Gerakan G30s adalah Yang memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Meskipun Tak hanya itu, mereka juga menginginkan pemerintah Indonesia berubah menjadi pemerintahan komunis atau yang gak mau ikut agama islam. G30S/PKI dipimpin secara langsung oleh ketuanya dan juga pada saat itu yang bernama Dipa Aidit. Ketua gerakan ini sangat semangat memberikan hasutan kepada seluruh warga Indonesia agar mendukung PKI. Mereka memberikan keinginan-keinginan sehingga Indonesia akan lebih maju dan sentosa jika dibawah kekuasaan PKI.
Yang mana Gerakan tersebut dimulai dari  Kota Jakarta dan juga Yogyakarta. Pada awalnya mereka mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal. Awalnya dari gerakan ini hanya bertujuan untuk menculik dan membawa paksa para Jenderal dan juga Perwira ke Lubang Buaya. Akan tetapi, setelah berangkat dan pulang apa yang terjadi ternyata bukan menculik para jendral ternyata beberapa prajurit daro Cakrabirawa yang memutuskan untuk membunuh Perwira Tinggi dan juga Jenderal yang mereka bawa ke Lubang Buaya.
Adapun beberapa pahlawan Dewan Jenderal dan juga Perwira Tinggi yang meninggal dunia karena kekejaman para anggota G30S/PKI di Lubang Buaya dintaranya;
1. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani dia meninggal dunia di rumahnya, Jakarta Pusat. Sekarang rumahnya sudah menjadi Museum yang diberi nama Sasmita Loka Ahmad Yani.
2. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
3. Mayor Jenderal Raden Soeprapto
4. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
5. Mayor Jenderal Siswondo Parman
6. Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun yang meninggal dunia di rumahnya
7. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
8. Kolonel Katamso Darmokusumo adalah korban dari tragedi G30S/PKI di Yogyakarta
Sesudah peristiwa tersebut, G30s sempat menguasai Kantor berita Radio Republik Indonesia (RRI) dengan baret dan sapu tangan hijau di area leher. Mereka sempat melakukan siaran langsung mengatakan kepada jendral bahwasanya menyatakan pembentukan Dewan Revolusi Indonesia.
Mereka masih memiliki niat untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari Dewan Jenderal. Mereka menyatakan bahwa Dewan Jenderal merupakan gerakan kejahatan dengan disponsori oleh CIA dalam artian untuk menurunkan pemerintahan Soekarno.
Setelah hampir satu harian mereka menguasai RRI, adapun sekitar jam 7 malam WIB, hal itu pun berakhir setelah pasukan RPKAD berhasil mengambil alih RRI. Ada beberapa anggota PKI yang tertangkap, tetapi ada pula yang berhasil kabur.
Tanggal 1 Oktober pukul 21.00 WIB, RRI Jakarta mulai kembali menyiarkan suara resmi pemerintahan RI dan DKI Jakarta sebagai ibu kota dan dijaga sepenuhnya oleh ABRI. Sementara para anggota G30S menjadi buronan mungkin mereka masih ingin menggantikan pemerintahannya.
Adapun Salah satu Jenderal yang dinyatakan berhasil lolos selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, ada putrinya AH nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta. Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono pada waktu itu dia merupakan Kepala Staf Korem.
Hubungan Nasution dan Soekarno semakin memanas setelah
beredarnya isu bahwa nanti akn ada genjatan dari Perwira-perwira tinggi 16
Angkatan Darat yang dibantu oleh CIA (Amerika Serikat) untuk
Menjatuhkan posisi Soekarno sebagai Kepala Negara.
disebutkan bahwa Dewan Jendral akan menyusun kabinet dengan Perdana Menteri Jendral Nasution dan Wakil Perdana Menteri atau Menteri Pertahanan Letnan Jendral Ahmad Yani, tetapi Nasution membantah isu itu dengan tegas dan bantahan Nasution dapat masuk akal karena sejak Nasution menyerahkan jabatan KSAD kepada Ahmad Yani hubungan mereka lebih renggang mungkin ada problem antara keduanya dan tidak mungkin Nasution akan bekerja sama lagi dengan Ahmad Yani untuk melakukan pengambilan kekuasaan. Isu itu disebar luaskan oleh PKI terhadap Jendral Angkatan Darat tidak lain karena PKI menginginkan kepercayaan Soekarno kepada Angkatan Darat semakin hilang, sehingga PKI dengan leluasa memanfaatkan Soekarno untuk kepentingan politiknya.