Mohon tunggu...
ArulHidayatt
ArulHidayatt Mohon Tunggu... -

Hanya sekedar untuk bercerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebatang Roko pada Tuannya

3 Desember 2018   00:37 Diperbarui: 3 Desember 2018   00:44 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah sebatang rokok. ia cukup bangga bahwa kaumnya menyumbangkan  pajak terbesar di negara ini. Kaumnya beredar di warung-warung pinggir  jalan negara ini.

kewajiban rokok adalah mengabdi kepada tuannya. Begitulah kewajiban ia  diciptakan oleh penciptanya. Ketika sebatang rokok menemukan tuannya, Ia  begitu patuh.

Sebatang rokok memberikan sebagian besar hal penting dalam hidupnya.Dia  merasa kesakitan saat diambil bagian itu oleh sang tuan. Tapi ia pasrah  akan hal itu. walaupun ia akan terbakar oleh api dan meninggalkan abu  tak bermakna.

Sebatang rokok mengabaikan kesakitannya. Karena Sebatang rokok sudah  berjanji untuk patuh, ia rela melakukan itu. Sebatang rokok teringan  akan kata-kata sang penciptanya.

"Jangan Pernah menyerah dengan rasa sakit, karena setelah itu kau akan merasakan kenyamanan"

Benar kata sang pencipta. Rasa sakit sebatang rokok hanya sementara. setelah itu ia merasakan kenyamanan yang sebenarnya.

Ia selalu ada dibagian tubuh sang tuan. bersatu dan mengair dengan darah.

Roko lainya menunggu giliran. satu dua tiga sampai berpuluh puluh batang  sang tuan habiskan. Rokok-rokok itu merasa nyaman seperti sebatang roko  yang terlebih dahulu diisap sang tuan.

Menanti dengan sabar. Sebatang roko terakhir menanti giliran diambil  oleh sang tuan. Ia tinggal seorang diri di dalam bungkus, dengan terbuka  bungkusnya sebatang roko melihat jelas sang tuan.

Sebatang roko itu mendengar suara batuk. Ia melihat bahwa tuanya sedang batuk.

"apa yang terjadi dengan tuanku?" ujar sebatang rokok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun