Mohon tunggu...
Aru Elgete
Aru Elgete Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nina Bobo, Suara Kedamaian atau Kemunafikan?

16 Desember 2017   20:42 Diperbarui: 16 Desember 2017   22:38 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: thenewsjournalph.com

Kita pasti sering dengar istilah "dininabobokan" atau "meninabobokan". Dengan begitu, berarti ada subjek yang melakukan dan objek yang dilakukan. Bisa bersifat negatif, bisa pula positif. Relatif. Tergantung situasi dan kondisi sebuah peristiwa yang sedang, akan, atau telah terjadi.

Nina Bobo bisa diartikan sebagai penyeimbang. Klimaks-antiklimaks. Menjadi penenang saat situasi sedang gaduh. Serupa adiktif dan akhirnya menimbulkan candu. Memberikan kedamaian, walau barangkali pendamaian itu adalah sebuah kemunafikan agar bobrok tak terlihat. Barangkali, demikian.

Hal tersebut seringkali dilakukan, terutama oleh para penguasa. Di Arab Saudi misalnya. Saat fenomena Arab-Spring terjadi dan seluruh negara di semenanjung arab sedang menuju demokrasi absolut, Raja Saudi ketakutan. Kekuasaan dan sistem kerajaan di negaranya terancam. Dia lantas meninabobokan rakyatnya dengan memberikan sembako secara cuma-cuma serta menggratiskan segala hal.

Demi melanggengkan kekuasaan, segala hal seperti wajib dilakukan. Mulai dari tata retorika yang baik hingga perbuatan heroik. Tak jarang, sebagian besar politisi dan penguasa di negeri ini kerap melakukan hal itu. 

Menganggap rakyat hanya sebatas objek yang mesti ditiduri, disenggamai, dan disetubuhi. Kemudian rakyat merasa nikmat dan kebutuhannya terpenuhi. Hal tersebut diperbuat guna mencegah kritik dan pemberontakkan. Baik dan buruknya perlakukan itu, mari kita renungi.

Begitu pula yang terjadi di perguruan tinggi atau institusi pendidikan. Peninaboboan acapkali terjadi. Mulai dari iming-iming nilai, beasiswa, hingga rangkulan ketenteraman. 

Perilaku itu selaras dengan pengebirian, pengerdilan, dan bahkan pemberangusan pikiran serta gagasan. Sehingga, kritik menjadi barang langka. Dan lantas memunculkan sikap acuh tak acuh. Atas nama stabilitas, peninaboboan kemudian dianggap sebagai suatu kedamaian.

Padahal, sesungguhnya bisa tidak demikian. Mungkin juga keadaan yang sebenarnya berbanding terbalik. Pemaknaan terhadap nyanyian Nina Bobo yang sesungguhnya bisa positif juga negatif. Relatif. Tergantung pada kondisi yang terjadi. 

Sementara itu, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Korek Universitas Islam "45" (Unisma) Bekasi akan mengajak masyarakat memaknai Nina Bobo. Namun, Teater Korek tidak memutlakkan kebenaran. Semua diserahkan kepada pikiran dan hati masing-masing individu.

Pada 22 Desember 2017 mendatang, Teater Korek mengadakan sebuah karya pementasan berjudul "Ruang-Raung". Pertunjukkan seni teater itu berangkat dari peristiwa keseharian yang sering dialami. Salah satunya soal peninaboboan yang kerap dilakukan kepada mahasiswa. Sehingga, mahasiswa seperti terlelap dan jauh dsri cahaya kebenaran. Semua menjadi cuek. Apatis. Acuh tak acuh. 

Silakan luangkan waktu anda untuk datang ke Laboratorium Teater Korek Unisma Bekasi, Jl Cut Meutia No 83, Kota Bekasi. Agar semuanya menjadi terang benderang. Siapakah pelaku peninaboboan itu? Siapa pula yang selalu meninabobokan dan dininabobokan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun