Puja puji tak terbilang lagi. Dan aku, tidaklah sendiri jadi korbannya. Seperti halnya di pos desa lain, kepada perempuan: puji ditabur, janji ditebar. Imitasi tampak darinya, sensasi adalah lakunya. Bukannya sarkasme, bagiku tak ada hal menarik darinya. Pesan mesra darinya seperti intimidasi buatku. Sebab itu, kini dirinya kusebut lelaki kosong.
[3]
36 hari kujejaki waktu di lokasi KKN dan banyak cerita tersimpan dalam media penyimpanan ingatanku. Hampir sebulan kutinggalkan tempat itu, kutanggalkan banyak keluh kesah di sana, dan kini, ketunggalan dalam kenangan yang tersisa di sini. Hal yang tak mau hilang, Lelaki Kosong itu masih hidup dihari-hariku.Â
Kusebut dia lelaki kosong
Pada diriku, ia ibarat polong
Padanya, aku hanya menjorong
Cocoknya ia disimpan dalam balerong
Puji ditanam bak selasih
Kepada wanita janji diucap fasih
Pun dia serupa dengan kedasih
Hingga puji pujanya membuatku risih
Wahai wanita janganlah lupa
Lelaki seperti ini jangan dipercaya
Jangan sampai kita alpa
Hidup menderita sepanjang usia
[4]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H