Mohon tunggu...
Arum Kusumo Rahayu
Arum Kusumo Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UNJ

Saya adalah seorang mahasiswi aktif Prodi Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Berpacaran pada Mahasiswa Politeknik Negeri Nusa Utara dapat Menyebabkan Kekerasan Seksual

17 Desember 2022   14:48 Diperbarui: 17 Desember 2022   15:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

LATAR BELAKANG

Pada masa modern ini, banyak sekali remaja yang sedang mencari jati diri dan masih ingin selalu mencoba hal-hal yang belum pernah dicoba. Karena masa remaja inilah yang disebut masa pubertas. Salah satu contohnya pasti tiap remaja tersebut mempunyai kebutuhan buat mencapai dan mempertahankan hubungan dirinya dengan orang lain. Hubungan tersebut contohnya adalah hubungan dirinya dengan pacarnya. Banyak sekali remaja pada masa modern ini yang sudah memiliki pacar. Pacaran sudah menjadi suatu hal yang biasa dikalangan remaja modern saat ini.

Pacaran menurut Wijayanto adalah sejenis hubungan sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya yang dimana berlainan jenis akibat adanya ketertarikan tertentu seperti fisik maupun non fisik. Pada tiap remaja yang sudah memiliki pacar, pastinya mempunyai gaya pacaran yang berbeda-beda, contohnya yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman atau kissing lips, bahkan melakukan sex. Gaya pacaran ini nantinya dapat berdampak buruk kepada remaja yang berpacaran tersebut. Salah satu gaya berpacaran berdampak buruk yaitu dapat terjadinya kekerasan seksual pada hubungan tersebut.

Kekerasan seksual adalah sesuatu dimana adanya suatu tindakan yang memaksa seperti contohnya itu adalah meraba, mencium dan lain-lain dengan cara memaksa korbannya. Kekerasan seksual ini sudah banyak terjadi dikalangan remaja saat ini. Bahkan banyak yang tidak mengetahui apa itu kekerasan seksual dan bagaimana akibat dari kekerasan seksual tersebut. Kekerasan seksual ini akan berdampak pada psikologis, sosial dan fisik korbannya. Tetapi ada juga remaja yang tidak mengetahui sebenarnya dirinya itu mengalami kekerasan seksual. Seperti contoh adanya kekerasan seksual yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara.

Gaya berpacaran yang dijelaskan pada tulisan ini yaitu berdampak kekerasan seksual tersebut dapat dikaitkan dengan teori sosiologi modern. Teori sosiologi modern tersebut adalah teori konflik yang tokohnya adalah Lewis A. Coser. Teori konflik ini ada tiga tipe yaitu yang pertama adalah konflik realistis, kemudian yang kedua ada konflik nonrealistis, serta yang ketiga ada konflik realistis tanpa antagonisme. Pada topik ini, teori konfliknya menggunakan teori konflik realistis. Maksudnya adalah teori ini bisa terjadi semisal ada salah satu dari pasangan yang berpacaran menjadi penyebab konflik secara langsung.

PEMBAHASAN

Gaya Berpacaran

Pengertian pacaran adalah hubungan seseorang dengan seseorang lainnya yang membentuk sebuah relasi. Hubungan pacaran ini sama seperti hubungan persahabatan, hubungan antara orangtua dan anak, dan hubungan-hubungan lainnya. Pacaran ini adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi di masyarakat. Banyak sekali remaja bahkan dari Sekolah Dasar yang sudah berpacaran. Tetapi mereka yang usianya masih terlalu muda, belum mengerti arti pacaran yang sebenarnya.

Pacaran itu itu bisa diartikan sebagai hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang keduanya sama-sama menyukai dan memiliki perasaan yang sama. Kemudian juga mereka yang berpacaran itu memiliki rasa kasih sayang dari masing-masing individunya supaya salah satunya tidak merasa rugi. Dengan berpacaran pastinya akan lebih mengenal satu sama lain. Hubungan tersebut nantinya akan semakin berkembang. Saling percaya, saling jujur, saling terbuka, saling memahami dan saling bertanggungjawab satu sama lainnya untuk mereka yang berpacaran itu sangat penting. Karena terkadang berpacaran ini membuat semangat dalam belajar, memotivasi satu sama lain dan saling berbagi.

Kemudian berpacaran ini ada gaya berpacarannya. Gaya berpacaran setiap orang itu pasti berbeda-beda. Gaya berpacaran adalah suatu tindakan yang dilakukan saat seseorang sedang menjalin hubungan. Gaya berpacaran ini sangat berpengaruh pada hubungan orang yang berpacaran tersebut. Gaya berpacaran ada yang berdampak positif dan juga ada yang berdampak negatif. Gaya berpacaran yang berdampak positif itu contohnya saling memberi kasih sayang antara satu sama lain, meluangkan waktu untuk bertemu dan mengobrol bersama, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kemudian contoh gaya berpacaran yang berdampak negatif adalah berciuman bahkan melakukan hubungan seks. Gaya berpacaran itu ada banyak sekali.

Gaya pacaran yang pertama adalah gaya kepakan sayap burung merparti. Pada gaya ini pasangan orang yang berpacaran selalu terlihat bersama. Maksudnya adalah pasangan orang yang berpacaran dengan gaya ini itu terlihat bersama-sama dalam keadaan apapun contohnya ada disetiap waktu, disetiap acara apapun, dan disetiap tempat. Pacaran dengan gaya ini bisa dikatakan sebagai sepasang sayap. Oleh karena itu dinamakan gaya kepakan sayap burung merpati.

Selanjutnya gaya pacaran yang kedua adalah gaya gerak jalan atau jalan santai. Pada gaya ini, hubungan yang sedang dijalani itu terjalin secara jarak jauh. Karena terjalinnya secara jarak jauh, maka pertemuan pasangan yang berpacaran tersebut sangat jarang terjadi. Sehingga pasangan yang menggunakan gaya berpacaran ini menghabiskan waktu mereka dengan menggunakan HP atau alat elektronik lainnya. Mereka akan mengabari satu sama lainnya menggunakan SMS, Telpon, atau videocall.

Selanjutnya gaya pacaran yang ketiga adalah gaya medan magnet. Pada gaya ini, pasangan itu terlihat dekat banget bagaikan sebuah magnet. Jadi salah satu pasangan ini sangat terikat sekali. Gaya pacaran ini contohnya seperti memasak untuk pacarnya, mencuci baju, membelikan baju, membayar kebutuhan pacarnya, bahkan bisa juga sampai tinggal bersama pacarnya.

Kemudian gaya pacaran yang keempat adalah gaya pacaran kuno atau klasik. Pada gaya ini, pasangan yang berpacaran masih terikat sama norma dan agama bahkan adat. Karena pada gaya berpacaran ini, pihak perempuannya itu sangat menghormati pihak laki-laki. Oleh karena itu, pihak laki-laki memiliki peranan yang besar dalam hubungan pada gaya berpacaran ini. Selain itu juga, tingkah laku pasangan dalam berpacaran juga spesifik yang artinya terbatas.

Lalu, gaya berpacaran yang kelima adalah gaya modern. Pada gaya ini yang memegang peranan yang sangat penting itu pihhak perempuannya. Jadi gaya berpacaran ini, kebalikannya dengan gaya berpacaran kuno atau klasik. Pada gaya berpacaran modern kali ini yang memutuskan segala keputusan adalah dari pihak perempuannya.

Selanjutnya yang keenam ada gaya berpacaran semi modern-klasik. Pada gaya berpacaran ini, hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sangat seimbang. Karena segalanya itu sangat dipertimbangkan oleh kedua belah pihak. Gaya ini sangat bagus karena semunya sama antara seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Yang terakhir yaitu ada gaya berpacaran kombinasi. Pada gaya ini, terdapat beberapa gabungan gaya yang digunakan oleh pasangan yang berpacaran. Dalam menjalin hubungan, biasanya tergantung menggunakan gaya berpacaran yang mana. Setiap pasangan pasti berbeda. Dengan menggunakan gaya berpacaran ini, dapat disimpulkan bahwa gaya berpacaran kombinasi dapat mengambil beberapa gaya berpacaran lainnya.

Kekesaran Seksual

Pada saat ini, perempuan masih dilihat sebagai makhluk yang lemah. Mengapa demikian? Karena perempuan dianggap lemah secara fisik dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki itu dilihat sebagai orang yang kuat dan berani. Dan sampai saat ini, masih banyak sekali kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan. Kekerasan yang terjadi pada era modern ini adalah hambatan karena bisa menyebabkan kurangnya kepercayaan diri dari perempuan.

Kekerasan seksual dapat diartikan sebagai semua bentuk perilaku yang dijalankan atau dikerjakan kepada seorang perempuan dan dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman dan perasaan takut dan juga bisa terjadi pelecehan seksual seperti siulan atau bisa juga godaan terhadap seorang perempuan. Kekeran seksual adalah masalah yang sudah sering sekali terjadi di masyarkat. Kekerasan seksual contohnya adalah pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan.

Kekerasan seksual itu menunjuk pada penyerangan atau bisa juga tanpa penyerangan. Pada kekerasan seksual penyerangan dapat menimbulkan penderitaan seperti cedera secara fisik. Contohnya kekerasan seksual penyerangan yaitu dipaksa. Kalau kekerasan seksual tanpa penyerangan itu dapat menimbulkan penderitaan seperti menderita trauma emosional. Contohnya kekerasan seksual tanpa penyerangan yaitu dirayu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kekerasan sosial yang terjadi saat ini masih sangat banyak sekali. Kekerasan dari yang sudah berkeluarga atau bahkan yang masih pacaran. Jika sudah berkeluarga berarti masalahnya sudah rumit. Sekarang juga masih banyak korban kekerasan seksual yang masih takut untuk melaporkan atau mengakui kalau dirinya adalah korban kekerasan seksual.

 

Kasus Kekerasan Seksual 

Kasus kekerasan seksual bukan cuma terjadi pada pasangan yang telah menikah saja. Ternyata banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi diluar pasangan yang sudah menikah. Salah satu contohnya yaitu terjadi pada pasangan yang masih pacaran. Kekerasan seksual yang terjadi pada pasangan yang masih pacaran biasanya terjadi karena secara sengaja memaksa pasangannya dan bisa menjadikan pasanganya itu takut.

Data dari komnas perempuan bahwa sejak tahun 2010 terjadi 1000 kasus kekerasan dalam pacaran. Nah tahun 2011 itu sudah tercatat laporan kasus kekerasan seksual dalam pacaran sebanyak 1405, sedangkan tahun 2016, tercatat sebanyak 2734 kasus kekerasan dalam pacaran atau dating violence. Bahkan Lembaga bantuan hukum (LBH) APIK tahun 2015 menangani 23 kasus kekerasan dalam pacaran, 22% mengalami kekerasan seksual, 35% ingkat janji dalam pernikahan, 26% mengalami kekerasan fisik, dan 17% mengalami kekerasan dalam bentuk pemanfaatan ekonomi oleh pelaku.

Kasus yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara adalah seorang perempuan, ada juga laki-laki tetapi tidak banyak. Perempuan tersebut kebanyakan dari umur 18 sampai 21 tahun dan ada juga yang 22-25 tahun tetapi tidak banyak. Pada kasus kekerasan seksual yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara termasuk sangat rendah. Rendah yang dimaksud yaitu masuk ke kategori yang rendah dengan 21% sampai 40%.

Ada beberapa aspek kekerasan seksual dalam berpacaran. Yang pertama ada aspek fisik contohnya seperti dicubit, digigit, ditampat, ditendang, dipukul, dijambak, dicakar, dan disulutkan punting rokok. Yang kedua ada aspek psikis contohnya seperti dicurigai, dibandingkan sama orang lain, diabaikan, diancam, tuduh selingkuh, ditinggal selingkuh pacar, direndahkan di depan umum, dan dihina. Yang ketiga ada aspek ekonomi contohnya sepeti diminta untuk traktir, dipinjam benda yang dimiliki dan tidak dikembalikan, dan diminta buat membayar hutang. Yang keempat ada aspek sosial contohnya seperti dibuka dan dilihat isi handphone, selalu diperhatikan, dilarang jalan sama orang lain, membatasi aktifitas, dibatasasi berteman, dan dilarang bertemu keluarga. Yang terakhir ada aspek seksual contohnya seperti tubuh diraba, dipaksa buat dipeluk, dipaksa buat ciuman, dipaksa buat berhubungan seksual, dan dipaksa buat berhubungan seksual dengan alasan untuk memperbaiki hubungan.

Dari beberapa aspek yang tadi sudah disebutkan dan dijelaskan, pada kekerasan seksual mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara, paling banyak dialami adalah yaitu aspek fisik dengan dicubit sekitar 53,4%, kemudian aspek psikis dengan dicurigai sebanyak 84,73%, kemudian ada aspek ekonomi seperti diminta untuk traktir sebanyak 16,03%, selanjutnya ada aspek sosial dengan diperiksa handphonenya sebanyak 86,25%, dan yang terakhir adalah aspek seksual dengan diraba tubuhnya sebanyak 32,82%.

 

Teori yang Digunakan dan Kaitannya dengan Kasus Tersebut

Teori yang dipakai pada kasus ini ialah teori konflik dengan tokohnya yaitu Lewis A. Coser. Beliau menyebutkan konflik ini bisa berdampak positif dan bisa juga negatif. Konflik ini adalah sebuah interaksi sosial. Konflik bisa membantu masing-masing dari pihak yang lebih memahami kebutuhan satu sama lain dan dapat memperkuat ikatan yang terjalin. Dalam kasus yang sudah dijelaskan tadi, konflik yang terjadi yaitu adalah adanya kekerasan dari berbagai aspek kekerasan dalam berpacaran. Jadi konflik tersebut telah menyinggung tema inti maka konflik tersebut dapat menyebabkan hal yang negatif seperti contoh akhirnya sebuah hubungan. Tema inti dari tiap pasangan yang berpacaran itu berbeda-beda. Contohnya seperti kurangnya perhatian dapat sebagai tema inti, dicubit dan dipukul sebagai tema intinya. Jadi kesimpulannya adalah jika konflik tersebut sudah mengenai tema inti, maka akan berakhir sebuah hubungan yang ada. 

Lewis A. Coser mengemukakan beberpa tipe konflik yaitu ada konflik realistis (bersifat langsung), konflik nonrealistis (bersifat tidak langsung), serta konflik realistis tanpa antagonisme (bisa terjadi karena dari masing-masing pihak Cuma menempatkan dirinya pada status dan peran. Pada beberapa tipe konflik tersebut pasti ditemui dalam konflik hubungan berpacaran. Pada kasus tersebut lebih masuk kepada tipe konflik yaitu konflik realitas. Dimana dalam kasus kekerasan seksual ini salah satu pasangan menjadi penyebab dari konflik tersebut. Contohnya pada kasus tersebut adalah salah satu pasangan meraba tubuh pasangannya. Itu dapat menyebabkan konflik dalam hubungan pacaran tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kaitannya teori konflik oleh Lewis A. Coser dengan kasus yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara yaitu adanya salah satu pasangan penyebab konflik. Terlihat jelas bahwa emang rata-rata penyebab konflik terjadi karena adanya perlakuan yang kurang baik kepada pasangannya. Ketika perlakuan tersebut membuat pacarnya tidak merasa nyaman (melakukan kekerasan seksual seperti diraba, dicubit), maka akan terjadi konflik. Konflik tersebut akan berakhir pada hal yang negatif seperti putus dengan pacarnya dikarenakan konflik tersebut sudah masuk kepada tema ini.

 

KESIMPULAN

Gaya berpacaran ada beberapa macam. Gaya pacaran yang pertama adalah gaya kepakan sayap burung merparti. selanjutnya gaya pacaran yang kedua adalah gaya gerak jalan atau jalan santai, selanjutnya gaya pacaran yang ketiga adalah gaya medan magnet, kemudian gaya pacaran yang keempat adalah gaya pacaran kuno atau klasik, lalu gaya berpacaran yang kelima adalah gaya modern, selanjutnya yang keenam ada gaya berpacaran semi modern-klasik, yang terakhir yaitu ada gaya berpacaran kombinasi.

Pada kasus yang terjadi pada mahasiswa keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara terjadi kekerasan seksual dari berbagai aspek. Aspek tersebut adalah aspek fisik, aspek psikis, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek seksual. Yang paling banyak terjadi kekerasan dalam berpacaran yaitu pada aspek aspek fisik dengan dicubit, aspek psikis, aspek ekonomi seperti diminta untuk traktir, aspek sosial dalam bentuk diperiksa handphonenya, dan aspek seksual dalam bentuk diraba tubuhnya.

Kemudian teori yang berkaitan dengan kasus tersebut adalah teori konflik oleh Lewis A. Coser dengan konflik realitas yaitu adanya salah satu pasangan penyebab konflik. Konflik ini bisa ada karena adanya salah satu pihak sebagai penyebab konflik tersebut. Terlihat jelas bahwa emang rata-rata penyebab konflik terjadi karena adanya perlakuan yang kurang baik kepada pasangannya. Konflik tersebut dapat berakhir pada hal yang negatif seperti putus dengan pacarnya dikarenakan konflik tersebut sudah masuk kepada tema ini dan juga dapat juga berakhir positif seperti memperbaiki sikap dan hubungan.

SUMBER

Ayu Safitri, W. (2013). Dampak Kekerasan Dalam Berpacaran. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ 2013, I (1): 1-6.

Edison M.Si,ahmad. 2010.Metodologi Penelitian.Pekanbaru:Universitas Riau Fimaira,atika.Perilaku Remaja Dalam Berpacaran Di Kelurahan Simpang Baru Panam.Skripsi FISIPOL UNRI, Pekanbaru.

Himawan, A, H. (2007). Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Imani, N. (2016). Kissing Lips Sebagai Gaya Berpacaran Mahasiswa Modern Di Yogyakarta. E-Societas, 5(4).

J.Goodman, G. R. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kartono. (2007). Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sari, D. P., & Satriyandari, Y. (2017). HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN DATING VIOLENCE PADA MAHASISWA PRODI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV DI UNIVERSITAS 'AISYIYAH YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

Scott, J. (2007). Fifty Key Sociologists. New York: Routledge.

Soba, S. E., Rambi, C. A., & Umboh, M. J. (2018). Gambaran Kekerasan dalam Berpacaran pada Mahasiswa Keperawatan di Politeknik Negeri Nusa Utara. Jurnal Ilmiah Sesebanua, 2(1), 38-44.

Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Wahyu Budi Nugroho & Sukma Sushanti. (2019). Kekerasan dalam Pacaran: Anatomi Konflik dan Penyelesaiannya. JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo) -- Volume 3, No. 2, 2019.

Yonna Beatrix Salamor & Anna Maria Salamor. (2022). Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan (Kajian Perbandingan Indonesia-India). Volume 2 Nomor 1, April 2022: h. 7-11.

Zaitunah. (2004). Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren                                                                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun