Mohon tunggu...
Arum Cahyaningtyas
Arum Cahyaningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan

Saya merupakan seorang Mahasiswi dengan minat khusus pada analisis media massa. Di Kompasiana, saya berbagi pemikiran dan analisis tentang bagaimana media mempengaruhi persepsi masyarakat dalam membentuk budaya kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Hajat Laut di Kabupaten Pangandaran

14 Juli 2024   06:52 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:56 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Pangandaran di pesisir selatan Jawa Barat terkenal bukan hanya karena keindahan pantainya, tetapi juga karena tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini. Salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah Hajat Laut. Dikutip dari detik.com (10/8/2022), dalam bahasa Sunda, Hajat Laut diartikan sebagai kahayang atau pamaksadan (keinginan), sementara laut melambangkan keagungan Sang Pencipta.

Bagi masyarakat Pangandaran, Hajat Laut memiliki makna yang sangat dalam. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang melimpah. Selain itu, Hajat Laut juga dipercaya sebagai cara untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi para nelayan dalam mengarungi lautan. Warga pesisir Pangandaran biasa menyelenggarakan hajat laut di setiap bulan Syura, salah satunya di pantai barat Pangandaran.

Hajat Laut terdiri dari serangkaian acara yang kaya akan tradisi dan makna. Dimulai dengan ijab dongdang, kemudian berlanjut ke kemitan dongdang, kirab dongdang, dan larung dongdang. Dikutip dari detikTravel (11/9/2020), dongdang atau jampana merupakan semacam pikulan yang berisi makanan sesajen dan kepala kambing. 

Acara juga mencakup tawasul dan cucurak, yang  merupakan makan bersama dengan nasi tumpeng. Sebagai penutup, diadakan pertunjukan seni budaya yang memukau, menambah kemeriahan dan nilai kultural dari tradisi ini. Antusiasme masyarakat terlihat jelas saat ratusan warga berpartisipasi dalam kirab dongdang, mengarak sesaji yang akan dilarung ke laut.

Klimaks acara ditandai dengan pelarungan sesaji ke tengah lautan, menciptakan pemandangan yang menakjubkan ketika iring-iringan perahu bergerak meriah membawa dongdang ke laut lepas. Momen yang paling dinantikan tiba saat dongdang dilarung; para nelayan dengan penuh semangat berlomba terjun ke laut untuk mengambil air di sekitar dongdang. 

Air ini kemudian dipercikkan ke perahu mereka, sebuah ritual yang sarat makna dan dianggap sangat penting oleh komunitas nelayan setempat. Tindakan ini mencerminkan kepercayaan mendalam masyarakat pesisir terhadap kekuatan laut dan harapan mereka akan keselamatan serta hasil tangkapan yang melimpah.

Tradisi Hajat Laut tidak hanya menjadi bentuk ungkapan syukur, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat ikatan sosial dalam masyarakat Pangandaran. Melalui persiapan dan pelaksanaan acara ini, terjalin kerjasama dan gotong royong antar warga yang semakin memperkuat kohesi sosial. Selain itu, Hajat Laut juga berperan dalam melestarikan kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional di tengah arus modernisasi. Dengan terus mempertahankan tradisi ini, masyarakat Pangandaran tidak hanya menjaga warisan budaya mereka, tetapi juga mentransmisikan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun