Mohon tunggu...
Muhammad Bahrul Ulum
Muhammad Bahrul Ulum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a learner from others

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merefleksikan Politik Islami

31 Desember 2013   16:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13884778151216340246

.

Kamuflase Islam(isasi) dan Pemimpin Islam

Ketika kapasitas, profesionalitas, integritas dan kemampuan dalam kepemimpinan diabaikan oleh pemilih, maka hasilnya tidak lebih dari sebatas sandiwara pemerintahan. Dari kedua macam dan contoh di atas, justru kita dapat berkaca bahwa sesungguhnya Politik Islami tdiak lebih dari kosmetik politik belaka, sedangkan sikap yang sebenarnya justru tidak lebih baik dari seorang perampok dan bahkan seorang pembunuh sekalipun.

Koruptor tidak berbeda dengan seorang pembunuh, namun bukan sekedar pembunuh amatiran. Mereka adalah pembunuh kelas kakap dalam tingkatan abstrak; pembunuh kesempatan, kerja keras dan harapan. Juga pembunuh masa depan bangsa, tidak sekedar merampok kejujuran dan hak-hak jutaan orang yang tak berdosa.

Mereka yang mengusung Politik Islami kemudian nyata-nyata terbukti korupsi, tidak hanya merupakan bagian dari koruptor. Melainkan mereka juga bagian dari penghancur Islam dan kepercayaan masyarakat tentang kebenaran Islam. Islam justru dihancurkan oleh orang-orang yang oportunis demi kepentinganya sendiri, oleh orang Islam yang mengatasnamakan Islam sendiri, sementara mengabaikan dakwah-dakwah Islaminya, dan lupa bahwa sesungguhnya semua perbuatan itu ada pertanggungjawabannya, baik di dunia dan di akhirat.

Itulah yang dikatakan kamuflase, yang sering membuat masyarakat yang awam tentang Islam salah persepsi yang menganggap korupsi identik dengan tuntunan Islam. Kalau ada koruptor yang bedakwah dan berbusana agama jangan salahkan agamanya, kalau mereka berdakwah Islam dan berbusana muslim jangan salahkan Islamnya pula.

Semua agama melarang mengambil hak orang lain, apalagi merampok hak jutaan orang. Jadi, jangan pernah terkecoh dan terlalu percaya pada sesuatu yang wujudnya masih kemasan. Itu semua tidak lebih dari kosmetik atau luaran semata. Sampul sering tak lebih dari obralan janji dan harapan. Kenyataan seringkali terbalik dengan apa yang dijanjikan. Kalau mereka ditanya kenyataannya bagaimana? Mereka akan menjawab lain cerita. Kenyataan demikian jelas bahwa tejadi pemasungan Islam oleh orang Islam sendiri, yang selalu bersikeras dan fanatik dengan Islam sendiri, hingga mengusung Islam dalam peta perpolitikan.

Koruptor yang seperti itu tidak lebih dari tikus berbulu domba. Meski dengan dandanan dan make up apapun itu, dari dulu yang namanya tikus tetaplah tikus. Dengan kata lain, kalau tidak ada itikad dan perilaku seseorang sudah bejat tetap saja bejat, meski dengan embel-embel Islam sekalipun. Jadi harus lebih cermat lagi, siapakah pemimpin yang akan memimpin kita, mereka tikus atau bukan dan jangan sampai agama menjadi korban politik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun