Mohon tunggu...
Arundati Swastika W
Arundati Swastika W Mohon Tunggu... Freelancer - Sarjana Ilmu Komunikasi UAJY

Lulusan S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dengan fokus pada komunikasi media massa dan digital.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompas.id dan Implementasi Jurnalisme Multimedia

22 April 2020   10:06 Diperbarui: 22 April 2020   10:17 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi di masa kini mendorong munculnya jurnalisme multimedia yang menuntut wartawan untuk berkembang mengikuti zaman dalam hal produksi berita. Bahkan beberapa koran cetak kemudian mulai membangun media daring, dan Kompas.id menjadi salah satunya.

Bersama dengan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.id yaitu Haryo Damardono, dilakukan diskusi mengenai jurnalisme multimedia dan pelaksanaannya di masa kini. Kompas.id sebagai salah satu media daring menjadi media yang melakukan jurnalisme multimedia, dan unik dikarenakan konten yang ada dikelola oleh wartawan Harian Kompas. Implementasi dari jurnalisme multimedia dalam Kompas.id dan keberadaannya yang dikelola wartawan koran cetak dapat dibahas secara mendalam.

Kompas.id berbeda dengan Kompas.com

Logo Kompas.com. Sumber: kompas.com
Logo Kompas.com. Sumber: kompas.com
Tentunya para pembaca lebih familiar dengan media daring Kompas.com, dan berpikir jika Kompas.id adalah media daring yang sama dengan Kompas.com. Namun Haryo yang memiliki peran dalam kemunculan Kompas.id menegaskan, keduanya berbeda. "Kompas.id adalah media daring yang dikelola langsung oleh wartawan dari Harian Kompas cetak, sedangkan Kompas.com yang dikelola oleh tim yang berbeda," ujarnya. Secara sederhana, Kompas.id merupakan versi digital dari Harian Kompas.

Kemunculan Kompas.id kemudian memancing pertanyaan, seperti mengapa tidak cukup hanya dengan Kompas.com? Haryo kemudian mengatakan, jika ini terkait dengan konten media daring tersebut agar tidak terlalu jauh dari Harian Kompas. Selain itu, juga berkaitan dengan bisnis; terutama dengan keberadaan iklan sebagai pemasukan koran pada umumnya yang mengalami perubahan drastis, terutama dengan media daring yang kini mencapai jumlah 40.000 lebih.

Peralihan yang berat ke Media Digital

"Perubahan menuju habit digital melalui tantangan yang berdarah-darah" Haryo Damardono mengatakan. Hal ini karena adanya perjuangan yang luar biasa untuk dapat membuat konten di media daring. Kemunculan Kompas.id memiliki pergulatan tersendiri mengenai hal ini, dikarenakan wartawan yang mengelola konten di Kompas.id juga merupakan wartawan yang mengelola konten koran cetak Harian Kompas.

Ilustrasi Media Digital. Sumber: Vecteezy
Ilustrasi Media Digital. Sumber: Vecteezy

Para wartawan Harian Kompas bekerja lebih lama untuk koran cetak, karena Kompas.id sendiri masih relatif baru. Perilaku digital yang diharapkan untuk ada saat memulai Kompas.id, menjadi sulit untuk dicapai dikarenakan perilaku digital yang sebelumnya tidak dimiliki oleh para wartawan ini.

Hal ini juga dipersulit dengan wartawan yang kemudian bekerja untuk dua platform, dan merupakan satu-satunya wartawan yang melakukan hal tersebut. Haryo menyebutkan, wartawan Harian Kompas akan mengerjakan konten untuk koran cetak Harian Kompas di malam hari, dan pagi hingga siang harinya digunakan untuk mengerjakan konten Kompas.id. Maka hal ini membutuhkan perilaku digital yang mendukung kecepatan proses produksi berita.

Wartawan Multimedia

Kemunculan Kompas.id mendukung perubahan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis. Jurnalis atau wartawan tidak lagi hanya terfokus pada satu kemampuan, tetapi lebih dari satu. Pada konteks Kompas.id, Haryo mengatakan wartawan yang tadinya mengutamakan kemampuan menulis untuk berita, kini juga harus memiliki kemampuan untuk mengambil gambar dan video. Hal ini tentunya menjadi poin penting dalam jurnalisme multimedia.

" Wartawan nggak hanya meliput berita di lapangan, tapi juga memotret dan mengambil video " -- Haryo Damardono

Tidak hanya mengambil gambar dan video, Haryo juga menambahkan jika terkadang wartawan diharuskan melakukan live report. Live report tersebut pun dilakukan secara mandiri, dengan wartawan sebagai reporter di depan kamera. Meskipun menunjukkan kompleksitas kemampuan bagi wartawan, Haryo menyatakan jika kemampuan multimedia wartawan ini memiliki sisi positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun