Dan sahabat pun khusyuk
bercinta dengan jihad. Mengikhlaskan jiwa-jiwa pergi
hanya demi satu jiwa yang tinggal.
Tombak-tombak sembahyang seiring tetes darah
dari pipi dan kening berdesakan.
Tulang-tulang remuk bersujud bersama tubuh yang lunglai
meratapi tanah.
Langit cengang menyaksikan ketulusan hati membela Sang Nabi.
Lalu kalimat suci pun terlisankan dalam guyub dzikir,
"Duri menyentuhmu pun, aku tak rela."
Dan demi Sang Nabi, aksara tertulis dengan harga mati.
Bagaimana aku bisa lari, bila cahaya yang mengendap di wajahmu
telah meninggikan bunga juga matahari.
Bagaimana aku bisa pergi, bila cintaku padamu telah memenuhi
seluruh rongga dada dan nadi.
Maka sesungguhnya,
hanya dengan berkirim salam padamu,
aku tenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI