Mohon tunggu...
Insan Rekso Adiwibowo
Insan Rekso Adiwibowo Mohon Tunggu... -

I am just plaything of my thought.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulang Tahun Emas

21 Februari 2012   07:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini adalah malam yang spesial untuk kita, Sayang. Tanpa terasa, 50 tahun sudah kita merawat cinta yang telah kita tanam. Maka biarkan malam ini aku menjamumu dengan sebuah pesta kecil. Hanya untuk kita berdua, aku dan kamu yang sangat kucintai. Tahukah kamu, Sayang? Sepanjang hari ini aku melamunkan semua yang telah kita lalui bersama. Aku ingat saat kita pertama bertemu, saat aku melihatmu termenung di tepi air mancur taman kota. Aku benar-benar hanya membeku, terpesona melihatmu. Saat aku memandangmu dan de javu muncul begitu saja, saat itu pula aku langsung tahu kaulah jodohku dan aku memberanikan diri untuk berkenalan denganmu. Lalu kita menikah, punya anak, kehidupan yang... sempurna. Aku dan kamu sekarang tinggal berdua di rumah yang kita bangun bersama ini. Di atas meja makan sudah kusiapkan semua makanan kesukaanmu. Ayam panggang, lasagna, camembert, dan sayur lodeh. Mari makan, kataku. Tapi kau hanya diam mematung, memandang kosong ke arahku. Raut wajahmu kaku. Aku tahu kamu masih marah, kita memang tidak berhasil dengan anak-anak kita. Aku tahu kehidupan kita tidak sempurna. Aku menunduk. Biar kubacakan sebuah puisi untukmu. I love you without knowing how, or when, or from where. I love you simply, without problems or pride. I love you in this way because I don't know any other way of loving. Tanganmu dingin. Sayang, biar kubopong dirimu ke tempat tidur. I don't love you as if you were the salt-rose, topaz or arrow of carnations that propagate fire: I love you as certain dark things are loved, secretly, between the shadow and the soul. Air mata menitik dari ujung mataku. Sebotol barbiturat yang kugenggam sedari tadi terus memanggil seperti setan tamak. Tak henti memanggil jiwaku turut serta. I love you as the plant that doesn't bloom and carries hidden within itself the light of those flowers, and thanks to your love, darkly in my body lives the dense fragrance that rises from the earth. Butir demi butir barbiturat masuk dalam kerongkongan. Perutku mulai terasa panas. Kutatap tubuh tanpa nyawa yang terbaring di sampingku. Kuciumi keningnya, bibirnya, lehernya. Satu pelukan terakhir. but this, in which there is no I or you, so intimate that your hand upon my chest is my hand, so intimate that when I fall asleep it is your eyes that close. . . . . . Dan aku pun tertidur lelap, bersamamu. *Terinspirasi oleh sajak indah dari Sonet XVII karya penyair besar Pablo Neruda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun