Mohon tunggu...
titin sumarni
titin sumarni Mohon Tunggu... -

hanya ingin mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Menghidupi Puisi Anak Karya Kahlil Gibran

20 Juli 2011   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash


Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan

Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang

telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan

-Kahlil Gibran-

Puisi di atas saya kutip dari puisi yang berjudul “Anak” karya maestro sastra terkenal, Kahlil Gibran. Membaca kalimat demi kalimat puisi di atas memberi sebuah inspirasi bagi saya untuk menulis refleksi dari puisi ini dalam konteks membesarkan anak bagi orangtua. Mungkin ada banyak pemahaman-pemahaman lain yang bisa didapat. Namun beberapa yang didapat saya tuangkan dalam tulisan di bawah ini.

1.Berbicara tentang status

Anak adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa, namun anak juga adalah sebuah ‘paket titipan’ yang memiliki masanya. Sebagai orangtua kita mendapat hak untuk selalu bersama dengan mereka namun mereka bukan ‘milik’ kita selamanya. Ada masa dimana kita sebagai orangtua harus melepaskan mereka untuk mereka meluncur menuju sasaran dari Sang Pahlawan. Ada juga waktu dimana orangtua harus melepas kepergian anak atau anak melepas kepergian orangtua dalam sebuah proses yang dinamakan kematian.

2.Berbicara mengenai peranan

Gambaran puisi ini juga menyatakan bahwa orangtua berperan sebagai busur yang direntangkan Sang Pemanah untuk membidik sasaran. Sang Pemanah tahu sasaran yang akan dituju. Fungsi orangtua disini sebagai busur untuk membantu memberikan arahan kepada anak. Anak digambarkan sebagai anak panah. Anak panah adalah senjata yang mematikan. Anak-anak yang tidak mendapat arahan atau tidak diarahkan dengan baik, berpotensi menjadi pribadi yang memberontak dan merusak. Mereka bisa melakukan hal-hal bodoh yang tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga dapat merugikan orang banyak.

3.Berbicara mengenai posisi orangtua

Untuk berfungsi dengan maksimal, busur harus berada ditangan yang tepat juga. Tangan yang tepat di sini adalah Sang Pahlawan. Posisi orangtua disini adalah sebagai pribadi yang dipercayakan untuk ‘melontarkan’ anak menjadi pribadi yang menarik tidak hanya di masyarakat tetapi juga kepada Sang Pahlawan. Artinya, orangtua haruslah melatih dan memperlengkapi dirinya sedemikian rupa agar dapat mengarahkan anak-anak menjadi manusia-manusia terbaik. Orangtua adalah pribadi yang paling tepat untuk membimbing anak-anak dalam perjalanan mereka memenuhi rancangan dan rencana (bidikan) Sang Pahlawan.

4.Berbicara mengenai hubungan

Orangtua tidak dapat memaksakan kehendak dalam membesarkan anak. Misalnya, karena ayah telah menjadi dokter maka anak juga harus menjadi dokter.Orangtua dapat memberikan cintamu, perhatian, kebutuhan namun tidak bisa memaksakan keinginan pribadi. Orangtua juga bisa memberikan pemikiran yang bersifat membangun, memperlengkapi, dan memperkaya wawasan anak, baik secara kognitif dan juga afektif.

Ketika anak panah sudah terlepas dari busur (orangtua) maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain memberikan doa restu buat mereka.

Tidak mudah untuk menjadi busur yang harus melepaskan anak panah. Setelah mereka terlepas, maka kita tidak bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Jika kita telah melewatkan kesempatan yang seharusnya kita pergunakan untuk melakukan apa yang semestinya kita lakukan bagi anak-anak, maka waktu itu tidak akan kembali lagi.

Mungkin juga sebagai orangtua kita merasa, apa yang kita lakukan bagi anak-anak belum terlihat hasilnya. Tunggulah saat mereka remaja, atau pada saat dewasa, atau bahkan pada saat mereka berumah tangga. Kita bisa melihat pribadi seperti apa yang telah kita besarkan. Apakah mereka telah sesuai dengan bidikan Sang Pahlawan? Apakah mereka telah menjadi pribadi yang bertanggung jawab? Berani berdiri di atas kebenaran? Menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik? Atau sebaliknya??

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun