Mohon tunggu...
Arung Biru Laut
Arung Biru Laut Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Fisioterapi Universitas Airlangga

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

parenting orang tua gen z lebih efisien untuk perkembangan emosional anak, benarkah

19 Desember 2024   22:29 Diperbarui: 19 Desember 2024   22:29 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Arung Biru Laut (412241046) Mahasiswi Universitas Airlangga

Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital dan globalisasi, telah membawa pendekatan baru yang lebih efisien dalam pengasuhan anak, terutama terkait dengan perkembangan emosional mereka. Para orang tua dari generasi ini memanfaatkan teknologi dan informasi terkini, serta menerapkan pendekatan yang lebih inklusif dan empatik. Mereka cenderung lebih fleksibel dan terbuka, dengan prioritas tinggi pada kesehatan mental dan emosional anak-anak mereka. Pola asuh merujuk pada cara orang tua mendidik, memperlakukan, mendisiplinkan, membimbing, dan melindungi anak hingga mereka mencapai kedewasaan. Menjadi orang tua tentu bukanlah tugas yang mudah, dan setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam mendidik anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyampaikan norma dan nilai yang baik kepada anak-anak mereka.

Gen z atau generasi zoomer adalah generasi atau kelompok demografis yang lahir ditahun 1997 hingga 2012 dengan presentase penduduk sebanyak 27,94%. Berbeda dengan gen x, gen y dan gen milenial, gen z memiliki ciri khas tersendiri dan kebanyakan orang-orang dapat menilainya dengan mudah. Menurut putri maharani usmar didalam jurnalnya yang berjudul “ growth mindset dalam meningkatkan mental health bagi generasi zoomer”, bahwa gen z lebih memperhatikan dirinya Ketika mengalami permasalahan terkait Kesehatan. Karena itu dapat diprediksi ketika gen z membangun rumah tangga, maka akan berjalan dengan harmonis walaupun tak menutup kemungkinan setiap rumah tangga pasti ada problem yang datang. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan mudah mengingat gen z lebih memperhatikan Kesehatan mental mereka. Bersyukur, karena pada saat ini generasi zoomer mulai sadar sejak dini tentang pentingnya ilmu parenting didalam rumah tangga. Di era modern ini, berbagai konten bermanfaat banyak muncul di media sosial, salah satunya adalah konten dari kreator seperti Dhannisa Cho. Sebagian besar video yang dihasilkan berfokus pada parenting dan pendidikan anak, memberikan wawasan baru kepada penonton, banyak di antaranya adalah generasi Z.

Anak dapat diibaratkan sebagai mesin fotokopi, mereka cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa, terutama oleh orang tua dan orang-orang yang sering berada di dekatnya. Ungkapan "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" menggambarkan bahwa perilaku dan sifat anak biasanya mirip dengan orang tua mereka. Anak belajar dan beradaptasi dari lingkungan sekitarnya melalui berbagai pengalaman. Oleh karena itu, orang tua yang dengan tulus menunjukkan kasih sayang kepada anak akan sangat mendukung perkembangan sosial dan emosionalnya. Ketika anak memahami bahwa mereka dicintai dan didukung oleh orang tua, mereka akan tumbuh dengan rasa aman, yang penting untuk perkembangan mereka.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memiliki peran penting dalam menuntut anak agar dapat beradaptasi sesuai dengan usianya. Di dalam keluarga, orang tua memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosial anak. Setiap orang tua memiliki gaya pengasuhan yang berbeda, termasuk pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh ini mengacu pada bagaimana orang tua memberikan rangsangan fisik, mental, emosional, moral, dan sosial yang membantu anak tumbuh secara optimal. Gaya pengasuhan yang tepat akan berkontribusi positif pada perkembangan sosial dan kepribadian anak, sementara gaya pengasuhan yang kurang baik dapat berdampak negatif. Dengan demikian, pola asuh orang tua mencerminkan kebiasaan dalam memimpin, mengasuh, dan membimbing anak menuju perkembangan yang sehat.

Pengasuhan anak dapat diartikan sebagai proses menjaga melalui cara merawat dan mendidik mereka. Hal ini mencakup bimbingan yang diberikan oleh orang tua dalam bentuk pembentukan, pelatihan, dan lainnya. Kualitas dan intensitas pola asuh orang tua sangat bervariasi dan memiliki pengaruh besar terhadap sikap serta perilaku anak. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan perkembangan emosional anak. Topik yang akan diangkat meliputi definisi pola asuh, jenis-jenis pola asuh, ciri-ciri pola asuh, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua. Selain itu, artikel ini juga akan membahas pengertian perkembangan emosional, karakteristik perkembangan emosional anak, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional anak, strategi untuk mengembangkan aspek sosial-emosional, dan dampak pola asuh terhadap perkembangan emosional anak. Tujuan dari artikel ini adalah untuk meningkatkan pemahaman orang tua mengenai pentingnya pola asuh dalam mendukung perkembangan emosional anak usia dini, sehingga memicu keinginan untuk memperbaiki dan meningkatkan pola asuh mereka.

Peran keluarga dalam pembentukan dan perkembangan emosional anak sangatlah krusial. Banyak faktor dalam lingkungan keluarga yang berkontribusi terhadap proses perkembangan anak, termasuk perkembangan sosial dan emosional yang dapat terbentuk dari interaksi keluarga serta lingkungan sekitarnya. Sikap orang tua tercermin jelas dalam pola pengasuhan yang mereka terapkan. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Selain itu, orang tua juga memiliki hak untuk memilih lembaga pendidikan yang sesuai dan memperoleh informasi mengenai kemajuan pendidikan anak mereka. Pola asuh yang diterapkan orang tua memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan emosional anak. Aspek perkembangan emosi adalah salah satu faktor dominan yang memengaruhi kesuksesan di masa depan. Dengan membekali anak dengan keterampilan emosional, mereka akan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Dalam konteks perkembangan sosial dan emosional anak, pengasuhan yang diterapkan dapat dikategorikan sebagai pengasuhan otoritatif dan demokratis. Pola pengasuhan yang optimal adalah yang tegas tetapi fleksibel, di mana orang tua tetap memegang kendali sekaligus mendorong anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan mereka. Orang tua juga sebaiknya memberi anak kesempatan untuk bereksplorasi dan mengurus diri sendiri, misalnya dengan memberi mereka kesempatan untuk makan, mandi, atau pergi ke sekolah sendiri. Sementara itu, dalam pola asuh demokratis, orang tua melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari dan mendengarkan pendapat mereka. Hal ini tercermin ketika anak-anak dilibatkan dalam tugas rumah tangga, sepert mengambil air, mencuci piring, dan membersihkan rumah. Selain itu, penguatan positif terhadap perilaku baik sangatlah diperlukan, dan hukuman yang diterapkan sebaiknya bersifat mendidik. Orang tua juga perlu memperkenalkan anak pada aktivitas dan komunitas yang ada di masyarakat, agar anak lebih memahami perannya dalam kehidupan sosial.

Orang tua senantiasa melibatkan anak-anak mereka dalam berbagai tugas, baik di rumah maupun di masyarakat. dalam menjalankan pengasuhan, orang tua tidak lepas dari adat dan budaya setempat yang memberikan panduan dalam mendidik anak. Salah satu tradisi tersebut adalah budaya bakti sosial yang berfokus pada menjaga kebersihan desa. Kegiatan ini, yang biasa dikenal dengan sebutan "Jumat Bersih," diadakan setiap hari Jumat mulai pukul 10. 00 hingga selesai, melibatkan seluruh masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak, dalam membersihkan lingkungan. Masyarakat setempat telah memahami pentingnya menghindari sampah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terdapat peraturan yang tegas: mereka yang membuang sampah sembarangan akan mendapat sanksi. Ketentuan ini mendorong orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan dan terlibat dalam aktivitas masyarakat. Melalui kegiatan tersebut, anak-anak dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman sebaya dan komunitas di sekitarnya.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa pendekatan parenting yang diterapkan oleh orang tua generasi Z lebih efektif dalam mendukung perkembangan emosional anak. Diharapkan, dengan dukungan yang kuat dari orang tua yang memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak-anak di era modern, perkembangan emosional mereka dapat berjalan dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun