Mohon tunggu...
Arum Butler
Arum Butler Mohon Tunggu... Administrasi - Just me.....

The Wallflower and The Wildflower Alumni Danone Blogger Academy Batch 1 Tahun 2017 www.arumsukapto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dehidrasi Berkelanjutan, Infeksi Saluran Kemih Mengancammu

5 Desember 2017   21:16 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:40 10726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan remehkan Dehidrasi (Dokumentasi Pribadi)

  Dokter mulai menanyakan keluhanku dan memeriksa kondisi tubuhku dan kujawab singkat sama seperti dokter di puskesma"Suhu badan tinggi".  Setelah memeriksaku, dokter memberikan obat penurun panas dan mengingatkanku supaya segera datang lagi bila suhu badan tidak turun lagi.  Setelah semalaman di rumah dengan merasakan panasnya kulitku, keesokannya aku putuskan untuk datang lagi ke dokter yang sama. 

Dokter mulai menyarankanku untuk cek darah dan menyebutkan ada tiga kemungkinan diagnosa penyakitku yaitu Demamb Berdarah, Types atau Infeksi Bakteri/Virus.  Ketiga penyakit itu memang yang memiliki gejala awal suhu badan tinggi/panas.  Hasilnya memang tidak bisa didapat saat itu juga, hasilnya bisa diambil agak sorean.  Aku memutuskan untuk pulang kerumah terlebih dahulu untuk beristirahat dan makan siang.  Sorenya aku mulai datang ke laboratorium rumah sakit dan menerima hasil tes darah secara tertulis.  Jadwal praktek dokter sudah selesai, berhubung aku kepo dengan hasilnya, aku meminta tolong kepada customer care rumah sakit supaya membantu menelpon dokternya dan membacakan hasilnya. Hasil darahku tidak menunjukkan adanya penyakit Types dan Demam Berdarah.

Keesok paginya aku mulai mendatangi dokterku dengan membawa hasil tes darah, dokter mengatakan kemungkinan besar diagnosanya adanya infeksi, kemudian dokter mulai "mengomeliku" dan mengatakan supaya opname saja sehingga dokter dan perawat bisa memantau suhu badan secara terus menerus serta diberikan cairan infus kedalam tubuh.  Aku jelas menolaknya mentah-mentah. Kenapa? Karena tidak lama lagi akan lebaran dan aku sudah ketakutan sendiri membayangkan aku terkapar dirumah sakit hingga lebaran (aku mulai lebay dengan penyakitku. maklum saja, karena diagnosa tentang infeksi bener-bener penyakit yang baru aku ketahui).  Aku mulai ketakutan dengan suhu badan "tinggi/panas".

Opname di rumah sakit

Memang disaat dokter mengatakan aku aman dari Types dan Demam Berdarah, aku sempat berguman dalam hati "Aku aman" dan menyimpulkanku aku tidak perlu opname di rumah sakit.  Ternyata salah besar dugaanku itu, opname-lah yang harus kujalani.  Opname di rumah sakit memang menjadi momok tersendiri bagiku, mengingatkanku pada kejadian tahun 2005 dimana aku harus opname selama minggu di rumah sakit.  Melihat pasien lainnya yang opname sekamar denganku yaitu pasien stroke, kanker mulut, ginjal bocor dan beberapa pasien sekamarku yang sakit hingga meninggal.  Meninggal di ruangan kamarku, dimana aku tidak bisa meninggalkan ruanganku.  Kejadian ini masih melekat di ingatanku.  Jelas sekali  bahwa opname bukan pilihanku karena kenangan buruk yang pernah kurasakan.

Instruksi opname kutolak saat itu dan kubertahan dengan keputusanku bahwa aku harus pulang ke rumah, aku tidak mau tidur di rumah sakit.  Dokter menjelaskan bahwa dengan menginap di rumah sakit maka kesehatanku akan terpantau dan bisa dilakukan berbagai tes kesehatan lainnya seperti thorax/rongten, tes urin dan lainnya.   Dengan adanya berbagai tes ini, dokter bisa mengetahui letak sumber infeksiku.  

Melawan pasien yang pernah punya trauma seperti itu membuat dokterku menyerah dan menambahkan obatku dengan antibiotik.

Seminggu sejak pertama kali badanku panas, aku mulai menyerah.  Aku tidak bisa menahan rasa sakitku itu. Aku mulai hapus harapanku untuk mudik dan menelpon ke bapakku dan mengatakan kemungkian aku tidak bisa mudik.  "Pikirkan kesehatanmu dulu. Jangan pikirkan mudik lebaran" itulah jawaban bijak seorang bapak kepada anaknya.  Aku mulai menelpon kakakku supaya membantuku mengurus masalah opnameku.  Sayangnya, malam itu kakakku harus bersiap-siap mudik lebaran bersama keponakan.  Sedih mendengar kata "mudik".  Untuk itu, kakakku tetap mempersiapkan segala keperluanku sebelum berangkat ke rumah sakit dan meminta Mbak Tini (ojek langganan keponakan) membantu mengurus segala keperluanku.  

Jam 10 malam, Mbak Tini mulai mengendarai motor dengan memboncengkanku, menembus angin malam kawasan Bintaro menuju RS IMC Bintaro.  Begitu menginjakan kaki rumah sakit, aku dan mbak Tini menuju IGD sambil menenteng berbagai keperluan opname.  Sepintas melihatku tentunya tidak akan menyangka aku sedang sakit.  Fatamorgana. Tidak sesuai dengan yang dilihat dengan kasat mata.  Aku mulai menyerahkan kertas hasil tes darah dan perawatpun menyambutku dengan ramah menunjukkan arah ruangan kosong.  Kertas itulah yang meyakinkan tenaga medis IGD mempercayai kondisi tubuhku yang sedang sakit.

Perawat mulai mengukur suhu badanku dan tekanan darahku dan dokter mulai masuk ke ruanganku membawa hasil tes darahku.  Setelah melihat hasilnya, dokter mulai mengutarakan rujukan opname dan menyuruh keluargaku (Mbak Tini) untuk mengurus administrasi opname.  Perawat mulai mempersiapkan peralatan infus.  Sebelum terpasang infus, aku meminta ijin dahulu supaya buang air kecil di toilet.  Aku membayangkan ribetnya ke toilet saat tangan terborgol jarum dan kantong infus.

Infus dipasang sejak masuk IGD (Dokpri)
Infus dipasang sejak masuk IGD (Dokpri)
Jarum infus sudah terpasang, aku pun sudah dipindahkan keruangan opname jam 12 malam.  Malam pertamaku di rumah sakit terasa kurang nyaman bagiku, aku masih kesulitan memejamkan mataku.  Perawat dan dokter jaga malam itu menyarankanku supaya minum air putih dan buang air kecil secara rutin. Semakin membuatku kesulitan tidur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun