Mohon tunggu...
ARUM PUTRI
ARUM PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Traveling, Kuliner dan Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Latar Belakang KH. Ahmad Dahlan dan Pemikiran Keagamaan Serta Gerakan Dakwahnya

12 November 2024   11:00 Diperbarui: 12 November 2024   11:01 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Latar belakang nasab KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan, yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis, lahir di Yogyakarta pada tahun 1868 Masehi. Ayahnya, Kyai Haji Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, adalah seorang khatib di Masjid Sultan Yogyakarta, sedangkan ibunya, Siti Aminah binti Kyai Haji Ibrahim, menjabat sebagai penghulu besar di kota tersebut. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 1869. Muhammad Darwis adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Urutan saudara-saudaranya adalah: (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai Muhsinah (Nyai Nur), (3) Nyai Hj. Sholeh, (4) Muhammad Darwis (KH. Ahmad Dahlan), (5) Nyai Abdurrahman, dan (6) Nyai Hj. Muhammad Fekih (Ibunya H. Ahmad Badawi), dan (7) Muhammad Basir. 

Berdasarkan buku silsilah milik Eyang Abd. Rahman Pleso Kuning, garis keturunan Muhammad Darwis, yang dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan, adalah sebagai berikut: Muhammad Darwis adalah putra H. Abu Bakar bin K.H Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin kyai Ilyas bin Demang Jurang Juru Kapindo bin Jurang Juru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig bin Maulana bin Muhammad Fadlullah (prapen) bin Maulana 'Ainul Jaqin bin Maulanal shaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Garis keturunan Muhammad Darwis sebagian besar berasal dari para kyai, termasuk Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad Darwis tumbuh dalam lingkungan keislaman yang kuat. Beliau lahir dan dibesarkan di Yogyakarta, tepatnya di kampung Kauman yang terkenal.

B. Pemikiran keagamaan dan gerakan dakwah KH. Ahmad Dahlan

1. Pemurnian dan pembaruan islam di Indonesia

Latar belakang pemurnian Islam di Indonesia oleh KH Ahmad Dahlan didasarkan pada kondisi masyarakat Indonesia yang masih terbelakang. Pemurnian Islam yang dilakukan KH Ahmad Dahlan mencakup beberapa aspek, yaitu:

- Pemurnian aqidah dan syirik, bid'ah, khurafat, dan takhayyulP

- Pemurnian dalam praktek pelaksanaan ibadah, seperti pelurusan arah kiblat

- Pembaharuan pendidikan dengan menggabungkan pendidikan umum dan pendidikan agama Islam yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah

Mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912. Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah, serta membersihkan praktik-praktik yang dianggap menyimpang seperti takhayul, bid'ah, dan khurafat. 

2. Dasar hukum islam adalah Al-Quran dan Sunnah

K.H. Ahmad Dahlan, sebagai pendiri Muhammadiyah, menggunakan dua hukum utama sebagai landasan penting dalam membangun dasar perjuangan organisasi ini, yang bertujuan untuk membawa perubahan sosial, keagamaan, dan pendidikan dalam masyarakat sesuai dengan ajaran Islam yang murni dan progresif.

K.H. Ahmad Dahlan menjadikan beberapa ayat Al-Qur'an sebagai landasan utama dalam mendirikan Muhammadiyah. Di antara surah yang sering disebut sebagai dasar perjuangan Muhammadiyah adalah:

Surah Ali Imran ayat 104 : 

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Ayat ini sangat penting bagi K.H. Ahmad Dahlan karena mengandung pesan yang sangat jelas tentang pentingnya peran umat Islam dalam mengajak masyarakat kepada kebaikan, serta mencegah segala bentuk kemungkaran yang ada di tengah-tengah masyarakat. Surah ini memberikan landasan bagi semangat dakwah Muhammadiyah, yang bukan hanya berfokus pada peribadatan individual, tetapi juga pada upaya perubahan sosial dan moral dalam masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa tugas umat Islam adalah untuk senantiasa berusaha mewujudkan masyarakat yang lebih baik dengan mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua, sesuai dengan ajaran Islam yang sejati. Oleh karena itu, Muhammadiyah didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang murni dan menyeluruh, baik dalam aspek keagamaan maupun sosial.

3. Beramal dalam berakal

Dengan kata lain, menjalankan ajaran Islam seharusnya tidak hanya berhenti pada ucapan atau teori belaka, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang memberikan manfaat bagi umat dan masyarakat luas. Hal ini termasuk dalam pengorbanan harta, waktu, dan tenaga untuk perjuangan Islam. K.H. Ahmad Dahlan sangat menekankan pentingnya amal yang konkret dan tidak hanya berbicara tentang konsep-konsep agama tanpa dilandasi dengan aksi nyata. Beliau lebih mengutamakan beramal melalui tindakan yang langsung dirasakan oleh umat, ketimbang hanya menghabiskan waktu untuk menulis atau berbicara tanpa hasil yang nyata. Sebagai bukti dari prinsip ini, berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) didirikan, yang mencakup berbagai bidang, seperti panti asuhan untuk merawat anak-anak yatim piatu, sekolah-sekolah untuk memberikan pendidikan yang berkualitas, rumah sakit untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau, boarding school untuk mendidik generasi muda dengan disiplin dan karakter yang baik, perguruan tinggi untuk mencetak para ilmuwan dan pemimpin masa depan, poliklinik untuk melayani kesehatan masyarakat, serta berbagai lembaga sosial lainnya yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Semua usaha ini mencerminkan dedikasi Muhammadiyah dalam mengimplementasikan ajaran Islam yang tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial, dengan harapan dapat menciptakan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat dan perubahan. 

4. Memberikan pelajaran agama di sekolah - sekolah pemerintah

K.H. Ahmad Dahlan pernah bergabung dengan organisasi Budi Utomo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk memberikan pelajaran agama kepada para anggotanya. Ia melihat pentingnya menyebarkan pengetahuan agama kepada mereka yang terlibat dalam organisasi ini, terutama karena Budi Utomo merupakan salah satu organisasi yang berpengaruh dalam memperjuangkan kemajuan bangsa. Selain itu, K.H. Ahmad Dahlan juga berharap agar para guru yang menerima pelajaran darinya tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga mampu meneruskan dan mengajarkan pengetahuan tersebut kepada murid-murid mereka masing-masing. Dengan cara ini, ia berharap bisa menciptakan sebuah rantai pendidikan yang tidak hanya terbatas pada satu kelompok, tetapi meluas kepada masyarakat secara umum, sehingga ajaran Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. Pendekatan ini menunjukkan visi K.H. Ahmad Dahlan yang lebih luas, yaitu untuk membangun umat yang cerdas dan terdidik, serta memadukan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum untuk kemajuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun