Mohon tunggu...
Andreas Doweng Bolo
Andreas Doweng Bolo Mohon Tunggu... Dosen - fides et ratio

Biodata: Nama: Andreas Doweng Bolo Pekerjaan: Dosen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Swiss-Mendoakan Eril, Mengenang Sjahrir

11 Juni 2022   23:41 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:54 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Jalan Eril menuju Kebadian (Foto: IG Emmeril Kahn Mumtadz)

Ketika pertama kali mendengar Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril (22 tahun), Putra Sulung Gubernur Jawa Barat hilang di Sungai Aare, Bern Swiss serasa tiap detik berpacu dengan harapan. Ketika memegang HP, berita pencarian yang dipantau, sambil juga membaca beberapa harapan dari para komentator berita. "Semoga Eril ditemukan tak kurang satu apa pun" atau "Semoga Eril selamat sampai ke tepi sungai dan diselamatkan warga lokal". Detik berlalu, jam terus bergerak, hari berganti, harapan itu menjadi sujud pada-Nya. Puisi Ayahanda Eril, Ridwan Kamil menggambarkan sujud pada-Nya:

Wahai Sungai Aare,

Sebagai sesama makhluk Allah SWT, aku titipkan jasad anak kami kepadamu.

Sudah kukumandangkan adzan terbaikku di tepi batasmu..

Bahagiakan dia dalam keindahanmu.

Selimuti dia dalam kehangatanmu.

Lindungi dia dalam kemegahanmu.

Sucikan dia dalam kejernihanmu.

Jadikan doa-doa kami menjadi cahaya penerang jasad syahidnya di dasarmu.

Engkau sudah ditakdirkan sebagai tempat terindah dan terbaik baginya untuk bertemu dengan pemilik dan pelindung sejatinya, Allah SWT.

Berjanjilah padaku, wahai Sungai Aare.

Titik cerah itu akhirnya tiba, pada hari Kamis, 09 Juni 2022 sesosok jasad ditemukan di Bendungan Engehalde di Bern. Sosok itu setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak berwenang diumumkan bahwa sosok itu tak lain adalah Ananda Eril yang dinyatakan hilang sejak Kamis, 26 Mei 2022.  

Saling menguatkan di tepi Sungai Aare (foto: Dok IG Atalia Praratya)
Saling menguatkan di tepi Sungai Aare (foto: Dok IG Atalia Praratya)

Eril Pergi, di kota dimana ia ingin belajar untuk masa depan. Eril Pergi selamanya di negeri elok ini, tempat Eril ingin menambatkan cita masa depannya. Ternyata Eril tak sendiri mengakhiri hidup di negara yang juga terkenal dengan Garda Swiss, pasukan pengawal kehormatan Paus sejak 1506. Sutan Sjahrir, Pahlawan Nasional yang dikukuhkan Sukarno menjadi pahlawan nasional tepat di hari beliau berpulang untuk selamanya, 9 April 1966 dengan Surat Keputusan Presiden 76 Tahun 1966 juga meninggal di Swiss.

Bung Kecil, begitu Sjahrir dijuluki, tokoh pejuang kemerdekaan, pribadi  bersahaja dan hidup dalam pengorbanan untuk sesama manusia juga meninggal di Swiss, negeri yang dikelilingi  pegungan Alpen. Berbeda dengan Eril, Sjahrir pergi ke Swiss untuk berobat, 21 Juli 1965. Ia tak bisa lagi berbicara, dan Poppy Sjahrir (Sang Istri) dengan ijin Sukarno membawa sang tokoh ini ke Kota Zurich, Swiss untuk berobat. Ia ditemani dua anaknya Siti Rabyah (Upik) dan kakaknya, Kriya Arsjah Sjahrir (Buyung), yang masing-masing berusia 6 dan 9 tahun. Sebagaimana dikatakan, Sang Istri yang dengan tekun membesarkan kedua anaknya sepeninggal Sjahrir,  Poppy Sjahrir berujar bahwa nilai-nilai yang diajarkan Sjahrir terutama tentang kejujuran dan kebesaran hati lebih berharga dibanding harta.

Sutan Sjahrir, Ia yang telah berpulang dari Swiss (foto: tirto.id)
Sutan Sjahrir, Ia yang telah berpulang dari Swiss (foto: tirto.id)

Ketika mendengar pengumuman kerelaan keluarga untuk kepergian Eril untuk selamanya. Pikir ku pun melayang jauh ke 1966, membayangkan suasana batin Poppy Sjahrir (Siti Wahjunah) menyiapkan masa depan untuk kedua anaknya. Dan Eril, ia pergi ketika kedua orang tua sedang menyiapkan masa depan untuknya. Betapa hidup adalah misteri. Selalu ada hikmah untuk setiap peristiwa, sepahit atau semanis apapun guratan itu.

Swiss negeri nun jauh di sana, menyimpan dua kisah anak negeri ini.  Requiem aeternam dona eis (Sjahrir et Eril), Domine, et lux perpetua luceiat eis (Sjahrir et Eril).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun