Saya Pengusung Country Branding - Good News is A Good NewsTak ada yang salah apabila 5 tahun yang lalu konsep menulis berita itu bergeser menjadi Jurnalistik Profetik alias Jurnalistik Yang Bertanggungjawab alias menulis dengan dedikasi atas resiko yang harus memberi kebaikan ?
Tak terasa sejak memulai Kompasianer, motif menulis yang baik-baik saja akhirnya menjangkiti pilihan pemberitaan media online yang saya tekuni sebagai bloggers.
Barulah saya paham atas Jurnalistik Profetik yang ternyata sangat dekat dengan filosofi Jurnalistik Warga (Citizen Journalism). Saya menyebutnya Bloggers is Pewarta Warga, walau yang membedakan adalah legal company yang harus berbadan hukum dengan kompetensi jurnalistik legat dengan Ethic of Conduct.
Jurnalis punya Kode Etik Jurnalistik sementara Bloggers bisa menulis sesuka-sukanya, tapi itu pun sudah dibatasi dengan hadirnya UU ITE yang tidak boleh mencermarkan nama baik dan menulis tidak sesuai fakta yang bisa merugikan orang atau perusahaan tertentu karena berakibat tindakan pidana.
PersID adalah tanggung jawab profesi dan itu tidak dimiliki oleh Bloggers, tapi artikel kali ini penulis menyebut Bloggers Multitasking.Â
Apa Itu Bloggers Multitasking ?
Saat penulis blog tahu apa itu Kode Etik Jurnalistik, bisa menempatkan objektivitas pemberitaan di atas segala-galanya dan tidak dominan dengan subjektivitas, tak ada salahnya pewarta warga yakni bloggers adalah bahagian dari pekerjaan jurnalistik walau memang tidak bisa disebut jurnalis sampai ia mengikuti Pelatihan Jurnalistik sampai level tertentu sesuai dengan kompetensinya memperoleh Pers ID dari perusahaan yang berbadan hukum penerbitan pers yang memang dilindungi oleh UU Pokok Pers No 21 tahun 1982 yang telah diamandemen menjadi No. 40 tahun 1999 di era reformasi Presiden BJ Habibie.
Multitasking? Yah, saat dirinya menjadi bloggers diapun adalah jurnalis yang terdaftar resmi dalam sebuah media penerbitan yang terdaftar di Dewan Pers. Tidak hanya itu Bloggers Multitasking itu adalah Buzzer.
Artinya punya akun medsos, apakah itu Twitter, Instagram, Facebook ataukah lainnya. Apabila disaat yang sama ia mengupload foto atau video sebagai Citizen Journalisme lalu menulisnya lebih dari 5W 1H karena ada unsur subjektivitas opini dan lainnya lalu link artikel blognya di blast dengan menggunakan akun medsos tersebut.
Artinya Media Sosial menjadi media alternatif dari Media Massa konservatif sehingga tidak heran berita Alm. Yuyun gadis belia asal Rejang Lebong Bengkulu lebih dulu 'memanas' lebih dulu baru ditulis dan Harian Kompas secara khusus mengutus jurnalisnya ke daerah tersebut untuk menjadi headline yang berujung pada keluarnya Perppu Pemberatan Hukuman dan Presiden Jokowi mengkategorikan Kejahatan Kekerasan Seksual Anak sebagai Extra Ordinary Crime atau Kejahatan Luar Biasa dimana pelaku harus dihukum seberat-beratnya.
Saya bangga menjadi blogger yang pertama memposting hal-hal yang positif dan ikut memberitakan kebenaran sebagai FAKTA yang harus diketahui dunia.
Tweet yang terus menerus dengan saling Retweet membuahkan Trending Topic sehingga hal ini menjadi satu mata acara khusus stasiun TV kondang. Tidak sedikit pemilik akun medsos tersebut menjadi agen perubahan dengan melibatkan secara massive netizen lain di portal Change.Org sehingga membesar menjadi gerakan urban ranah maya.
Bloggers is Pewarta Warga (Citizen Journalism), thats why penulis setahun yang lalu menggagas Koalisi Online Pesona Indonesia disingkat KOPI bersama dengan para komunitas bloggers lainnya berkoalisi mengusung Country Branding untuk dunia wisata, perfilman nasional dan kemanusiaan.
3 bulan terakhir mengkristal menjadi sePOL atau Serdadu JemPOL yang terdiri dari para KOPI Bloggers yang punya followers medsos paling sedikit 300an lebih dan memang rata-rata Kopiers punya 1000-2 ribuan followers yang kemudian men-viralkan video, foto dan link artikel d blog masing-masing secara massive sehingga efektif dalam pola pemberitaan Good News is A Branding.
Yah, Bloggers Multitasking menjadi agent of Branding. KOPI mengusung kompetensi dan kapabilitas secara bersama-sama dengan pelatihan dan workshop termasuk menyebarkan semangat menulis yang baik-baik ini sampai diterima di 20 Kota seperti Makassar, Cirebon, Balikpapan, Samarinda, Papua, Bandung, Surabaya, Bali Denpasar, Medan, Padang, Semarang, Jogjakarta dan kota-kota lainnya yang berawal dari 10 bloggers di tiap kota akhirnya menjadi 50an bloggers KOPI bersama sePOLnya.
Tidak hanya mendeliver promosi film, destinasi wisata tapi corporate branding Sarinah Persero dan Palang Merah Indonesia punya dengan hastag #SarinahisME dan #PMIisME pun menjadi realitas yang disukai dan diminati untuk Country Branding.
Indonesia Butuh Kabar Baik dan artikel yang baik-baik pula, ini yang disebut sederhana sebagai County Branding sehingga wisman atau investor berlabuh untuk berinvestasi atau sekedar berkunjung sementara ke Indonesia.
Pesta KOPI-PesKOP adalah Pesta Blogger Multitasking
Anda sebagai bloggers dengan artikel yang kuat tentang apa saja mulai dari keberagaman budaya dengan wisata kulinernya dengan memposting artikel yang mengekspos foto dan destinasinya lalu diposting ke akun medsos masing-masing sangat membantu pemerintah, sampai-sampai saat Mbah Google Sergei hadir menyampaikan apresiasi positif dengan para blogger multitasking agar Indonesia harus punya banyak konten positif di mesin pencarian Google Search Engine.
Ayo bangga dan tentu saja sekaligus malu apabila potensi dan kelebihan daerah Anda justeru tidak ditemukan di Google Search.
Semua orang bertanya di Google, bukan ?
Are U Bloggers Multitasking ......?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H