rasanya seperti meremas-remas tulang waktu
pintu-pintu tatap hening.
"bicaralah meski pada manis dan asam hari!" katamu
di kamar itu angin bercakap-cakap gontai
entah tentang cinta yang lebur jadi berita
entah tentang debur ombak yang menghantam tubir pantai
di antara iklim berpendar kasih
kau memberiku coklat
aku memberimu kembang gula
kita pun hablur bersama ribuan kupu-kupu di taman juwita
waktu melesat cepat. seolah tak ada lagi yang harus
dibicarakan selain risalah janji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!