus suara Ganjar Pranowo di Jawa Tengah. Beda halnya bila masyarakat percaya dengan isu liar bahwa Presiden Jokowi dan keluarganya ikut mendukung Prabowo Subianto. Â Â Â Â Â
Kita tahu, Pulau Jawa--khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur--merupakan lumbung suara yang sangat penting bagi parpol maupun kandidat capres-cawapres. Perolehan suara di Pulau Jawa sangat menentukan total perolehan suara secara nasional. Ini yang rasanya dikhawatirkan oleh kubu Prabowo, mengingat dalam dua kali pilpres, mantan Danjen Kopassus ini selalu kalah di Pulau Jawa. Â
Pada Pilpres 2014, Prabowo Subianto maju bersama Hatta Rajasa yang didukung oleh Partai Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP, Demokrat, dan PBB. Sementara Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla dan didukung oleh PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI. Untuk di Pulau Jawa, Prabowo-Hatta hanya unggul di dua provinsi, yakni Jawa Barat dan Banten. Sementara Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur dimenangkan oleh pasangan Jokowi-JK.
Di Provinsi DKI Jakarta, Prabowo-Hatta meraih 2.528.064 suara, dan Jokowi-JK unggul dengan 2.859.894 suara. Di Jawa Barat, Prabowo-Hatta unggul dengan 14.167.381 suara dan Jokowi-JK meraih 9.530.315 suara. Di Jawa Tengah, Prabowo-Hatta meraih 6.485.720 suara dan Jokowi-JK unggul telak dengan 12.959.540 suara. Di Yogyakarta, Prabowo-Hatta meraih 977.342 suara dan Jokowi-JK unggul dengan 1.234.249 suara. Di Jawa Timur, Prabowo-Hatta meraih 10.277.088 suara dan Jokowi-JK unggul dengan 11.669.313 suara. Lalu di Banten, Prabowo-Hatta unggul dengan 3.192.671 suara dan Jokowi-JK meraih 2.398.631 suara.