pada bibir pantai kapal pesiarku berlabuh
setelah melintasi teluk dan samudera rindu
terhadap tegarnya batu karang
di sanalah sebuah kehidupan dibangun
di atas tirani rokat laut yang sauh
"kemarilah sebelum aku berhenti menari
esok, mungkin cuaca begitu resah!"
kudengar suara itu dari kesendirian yang belia
tiba-tiba hidup kumaknai sebuah kepergian
tatkala nyanyian laut disenandungkan putri titisan bidadari
tatkala puisi pantai diprosakan ikan-ikan
dari kedalaman yang fitrah
dan tak pernah kembali
semenjak itu kapalku karam
menghikmati asin laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H