Saat ini saya memang memiliki postur tubuh tergolong tinggi, namun siapa sangka saya pernah memiliki masalah dengan postur tubuh.  Sebelum masa puber, saya memiliki postur tubuh yang pendek.  Saya masih ingat dengan pengalaman saya saat sedang berlatih baris berbaris (PBB) di sekolah tingkat pertama.  Satu kelas dipisah menjdi dua kelompok berdasarkan gender.  Saat tim siswi dilatih oleh kakak kelas, tiba-tiba pelatih  memberikan perintah "yang paling tinggi memimpin baris berbaris" yang kemudian memberikan perintah lainnya "yang paling rendah memimpin baris berbaris". Â
Saya pun mulai berlagak agak tinggi dengan kaki jinjit supaya tidak ditunjuk memimpin baris berbaris. Â Ternyata walaupun sudah jinjit, saya tetap menjadi siswi terpendek di kelasku :( Â 2 tahun kemudian saya memasuki masa puber yang diiringi dengan pertumbuhan tinggi badan yang sangat signifikan hingga akhirnya memiliki tinggi badan 160cm.
Apakah itu Stunting?
Sebelum mengalami pertumbuhan pada tinggi badanku, keluarga mengkhawatirkan kondisi tubuhku yang pendek dan berasumsi bahwa saya kerdil (saat itu belum tahu istilah stunting)
Stunting atau lebih dikenal dengan perawakan pendek merupakan efek permanent dari kekurangan nutrisi/gizi yang memadai pada saat 1000  hari pertama kehidupan (HPK).  Berdasarkan data WHO yang dihimpun  website resmi Depatemen Kesehatan RI bahwa diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012 dimana 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika.  Parahnya lagi, Indonesia termasuk penyumbang orang pendek / stunting nomor 5 di seluruh dunia.
Melihat presentase status balita stunting (pendek dan sangat pendek) pada tahun 2013 mencapai 37,2% , bila dibandingkan dengan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) ternyata penurunan status balita stunting tidak menunjukan adanya penurunan atau perbaikan secara signifikan. Bahkan berdasarkan PSG 2015 sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek. Â
Data stunting ini dilengkapi data dari WHO yang menunjukan bahwa persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi dan menjadi masalah balita pendek terbanyak dibanding negara anggota ASEAN lainnya seperti  Myanmar, Vietnam, Malaysia dan Thailand.  Ironis bahwa Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN malah merajai balita pendek. Berdasarkan Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan bahwa stunting, wasting dan overweight pada balita yang menjadikan Indonesia masuk dalam 17 negara yang mempunyai masalah gizi
Beberapa hari belakangan ini, kata stunting semakin familiar di telinga saya bahkan saat saya mengikuti acara di Kompasiana selalu berkaitan dengan masalah stunting.  Stunting telah menjadi masalah serius bagi masa depan anak kita, untuk itu pemerintah menjadikan stunting sebagai salah satu proyek Prioritas Nasional Kesehatan  dengan program kerja berkesinambungan dari Bappenas, Departemen Kesehatan dan lainnya. Â
Pentingnya 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)
Masalah stunting merupakan efek permanen adanya gizi buruk  pada anak yang harus diantisipasi dengan pemberian gizi yang baik padai 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Â
Kapankah 1000HPK?
1000 HPK dihitung sejak bayi masih berada didalam rahim sang ibu yaitu selama 270 hari, dilanjutkan dengan 365 tahun pertama dan 365 hari tahun kedua. Â Ingatlah bahwa bayi sebelum usia 2 tahun perlu diperhatikan asupan nutrisi supaya tidak terjadi malnutrition. Â Bila sekali saja malnutrition terjadi pada anak, maka resiko mengalami stunting sangat besar.
Perlu diketahui bahwa pada kehamilan 8 minggu pertama merupakan waktu terbentuknya cikal bakal yang akan menjadi otak, hati, jantung, ginjal, tulang dll.  Selanjutnya masa kehamilan 9 minggu hingga lahir merupakan  masa pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut organ tubuh untuk mempersiapkan kehidupan baru setelah keluar dari kandungan ibu.  Sedangkan bayi yang telah lahir yang berusia 0-2 tahun (730 hari) merupakan puncak perkembangan fungsi melihat, mendengar, berbahasa dan fungsi kognitif yang lebih tinggi.  Jadi umur dibawah 2 tahun selalu memperhatikan perkembangan balita dan jangan mengambil resiko bagi anak bila ada masalah dengan gizi bayi untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
Fitur Buku Kesehatan (Tumbuh Kembang & Imunisasi)
Bagaiman bisa sebuah aplikasi mobile Gue Sehat mendukung program pemerintah dalam mengurangi stunting? Â Seperti penjelasan saya diatas bahwa stunting merupakan akibat permanen adanya malnutrition pada 1000 hari pertama kehidupan, oleh karena itu pada usia sebelum 2 tahun perlu dilakukan pengecekan secara rutin terhadap berat badan bayi, panjang badan bayi dan lingkar kepala bayi. Â
Selama ini pengecekan rutin tersebut dilakukan secara manual di Kartu Menuju Sehat dalam bentuk lembaran kertas, dengan resiko kertas rusak atau hilang saat akan datang ke posyandu/dokter. Â
Kartu Menuju Sehat ini bisa kita ganti dengan menggunakan salah satu fitur di Gue Sehat yaitu Buku Kesehatan Tumbuh Kembang & Imunisasi. Â Fitur ini sangat membantu orang tua dalam memantau perkembangan anak karena semua data tersimpan rapi di Gue Sehat dan sangat mudah penggunaannya. Inilah tahap-tahap penggunaan fitur Tumbuh Kembang & Imunisasi:
- Masukan data anak: nama, jenis kelamin, tanggal lahir
- Pilih sub menu Tumbuh Kembang
- Lengkapi data anak: berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Â Akan muncul hasil tumbuh kembang anak kategori berat badan: gizi lebih, gizi baik, gizi buruk. Â Kategori tinggi badan: tinggi,normal, pendek dan sangat pendek. Â untuk ukuran kepala terdapat hasil besar, normal, kecil.
- Simpan dan selalu perhatikan perkembangan si kecil secara rutin.
Dengan menggunakan aplikasi Gue Sehat akan mempermudah orang tua memantau perkembangan anak setiap saat, dan bila ternyata hasil tumbuh kembang anak tidak nomal maka bisa langsung berkonsultasi dengan dokter anak.
Secara tidak langsung, aplikasi Gue sehat ikut mendukung program pemerintah dalam mengurangi masalah stunting dengan memantau 1000 HPK anak melalui Tumbuh kembang & Imunisasi.  Jangan ragu lagi untuk download aplikasi Gue Sehat di playstore android.
Â
Wassalam
are_ohm
Sumber: website Depkes RI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H