Bahwa dia tak pernah rela sebulan cepat berlalu dan selalu merindu agar dapat membersamai Ramadan di tahun-tahun mendatang.
Tak ada lagi beban. Bukankah begitu tabiat segala sesuatu yang dilandasi cinta?
Hadis kedua pun tak kalah masyhur. Andalan bagi yang harap-harap cemas mendapat bonus dalam bonus. Sebuah cinta-Nya yang kuasa menghadirkan malam paling indah dari 1000 bulan.
Suatu ketika Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Aisyah RA tentang do'a apa yang bisa  dipanjatkan agar terpilih menjadi orang yang mendapat keutamaan lailatul qadr.
Rasulullah pun bersabda:
"Berdo'alah 'allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afw fa'fuanni (Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pengampun, Ampunilah aku). " (HR. Tirmidzi)
Melalui do'a yang ada dalam hadis ini, memohonlah kita kepada-Nya agar ampunan itu benar-benar datang. Mencurahkan seluruh harapan hanya kepada-Nya, sebab Dia lah yang Maha Pengampun, bukan yang lain.
Demikian pula rasa takut. Padahal sudah dijamin akan mendapat ampunan, tapi rasa takut menjadi anomali dari hamba-hamba yang diampuni selalu menghantui hingga do'a ini pun tak henti-hentinya dipanjatkan.
Do'a yang selalu mengiringi tasbih dan tahmid semata-mata cinta kepada-Nya.
Dua hadis ini lah yang seringkali memberikan rasa  khas selama menjalani bulan Ramadan. Seakan menjadi orang kasmaran, ada harap dan takut yang bercampur karena cinta..
MasyaAllah. Sudah hari ke-17, allahumma balighnaa laylatal qadr..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H