Mohon tunggu...
ARUM PUSPITA
ARUM PUSPITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saat ini saya adalah mahasiswa Teknik Informatika yang tengah fokus pada pengembangan web dan desain. Selain itu, saya juga seorang mahasantri yang berkomitmen untuk memperdalam pemahaman sosial dan terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penerapan Enterprise Architecture untuk Sistem Informasi Banjir yang Tangguh

19 September 2024   12:16 Diperbarui: 19 September 2024   12:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Penerapan Enterprise Architecture untuk Sistem Informasi Banjir yang Tangguh


Enterprise Architecture (EA) telah berkembang menjadi kerangka penting dalam pengelolaan sistem informasi, khususnya dalam penanganan bencana alam yang membutuhkan koordinasi cepat dan efektif antar berbagai lembaga. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Yun Jiang dan Chong Wang (2013) berjudul Flood Information System Architecture Research Based on Enterprise Architecture menunjukkan relevansi dan kontribusi EA dalam membangun sistem informasi darurat banjir yang tangguh. Dalam artikel ini, penulis menggambarkan bagaimana EA dapat digunakan untuk mengintegrasikan arsitektur bisnis, aplikasi, data, dan teknologi ke dalam satu kerangka yang komprehensif. Menurut mereka, banjir adalah salah satu bencana alam yang paling merusak di dunia, dengan kerugian ekonomi tahunan mencapai 15-20 miliar yuan di Tiongkok, atau sekitar 1,2% dari Produk Nasional Bruto (PNB). Lebih dari dua pertiga wilayah di Tiongkok terancam banjir, sehingga penting untuk memiliki sistem informasi yang dapat merespons situasi darurat dengan cepat.

Melalui penelitian ini, Jiang dan Wang memberikan wawasan penting mengenai bagaimana pendekatan EA dapat meningkatkan kolaborasi antara departemen pemerintah dan lembaga terkait dalam menghadapi bencana. Penulis menekankan bahwa saat terjadi bencana, berbagai faktor yang tidak terduga dapat memperburuk manajemen darurat, seperti kurangnya koordinasi antara lembaga dan masalah dalam berbagi informasi. EA, sebagai kerangka sistem yang terorganisir, memberikan solusi melalui perencanaan arsitektur yang terstruktur dan mampu mengatasi hambatan komunikasi dan manajemen dalam keadaan darurat.

Penggunaan Enterprise Architecture (EA) dalam pengelolaan sistem informasi darurat banjir yang diusulkan oleh Jiang dan Wang (2013) menunjukkan pendekatan yang inovatif dan relevan. Dalam konteks manajemen bencana, EA menawarkan solusi yang sistematis dengan mengintegrasikan beberapa lapisan arsitektur---mulai dari bisnis, aplikasi, data, hingga teknologi---untuk menciptakan sistem informasi yang responsif. Salah satu keuntungan besar dari penerapan EA adalah kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi berbagi informasi antar departemen. Ketika banjir terjadi, informasi harus dapat dikomunikasikan dengan cepat dan tepat di antara berbagai lembaga, mulai dari badan cuaca hingga otoritas lokal. Sistem ini dirancang agar memungkinkan berbagai entitas untuk mengambil keputusan berdasarkan data yang sama, mengurangi redundansi, dan mempercepat proses tanggap darurat.

Salah satu aspek penting yang disoroti dalam penelitian ini adalah penggunaan teknologi baru, seperti arsitektur layanan berorientasi (SOA) dan komputasi awan, yang telah memperluas cakupan kemampuan sistem informasi. Dengan SOA, berbagai unit pemerintah dan organisasi dapat membangun layanan yang lebih personalisasi dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing departemen. Sementara itu, komputasi awan memungkinkan penyimpanan dan akses data secara efisien, dengan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan infrastruktur TI tradisional. Dengan memanfaatkan teknologi ini, sistem informasi darurat banjir dapat terus diperbarui secara real-time dan memberikan akses cepat bagi para pengambil keputusan. Pada akhirnya, hal ini mempercepat proses mitigasi bencana dan memungkinkan pengurangan kerugian yang lebih signifikan.

Namun, ada tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satu kekurangan besar dalam implementasi sistem berbasis EA adalah kebutuhan investasi besar dalam pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur teknologi yang kompleks. Meskipun artikel ini tidak menyebutkan secara eksplisit biaya yang dibutuhkan, sistem EA yang dikembangkan untuk skala nasional pastinya memerlukan anggaran yang signifikan, terutama untuk mengintegrasikan berbagai sistem lama yang telah ada. Menurut laporan dari Gartner (2012), implementasi EA dalam skala besar dapat memakan waktu hingga 5 tahun dengan biaya yang bisa mencapai jutaan dolar. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, terutama di negara-negara berkembang yang mungkin memiliki keterbatasan anggaran dalam pengembangan sistem teknologi mutakhir.

Penelitian Jiang dan Wang juga menekankan bahwa meskipun EA dapat memberikan solusi yang holistik, penerapannya tidak dapat berhasil tanpa adanya kolaborasi yang baik di antara semua pemangku kepentingan. Dalam manajemen darurat banjir, misalnya, koordinasi antara badan meteorologi, kementerian dalam negeri, serta lembaga pertahanan sipil sangatlah penting. Jika salah satu elemen dalam sistem tersebut gagal berfungsi, maka keseluruhan efektivitas sistem juga akan terganggu. Oleh karena itu, penerapan EA harus dibarengi dengan pelatihan dan penyelarasan proses kerja antara lembaga, agar dapat menciptakan sistem yang benar-benar tangguh dan andal dalam menghadapi situasi darurat.

Penerapan Enterprise Architecture (EA) dalam pengembangan sistem informasi darurat banjir, seperti yang diuraikan oleh Jiang dan Wang (2013), menawarkan potensi besar dalam memperbaiki respons bencana di berbagai tingkat. Dengan kemampuan EA untuk mengintegrasikan berbagai elemen arsitektur, mulai dari bisnis hingga teknologi, sistem informasi dapat menjadi lebih tangguh dan efisien dalam menangani situasi darurat. Namun, tantangan utama dalam implementasi EA adalah besarnya biaya dan kompleksitas teknis yang diperlukan. Selain itu, keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada kolaborasi yang baik di antara lembaga-lembaga yang terlibat.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan pandangan yang kuat bahwa EA dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memperbaiki sistem manajemen darurat banjir di Tiongkok maupun di negara lain yang rawan bencana. Meskipun memerlukan investasi besar, manfaat yang diperoleh dalam hal efisiensi koordinasi dan respons darurat sangatlah signifikan. Dengan peningkatan teknologi dan proses kerja yang lebih baik, sistem berbasis EA berpotensi menjadi fondasi yang kuat untuk pengelolaan bencana yang lebih terintegrasi dan adaptif.

Referensi

Jiang, Y., & Wang, C. (2013). Flood Information System Architecture Research Based on Enterprise Architecture. 2013 International Conference on Information Technology and Applications. https://doi.org/10.1109/ITA.2013.49

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun