Mohon tunggu...
Arum Cahya Widodo
Arum Cahya Widodo Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa

Nama: Arum Cahya Widodo Umur: 18 Tahun Mahasiswa Universitas Muhhamadiyah R.A Fachrudin , Tangerang, Banten.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

sejarah bahasa indonesia dan perkembangannya

8 Januari 2025   13:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   12:34 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

NAMA : ARUM CAHYA WIDODO

NIM: 240201011

PRODI: D3 FARMASI

MATA KULIAH: Bahasa Indonesia

DOSEN: Faisal Kemal, M.Pd

 

                                                                                                                                  BAB 1

                                                                                  Sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia

 

1. Sejarah Bahasa Indonesia

            Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dalam kesehariannya. Salah satu cara utama untuk berinteraksi dan berkomunikasi adalah melalui bahasa. Bahasa membantu manusia menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan dengan lebih mudah (Mulyati, 2015; Utami, 2017). Sebagai alat komunikasi, bahasa memungkinkan seseorang menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain (Kridalaksana, 2011). Bahasa memiliki peran penting sebagai identitas manusia, yang menunjukkan pengakuan terhadap pemakaiannya dalam kehidupan bermasyarakat (Amanan & Sabrina, 2023). Dengan bahasa, manusia bisa mengekspresikan isi pikirannya, sehingga hal-hal yang dirasakan atau dipikirkan dapat diwujudkan dan dipahami oleh orang lain (Maftuhin, 2017).

            Keragaman bahasa muncul dari perbedaan daerah dan budaya. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan atau informasi. Seseorang yang menggunakan bahasa dengan baik dianggap memiliki kepribadian yang sopan dan beretika (Barnes & Mercer, 2016). Oleh karena itu, diperlukan bahasa yang dapat mempersatukan berbagai macam bahasa yang ada di masyarakat.

            Indonesia, sebagai negara kepulauan di Asia Tenggara, memiliki keanekaragaman budaya dan bahasa akibat letak geografisnya yang terdiri atas ribuan pulau yang terpisah (Sukartha & Nengah, 2010). Negara ini memiliki lebih dari 300 bahasa daerah, yang menjadi salah satu kekayaan budayanya (Paauw, 2019). Namun, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pemersatu dan identitas bangsa (Samuel, 2018). Dalam era globalisasi, pengaruh bahasa asing dan bahasa gaul semakin dominan di masyarakat, sehingga penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah mulai berkurang (Okarisma et al., 2022). Banyak masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa gaul atau bahasa asing dalam percakapan sehari-hari (Paauw, 2019).

            Selain itu, kebutuhan internasional membuat masyarakat Indonesia lebih menguasai bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Meski mempelajari bahasa asing sangat penting, menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai warisan budaya juga tak kalah penting (Repelita, 2018).

            Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan bahasa nasional. Salah satu cara melakukannya adalah dengan mempelajari sejarah terbentuknya bahasa Indonesia serta memahami perkembangannya, termasuk perubahan dalam ejaan.

a. Pertama kali Bahasa Indonesia dikenal

            Menurut berbagai literatur, bahasa Indonesia pertama kali diperkenalkan secara resmi pada 28 Oktober 1928, bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Dalam Kongres Pemuda II, para pemuda dari berbagai suku dan daerah di Indonesia mengikrarkan Sumpah Pemuda, yang salah satu poinnya menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Momen ini menjadi tonggak sejarah penting karena bahasa Indonesia dipilih dari bahasa Melayu, yang saat itu sudah digunakan secara luas sebagai lingua franca di Nusantara. Pemilihan bahasa ini menunjukkan semangat persatuan dan cita-cita bersama untuk mencapai kemerdekaan Indonesia (Nugraha & Setiawan, 2019).

            Situasi saat itu menggambarkan semangat nasionalisme yang tinggi, di tengah penjajahan kolonial Belanda. Bahasa Indonesia diharapkan menjadi simbol persatuan di antara keragaman suku, budaya, dan bahasa yang ada di seluruh Nusantara. Dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bangsa Indonesia menunjukkan tekad kuat untuk bersatu melawan penjajahan dan membangun identitas nasional yang kokoh (Utami, 2020).

 

b. Penyebab Bahasa melayu menjadi rendah 

            Bahasa Melayu dipilih sebagai lingua franca dalam perdagangan karena kesederhanaannya dan kemudahan dalam komunikasi antar pedagang dari berbagai daerah. Bahasa ini juga menjadi cikal bakal bahasa Indonesia yang ditetapkan sebagai bahasa nasional pada Kongres Pemuda II tahun 1928. Keunggulan bahasa Melayu terletak pada sistem yang sederhana, tanpa tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa atau Sunda. Meskipun bahasa Melayu tersebar luas, penutur asli bahasa Indonesia tidak sebanyak bahasa daerah lain. Bahasa Melayu dipilih karena kemampuannya menjadi alat pemersatu dalam masyarakat yang beragam.

 

            Contoh perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu terletak pada penggunaan kata "mobil" di Indonesia dan "kereta" di Malaysia. Di Indonesia, kata "mobil" digunakan untuk merujuk pada kendaraan bermotor roda empat, sedangkan di Malaysia, "kereta" digunakan dengan arti yang sama. Meskipun kedua kata ini merujuk pada objek yang serupa, perbedaan istilah ini menunjukkan adanya variasi kosakata antara kedua bahasa yang meskipun serumpun, tetap memiliki ciri khas masing-masing dalam penggunaannya.

                                                                                               

                                                                                                                  DAFTAR PUSTAKA

Amanan & Sabrina. (2023). Menilik Asal-Usul Bahasa Indonesia. Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia. Vol. 5 No.3 Edisi 1.

Barnes, C., & Mercer, G. (2016). Disability, Work, and Welfare: Challenging the Social Exclusion of Disabled People. Peace Research Abstracts Journal, 43(1)

Kridalaksana, H. (2011). Kamus linguistik edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal usul, Teori dan Indikator. TATA LOKA. VOL 19. NO 2.

Mulyati. (2015). Terampil berbahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Okarisma Mailani, O,.& Nuraeni, I,.& Syakila, S, A,. & Lazuar, J,. (2022). Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia. KAMPRET Journal Vol. 1 No. 2.

Paauw, S. (2019). One Land, One Nation, One Language: An Analysis of Indonesia’s National Language Policy dalam H. Lehnert-LeHouillier dan A.B. Fine (ed.). University of Rochester working papers in the language sciences, 5(1), 2—16.

Repelita, T. (2018). Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia ((Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia). Jurnal Artefak. Vol 4 No 2. doi: http://dx.doi.org/10.25157/ja.v5i1.1927

Samuel, J. (2018). Kasus ajaib bahasa Indonesia? Pemodernan kosakata dan politik peristilahan. Terjemahan Dhany Saraswati Wardhany. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerja sama dengan École française d’Extrême-Orient, Pusat BahasaDepartemen Pendidikan Nasional, dan Forum Jakarta-Paris

Suhadi, B. .dkk. (1977). ”Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pergerakan (1920-1945)”. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun