Faraq Fouda/Fuda. Buku aslinya berjudul "Al-Haqiqah al-Ghaybah" yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Departemen Agama 2007. Sebuah buku yang layak dibaca untuk melihat pergorbanan, tragedi yang lahir dari kesempitan cara pandang tentang kebenaran agama.
Hari ini, 11 April 2022 saya membaca buku "Kebenaran yang Hilang-Sisi kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslim" yang ditulis oleh Faraj Faudah sering juga ditulisFouda kelahiran 1945 adalah seorang doktor di bidang ekonomi pertanian. Ia adalah juru bicara fasih dalam debat dengan kelompok islamis. Kritik tajamnya terhadap kedangkalan cara pandang kelompok ini membuatnya di tembak mati di Madinat al-Nasr, Kairo. Kelompok penyerang kemudian terindentifikasi sebagai Jemaah Islamiyah (Gamaa Islamiyya). Kelompok penyerang ini rupayanya terdiri dari para pemuda drop out yang kerja serabutan dan merupakan pekerja tidak terampil. Kelompok ini menelan begitu saja ajaran agama. Bagi mereka, para ulama di al-Azhar menetapkan hukuman, kami mengeksekusi (Lih. Samsu Rizal Panggabean-Kata Pengantar Edisi terjemahan- Faraj Fauda dan Jalan menuju Toleransi). Di tengah pro-kontra kasus ini, pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada pelaku di tahun 1993 dan dieksekusi 1994.
Keberanian Fauda dibayar mahal, ia menjadi incaran kelompok dengan cara pandang dan bacaan keagamaan yang sempit. Agama sebagai jalan terbuka untuk terus mencari Kebenaran dengan K-besar bersama seluruh umat manusia dan semesta dikerdilkan menjadi sekadar beberapa guratan tafsir. Kelompok pembunuh ini telah menjadi "Tuhan" atas hidup dan mati seseorang atau sekelompok orang yang tak sejalan dengan cara pandang mereka. Padahal semua agama mengajarkan bahwa kita hanyalah "makhluk" dan jangan sedikitpun menyamakan diri dengan-Nya. Itu perbuatan yang dilarang alias dosa besar.
Kekerasan acapkali menjadi pilihan kelompok dengan cara pandang seperti ini. Dan sepertinya pilihan kekerasan ini juga diterapkan pada peristiwa pemukulan terhadap aktivis media dan dosen UI Ade Armando (AA). Pernyataan AA melalui channel Cokro TV terbilang berani. Ia tegas menyatakan diri tumbuh dalam tradisi Muslim tetapi beberapa cara pandang dan cara bertindak kelompok Muslim tertentu ditentangnya. Di tengah keraguan dan ketakutan serta beberapa yang malu menyampaikan selamat Natal secara terbuka AA melalu Channel Cokro TV menyanyikan lagu Natal dan menyampaikan selamat Natal dengan lantang dan simpatik termasuk di tahun 2021 yang lalu.
Hari ini, 11 April 2022 peristiwa tragis menimpa AA. Walaupun, ia tak mengalami nasib seperti Fouda yang ditembak mati kita tetap mengutuk peristiwa ini. Pihak kepolisian bergerak cepat dan berjanji akan segera menangkap pihak-pihak yang terlibat dalam upaya main hakim sendiri.
Untuk alasan apapun, kekerasan harus ditolak. Semoga aparat penegak hukum kita bergerak cepat sesuai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, untuk menangkap pelaku dan dalang dibalik peristiwa tersebut. Ini sekaligus menjadi pembelajaran bahwa pilihan pada kekerasan adalah indikasi betapa nafsu dan kebencian kadang membuat manusia merasa menjadi tangan Tuhan untuk menghukum orang lain. Sebuah cara pandang yang justru menghina keagungan Tuhan yang berdiam dalam Ruang dan Waktu tak terselami manusia dan sekaligus Tuhan yang Agung itu begitu dekat dengan manusia. Ia mencintai segenap ciptaan dan ingin kedamaian hadir di bumi ini termasuk di bumi Pertiwi Indonesia.
Cepat sembuh Bung Ade Armando. Tetap tegar, banyak orang yang salut dengan keberanian dan pengorbananmu. Dan Anda pasti sadar akan segala resiko dari suara lantangmu tentang kebenaran dan bagaimana perlakuan kita terhadap segenap insan ciptaan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H