Mohon tunggu...
Ahmad Khoirul Huda
Ahmad Khoirul Huda Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Bandung...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Algoritma?

20 Februari 2020   19:03 Diperbarui: 20 Februari 2020   19:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: codepolitan.com

Awalnya ayahku di bawa ke rumah sakit yang dekat dengan Stasiun Kereta, namun apalah daya pihak rumah sakit menolak dengan alasan " Maaf pak bu, ruang UGD penuh ". Kecewa benar hati ini, akhirnya kami membawa ke rumah sakit yang digadang gadang memilki banyak Kasih, namun kata kata itu juga terdengar di telinga kami, ya apa daya, kami manusia lemah dan tak banyak uang, akhirnya dengan otak yang penuh akal dan penuh siasat, kami membawa ayah ke rumah sakit "Burung" di kota Kembang. Saudara ku mendaftarkan ayahku sebagai pasien biasa tanpa BPJS/KIS, dan benar saja ayah kami di terima, dan ruang UGD pun tersedia.

Ke-esokkan harinya, seorang suster menanyakan apakah kami memiliki KIS, dan kami pun sangat bersyukur, karena kami di daftarkan sebagai pasien BPJS/KIS, dan dapat meringankan biaya rawat inap ayahku. Namun, setelah itu tak lama kemudian kakakku pulang dari rumah sakit dan menerima sebuah panggilan telepon

" Hallo, apa benar ini dengan saudara M ? "

" Iya benar, ada apa ya ? "

" Bapak A telah meninggal dunia "

Aku yang sedang makan saat itu, tidak dapat memakannya lagi, kalimat itu sungguh membuat fikiran ku kacau, membuat ku malas melakukan aktivitas, belajar ku pun jadi tak ada rasa, segala sesuatu ku lakukan itu hampa. Suara sirine datang dan menghampiri halaman rumah, aku sangat benci suara sirine, dan aku sangat tidak ingin lagi mendengarnya.

15.06 saat itu aku memandikan jenazah ayahku yang sudah terbujur kaku, ini memang bukan yang pertama kali, namun ini adalah yang pertama kulakukan dengan penuh kesedihan dan tekanan. Hingga sore hari pun aku ikut menguburkan ayah ku, derik suara pasir menutupi papan itu sangat ingat ,ku dengar " sabar ya, sabar " sahut tetangga dan kerabat dekat ku. Hingga akirnya tujuh langkah telah kutempuh dari rumah terakhir ayahku.

Malam itu, malam penuh kesedihan, aku hanya bisa diam dan berdo'a untuk ayahku, banyak sekali ilmu yang dia berikan padaku. Hingga ibuku menyuruh ku untuk menemani tidur nya, ya ku temani tidur seorang janda beranak dua. Hingga ayam berkokok, aku melihat sesosok ayahku di pinggir tidur ku, seakan akan itu adalah benar dirinya, putih, wajahnya yang seram dan hati yang lembut, lantas aku sangat terkejut, aku pun sontak memeluk ibuku.

Aku selalu bertanya pada diri sendiri, kenapa semua ini terjadi bertepatan dengan hal hal yang akan kujalani sangat penting, sehingga ku berfikir ini adalah alghoritma tuhan yang diberikan padaku sebagai cobaan yang harus ku jalani dengan tabah. Aku, saat ini yang sudah menginjak di bangku kelas tiga SMA di desa penuh cerita ini, sangat berharap. KEJADIAN INI JANGAN TERJADI LAGI, CUKUP SAMPAI DISINI SAJA !.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun