Seperti tahun lalu pula, makan malam bersama kemudian setiap kepala keluarga memperkenalkan anggota keluarganya, karaoke-an, nyalakan petasan dan kembang api ketika waktu menjelang pergantian tahun, pun ada beberapa warga yang main domino atau kartu remi, dan pastinya ini ajang kaum muda mudi yang ada di kompleksku maupun dari luar kompleks.sal saling memperkenalkan diri. Seperti itukah rutinitas awal tahun di kompleksku. Sejak aku melanjutkan studi S1 hingga sekarang yang lagi mempersiapkan thesisku.
Aku berkumpul dengan warga di tanah lapang itu. Ada panggung tersedia, pun kursi plastik yang tak sampai ratusan buah ada di tanah lapang itu. Tak ada tenda yang menaunginya. Keyboard, TV Plasma LED yang kuprediksi sebesar 52 inci, perangkat soundsystems dan loadspeaker masing-masing ada satu di sudut depan panggung, ada tiga buah mikrofon yang salah satunya bertahta di tiang mic. dan pastinya spanduk yang bertuliskan sela,at tahun baru. Di latar spanduk itu ada gambar paman dan tanteku beserta penghuni kompleks lain. Dekorasi panggung bagiku masih monoton, sudah beberapa kali berganti tahun masih dengan gaya yang sama. Mungkin dekorasi itu sudah terintegrasi dengan habitus warga di sini dan menjadi ciri, atau hanya itu kemampuan dekorasi warga sampai dibatas itu, atau .... Entahlah, aku hanya bisa berhipotesis.
Aku memilih duduk di kursi belakang di samping warga yang sepantaran denganku. Aku mengenalnya, seangkatan dan sefakultas waktu kuliah S1 dulu, hanya berbeda program studi. Rizal, presiden BEM di Fakultasku dulu kala aku diamanatkan menjadi ketua UKM tingkat universitas yang lokusnya tentang penelitian. Seringlah aku bertemu dikegiatan kemahasiswaan. Dan aku dan Rizal sama-sama aktif di organisasi kemahasiswaan ekternal. Aku mengisi malam tahun baru di tanah lapang itu dengan banyak hal, termasuk mengkritik budaya tahun baru yang sama-sama aku hadiri kini. Dia juga dipaksa bapaknya.
Acara makan malam setelah warga berkumpul dimulai, mungkin berjalan sekitar sejam. Acara memperkenalkan anggota keluargalah segala kisah gulana bermula. Dirunutlah urutan penampilnya berdasarkan posisi rumah dan keluarga pamanku mendahului keluarga Rizal, pun kemudian aku ke atas panggung karena paman memanggilku. Anehnya pamanku membanggakan diriku bahwa saya tak lama lagi akan menyelesaikan studi S2-ku. Padahal waktu bersenda gurau dengan Rizal, aku mengelak dari Rizal tentang studiku. Acara memperkenalkan anggota keluarga ditutup oleh Pak RT sekaligus memberi sambutan kepada warga kompleks. Naiklah anggota keluarga tersebut dan .... Matu sayu nan ayu itu menarikku dalam pusaran pesona. Persona gadis berjilbab ungu memaku diriku dalam keterpanaan. Sungguh, hati bergetar penuh debar.
*****
(Tunggu kelanjutannya ..........)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H