setelah entah bangku ke berapa kita huni
dalam simfoni kemesraan?
Sedloif itukah kau maknai diriku?
Aku termangu dalam dekap sunyi yang agung
menepi pada sepi yang rindang
hanya sekadar menunggumu yang tak kunjung pulang Â
menjelang senja, kutapis senyumku yang renta lantaran mengingatmu
dan semua akan pergi, pada akhirnya.
Maka, setelah kuceritakan semuanya
usai kukisahkan padamu mengenai luka,
sebenarnya tak ada yang akan benar-benar pergi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!