Dalam penyebaran informasinya, TikTok mampu mengundang viewers lebih banyak dan lebih cepat dibanding dengan media sosial lainnya. Video yang diuplod pada media TikTok akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, sehingga video yang melanggar kode etik penayangan akan secara langsung dihapus oleh pihak TikTok. Sedangkan, video yang memiliki nilai informasi, hiburan, serta berita yang menarik akan dipublikasikan oleh pihak TikTok secara meluas dan berkepanjangan.
Warga TikTok dikejutkan oleh beredarnya video "Ibu Gorok Anaknya Saat Dibangunkan Sahur" dengan viewers mencapai 26 juta penonton. Kasus tersebut bermula dengan seorang gadis berinisial MS yang berusia 17 tahun. Pada video yang beredar, ia menangis pada jumat malam (15/4/2022) bersama seorang pria disebelahnya. Gadis berinisial MS tersebut menangis sembari memegangi lehernya yang berlumur darah. Sementara, pria di sebelahnya mengatakan bahwa gadis tersebut telah ditusuk oleh ibu kandungnya yang berinisial Y.Â
Video tersebut telah mencuat pada platform For Your Page atau biasa disebut dengan FYP oleh warga TikTok dengan beribu opini yang menyerang ibu kandung si korban MS. Padahal kefaktualan berita tersebut belum diketahui dengan jelas. Pelaku yang memposting video tersebut berinisial MRA yang diduga bertempat tinggal satu kawasan dengan korban MS yaitu bertempat di Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Pada saat kejadian berlangsung, pelaku MRA tidak berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Pelaku diduga menjaring video tersebut dari platform media online Whatsapp dengan durasi 30 detik, lalu sang pelaku langsung memposting video tersebut melalui akun TikTok @camel.purpleeee tanpa proses survey maupun analisis terlebih dahulu.
Penyebar video hoax yang beredar di media sosial TikTok berhasil diciduk oleh Polsek Cipayung di Lubang Buaya (Sindo, 18/4/2022) . "Pelaku sementara kita amankan. Dia ini tinggal satu lingkungan dengan korban," kata Bambang kepada wartawan, Selasa (Sindo, 19/4/2022). Polsek Cipayung meminta korban Y untuk membuat laporan atas tragedi yang terjadi pada keluarganya. Laporan yang dibuat didasarkan atas dugaan berita hoax yang disebarkan melalui media online.Â
Mengapa hoax harus diberantas?Â
Penyebaran berita hoax pada media online menimbulkan banyak kerugian pada pihak-pihak yang besangkutan. Seperti kejadian yang terjadi diatas, hal tersebut membuat kerugian pada ibu sang korban yang diklaim sebagai orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anaknya sendiri.Â
Beredarnya video tersebut menimbulkan banyaknya persepsi masyarakat tentang buruknya orangtua dalam membimbing anaknya. Tidak heran bila asumsi masyarakat terkait adanya berita yang belum tervalidasi kebenarannya sangat krisis. Karena, media sosial merupakan ruang untuk menyebarkan segala informasi maupun berita tanpa adanya proses pemfilteran secara detail, tidak seperti pada media koran.Â
Kita sebagai manusia yang hidup di era digital native harus merubah pola pikir kita terhadap penyebaran berita pada platform media online yang belum tervalidasi kebenarannya. Kita adalah manusia cerdas yang dapat berfikir dengan pandangan secara luas dan terbuka. Pentingnya menerapkan literasi digital pada cara pikir otak kita. sehingga, kita dapat berfikir secara luas terhadap adanya berita-berita yang belum tervalidasi kefaktualan dan keakuratannya.Â
Dampak dari adanya HoaxÂ
1. Merugikan diri sendiri dan pihak lain
Penyebaran berita yang belum tervalidasi kebenarannya dengan judul yang memuat unsur provokatif pada media online, akan menyebabkan kerugian bagi kita sendiri dan orang lain. kita akan mendapat banyak komentar negatif dari warga siber dan kita juga diklaim sebagai penjahat media yang selalu menyebarkan informasi palsu.Â
2. Memberikan reputasi yang buruk terhadap seseorang
Jika melihat kasus diatas, kita tentu saja akan membuat ibu korban memiliki reputasi yang buruk di mata umum. Kita akan merugikan korban dengan banyaknya hujatan yang menyerangnya, entah melalui media online ataupun secara offline. Hal tersebut akan menimbulkan persepsi yang buruk dari masyarakat terhadap si korban. Ketika sudah terjadi hal seperti itu tidak akan ada pihak yang mau untuk bertanggung jawab.
3. Menyebarkan fitnah
Fitnah bisa saja terjadi ketika seorang telah memiliki image yang buruk terhadap persepsi masyarakat sekitar. Contohnya, seperti kejadian diatas. Dari berita hoax diatas yang berjudul
"ibu menggorok anaknya saat dibangunkan sahur", si ibu berinisial Y ini menjadi bahan fitnah warga siber. Banyaknya stitch video yang dilakukan oleh warga siber dengan menghina perbuatan ibu yang berinisial Y tersebut.
4. Menyebarkan informasi palsu
Pentingnya menganalisis dan menelusuri kebenaran suatu berita yang akan kita sebar luaskan pada media ataupun audiens. Hal tersebut sangat berperan penting agar kita selalu menjadi seseorang yang dipercaya dan jujur terhadap informasi yang kita berikan pada masyarakat. Literasi digital membuat kita selalu berfikir bahwa media tidak semuanya memberikan efek yang positif terhadap kita. Banyaknya kejahatan media yang dikontruksi oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab membuat kita terjerumus kedalam lubang yang sama.
Mungkin di luar sana masih banyak kejahatan-kejahatan media lainnya yang belum kita ketahui. Namun, dengan kita memiliki pemikiran dan pengetahuan yang luas akan membuat kita bisa memprakirakan suatu hal dengan lebih baik lagi. Jika kita memiliki pemikiran yang luas, keputusan yang kita ambil pun tidak sepihak dan semena-mena.
Merajalelanya hoax atau tidak ditentukan oleh diri kita sendiri. Jika kita selalu menganalisis dan menelusuri suatu berita atau informasi yang belum jelas adanya tentunya kita akan tau berita atau informasi tersebut benar adanya atau hanya dibuat-buat.Â
Terdapat beberapa cara agar kita dapat memberantas hoaks yang tersebar dimanamana.
1. Amati judul yang terkandung dalam pemberitaan tersebut
Pemberitaan atau informasi yang tersebar pada media online dengan judul yang membuat kita penasaran, biasanya harus kita telusuri secara mendalam. Berita hoax biasanya memiliki judul yang menarik perhatian audiens banyak. Mereka ingin berita palsu yang mereka buat bisa mendapatkan banyak audiens dan viral di berbagai media online secara luas dan cepat. Mereka membutuhkan feedback dari audiens agar konten yang ia buat bisa menguntungkan bagi diri mereka sendiri.
Dengan adanya hal seperti itu, kita harus waspada dan selalu mengecek kebenaran berita terlebih dahulu. Agar kita selalu menyebarkan hal-hal positif yang bermanfaat kepada orang lain. sehingga orang lain bisa mendapatkan informasi atau berita yang baik untuk dikonsumsi.
2. Telusuri sumber berita
Hal ini wajib kita lakukan ketika kita mendapatkan suatu berita atau informasi dari siapapun dan media apapun. Dengan menelusuri sumber berita kita bisa tahu berita tersebut sesuai kebenaran atau hanya dibuat-buat oleh oknum tak bertanggung jawab.
3. Laporkan berita yang tidak sesuai faktanya
Hal ini bisa kamu lakukan agar mengurangi pemberitaan yang merugikan bagi banyak orang. Kamu bisa melaporkannya ke lembaga kominfo dengan mengirimkan email yang berisi pengaduan terhadap konten yang palsu atau dibuat-buat ke aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Terkait penyebaran berita atau informasi hoax yang terjadi pada studi kasus diatas, dapat kita ambil pembelajaran bahwasannya tidak ada media yang memaparkan informasi maupun berita yang benar benar "benar" kefaktualannya. Karena media sosial adalah ruang dimana semua orang bebas dalam memberitakan sesuatu tanpa adanya proses filterisasi terlebih dahulu.Â
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang diberikan akal dan pikiran yang cerdas dan berbudi pekerti kita harus menggunakan media dengan  sebaik mungkin. Karena sesungguhnya kebenaran itu sangat sulit didapatkan di era digital native ini. Jika kita terus menyebarkan berita yang belum kita ketahui kebenarannya sama saja kita menyebarkan sesuatu yang merugikan orang lain tersebut. Hoax harus diberantas, jika bukan kita siapa lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H