Yang namanya bencana tentunya manusia tidak bisa melawan kehendak-Nya, seperti Gempa berkekuatan 7,7 Skala Ritcher (SK) yang mengguncang Sulawesi Tengah diikuti dengan terjangan tsunami yang menyapu kota Palu-Donggala pada Jumat sore, 28 September 2018. Â Ditambah fenomena alam yang masih awam bagi kita semua yaitu Likuifaksi dimana segala sesuatu yang ada dipermukaan tanah Petobo ditelan bumi.
Keadaan Palu-Donggala pasca gempa-tsunamo sangat memprihatikan dan semua warganya fokus mencari kerabat, sanak saudara yang terpisahkan. Â Namun sayangnya semua fasilitas umum dan infrastruktur tidak beroperasi baik karena rusak ataupun tidak ada petugas operasional until melayani warga, seperti yang dialami Pertamina. Penerangan gelap gulita menjadikan Palu-Donggala lumpuh total.
Malam itu juga Pertamina langsung mengaktifkan Crisic Center untuk mengidentifikasi dampak bencana terhadap Terminal BBM Donggala yang terletak di pesisir/tepi laut yang terhantam tsunami, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE), Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) dan sejumlah lembaga penyalur BBM dan LPG.
BBM sebagai sumber Energi Utama bagi warga Palu-Donggala
"Pada saat kondisi krisis yang terpenting itu adalah energi." kata Arya Dwi Pramita selaku External Communication Manager Pertamina saat acara Nangkring Kompasiana bertemakan Energi untuk Sulawesi Tengah.
Memang yang diteriakan pertama kali dalam kondisi krisis untuk daerah bencana adalah energi, oleh karena itu malam itu juga Personel Pertamina disekitar lokasi yang tidak tertimpa bencana mulai berkeliling keluar masuk rumah sakit dan posko pengungsian untuk mencari petugas operator dan pemilik SPBU yang bisa beroperasi segera mungkin.
Pencarian ini dilakukan karena akses komunikasi tidak ada, sedangkan energi sangat dibutuhkan segera.  Meskipun dalam kondisi berduka dimana 50% personel Pertamina yang belum bisa dihubungi karena fokus mencari keluarga, namun personel Pertamina yang stand by mulai bergerak cepat memenuhi komitmennya dalam penyediaan BBM di Palu-Donggala.Â
Korban gempa tsunami sangat memerlukan BBM untuk pasokan listrik/penerangan di daerah bencana dan juga untuk membantu korban yang tertimbun bangunan menggunakan alat berat yang membutuhkan BBM. Â Sedangkan LPG dibutuhkan posko pengungsian untuk memenuhi persediaan makanan korban bencana gempa tsunami di Palu-Donggala.
Relawan Pertamina kirim bantuan logistik dan salurkan BBM
Dalam penjelasannya, Bapak Arya mengungkapkan bahwa 2 tim relawan Pertamina Peduli berangkat menuju Sulawesi Tengah sehari setelah gempa-tsunami (29/9/18) menggunakan jalur darat, laut dan udara. Semua digerakkan dengan prioritas memberikan pertolongan kepada korban gempa tsunami di Palu-Donggala
Untuk jalur laut menggunakan Kapal TNI KRI Makasar memberangkatkan 7 relawan beserta bantuan logistik, sedangkan jalur darat, Tim Pertamina Peduli memberangkatkan 8 relawan dengan membawa bantuan logistik. Â Memang tujuan utama supaya bantuan logistik bisa mampu membantu berbagai kebutuhkan utama saat itu bagi saudara-saudara kita di Palu-Donggala.