Mohon tunggu...
Arum Dwi Sulistiyo Wati
Arum Dwi Sulistiyo Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan dengan fokus pada konsentrasi moneter. Tertarik mendalami kebijakan makroprudensial, keuangan digital, dan efektivitas instrumen moneter dalam perekonomian Indonesia. Melalui tulisan-tulisan ini, saya berharap dapat berbagi wawasan dan berdiskusi mengenai berbagai isu ekonomi terkini yang berkaitan dengan kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Central Bank Digital Currency (CBDC): Menyongsong Era Keuangan Digital yang Inklusif

3 November 2024   12:12 Diperbarui: 3 November 2024   12:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digitalisasi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, dari interaksi sosial hingga cara kerja, dan tidak terkecuali dalam sektor keuangan. Perbankan digital, fintech, dan inovasi pembayaran tanpa kontak telah merevolusi cara masyarakat bertransaksi. Salah satu inovasi terbaru yang saat ini sedang dibahas oleh banyak bank sentral di seluruh dunia adalah Central Bank Digital Currency (CBDC) atau mata uang digital bank sentral. Konsep CBDC pada dasarnya adalah versi digital dari mata uang fiat yang dikeluarkan oleh bank sentral, dan ide ini memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita bertransaksi, menyimpan uang, dan mengelola kebijakan moneter di masa depan.

Saat ini, masyarakat global mengalami peningkatan adopsi teknologi digital dalam transaksi sehari-hari, terutama dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, layanan pembayaran digital, dan platform fintech. Namun, masih ada ketimpangan dalam akses ke layanan perbankan, khususnya di negara-negara berkembang. CBDC menawarkan potensi untuk menciptakan sistem pembayaran yang inklusif, cepat, dan aman, yang dapat menjangkau masyarakat yang belum terlayani oleh layanan perbankan tradisional. Selain itu, penggunaan uang tunai cenderung menurun di berbagai negara. Pandemi COVID-19 mempercepat transisi ke transaksi non-tunai, dan CBDC dapat mengisi ruang ini dengan memberikan alternatif yang efisien dan didukung penuh oleh negara. CBDC juga memungkinkan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada uang fisik, mengurangi biaya cetak, distribusi, dan penyimpanan yang selama ini membebani pemerintah.

Indonesia, seperti banyak negara lainnya, sedang mempelajari penerapan CBDC. Bank Indonesia (BI) telah menyatakan minatnya untuk menjajaki potensi CBDC sebagai alat pembayaran digital yang dapat menggantikan uang tunai dalam jangka panjang. Dengan tingkat adopsi teknologi yang tinggi dan penetrasi internet yang semakin luas, Indonesia memiliki fondasi yang cukup kuat untuk mengembangkan dan mengimplementasikan CBDC. Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia juga cukup kompleks. Infrastruktur digital yang masih belum merata, terutama di wilayah terpencil, menjadi salah satu hambatan utama. Selain itu, masih ada tantangan dalam hal edukasi dan literasi keuangan digital bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Agar CBDC dapat diadopsi dengan baik, Bank Indonesia perlu memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang memadai tentang penggunaannya dan manfaatnya.

CBDC memiliki berbagai manfaat bagi perekonomian, salah satunya adalah efisiensi transaksi dan biaya yang lebih rendah. CBDC memungkinkan transaksi menjadi lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan sistem pembayaran tradisional, terutama dalam pembayaran lintas negara, di mana penggunaan CBDC dapat mengurangi biaya konversi mata uang dan memungkinkan transaksi instan yang lebih efisien. Selain itu, CBDC juga mendukung inklusi keuangan. Dengan akses langsung ke mata uang digital melalui perangkat digital seperti smartphone, jutaan orang yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan dapat ikut berpartisipasi dalam sistem keuangan formal. CBDC juga menawarkan keunggulan transparansi, di mana setiap transaksi tercatat dan dapat diawasi oleh otoritas keuangan, yang memungkinkan deteksi dini terhadap aktivitas ilegal seperti pencucian uang, pendanaan terorisme, dan penghindaran pajak. Selain itu, CBDC yang didukung penuh oleh bank sentral berpotensi meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Dengan adanya CBDC, risiko yang terkait dengan platform uang elektronik komersial yang tidak terjamin sepenuhnya oleh negara dapat dikurangi, sehingga masyarakat tidak lagi terlalu bergantung pada uang elektronik yang diterbitkan oleh perusahaan fintech, yang mungkin tidak sepenuhnya stabil atau terlindungi dari fluktuasi pasar.

Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam implementasi CBDC. Pertama, aspek keamanan dan privasi menjadi perhatian utama, karena CBDC memungkinkan pemerintah mengawasi setiap transaksi yang dilakukan pengguna, yang dapat mengancam privasi individu. Menjaga keseimbangan antara transparansi dan perlindungan privasi pengguna menjadi tantangan besar. Kedua, stabilitas keuangan bisa terganggu jika CBDC tidak diatur dengan baik. Misalnya, CBDC berpotensi menyebabkan bank run, di mana masyarakat lebih memilih menyimpan uang dalam bentuk CBDC daripada di bank komersial, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas sistem perbankan. Tantangan lain yang signifikan adalah kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang kuat dan aman, terutama untuk melindungi sistem dari ancaman siber. Selain itu, distribusi yang merata ke seluruh masyarakat, terutama di wilayah terpencil, masih menjadi tantangan besar untuk memastikan akses yang inklusif. Terakhir, CBDC juga dapat mempengaruhi kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral. Implementasi langsung CBDC bisa mempengaruhi tingkat suku bunga, inflasi, dan distribusi kredit ke masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan penyesuaian dan analisis kebijakan yang mendalam agar CBDC tidak menimbulkan dampak negatif pada stabilitas ekonomi.

CBDC memiliki potensi besar untuk mengubah sistem keuangan global. Dari efisiensi transaksi hingga peningkatan inklusi keuangan, CBDC dapat menjadi solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi dalam sistem keuangan saat ini. Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada bagaimana bank sentral mengatasi tantangan yang ada, termasuk keamanan data, privasi, dan stabilitas sistem keuangan. Untuk Indonesia, CBDC dapat menjadi langkah besar menuju inklusi keuangan yang lebih luas dan sistem pembayaran yang lebih efisien. Namun, ini memerlukan persiapan yang matang, termasuk infrastruktur teknologi yang kuat, kerangka regulasi yang jelas, serta edukasi masyarakat agar siap menyambut perubahan ini. CBDC mungkin tidak akan menggantikan uang tunai sepenuhnya dalam waktu dekat, tetapi ia dapat menjadi pelengkap yang kuat bagi ekosistem keuangan di era digital ini. Dengan kebijakan yang tepat dan penerapan yang hati-hati, CBDC dapat menjadi pilar penting dalam membangun sistem keuangan yang inklusif, transparan, dan stabil untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun