Beriman kepada Allah SWT sejatinya menjadikan takut, harap, dan cinta bermuara kepada-Nya. Kondisi jiwa yang erat dan begantung pada Dia yang telah mencipta, memelihara, dan menjaga makhluk-makhluknya. Kondisi ini yang mesti hadir di setiap taat pada nas-nas yang berasal dari Firman-Nya dan sabda Rasulullah SAW. Tak terkecuali pada dua hadis hits di bulan Ramadan ini.
Hadis pertama adalah yang paling masyhur. Seringkali dijadikan reminder khatib sejak hari pertama tarawih. Sebuah hadis yang berisi amunisi agar bermesra dengan sabar serta sifat-sifat terpuji lainnya selama sebulan penuh. Bak sayembara, hadiahnya tak main-main. Sudah sepatutnya para da'i 'mengining-imingi' ini sebelum bertempur dengan hawa nafsu selama bulan Ramadan.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang melaksanakan shaum Ramadan karena iman kepada Allah dan mengharap rida-Nya. Maka baginya (ganjaran berupa) ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu dan dosa yang akan datang." ) HR. Bukhori.Â
Siapa yang tidak girang mendapat kupon bonus seperti ini. Tapi, apakah perasaan girang saja cukup?
Rasa girang ini jangan sampai membuat kita terlena dan tak sungguh-sungguh dalam menjalaninya. Merasa aman dan tidak meminta.
Saat teringat hadis ini, tiga perasaan itu muncul.
Harap. Semoga dari sekian juta umatnya, aku adalah salah satu yang mendapat kesempatan itu. Kesempatan diampuni dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Semoga dengan kemahaan-Nya dalam mengampuni, Allah sudi mengampuni dosa-dosa ini yang sengaja tak sengaja selalu hadir menjejak hitam di sanubari.
Dalam harapan itu ada optimisme, sebagaimana Allah memerintahkan untuk senantiasa berbaik sangka pada-Nya. Bersangka baiklah Allah akan mengampuni, dan pasti mengampuni.
Takut. Tapi, apakah ibadahku selama ini telah memenuhi kualifikasi agar do'a-do'aku terijabah, agar Allah sudi memasukkanku dalam barisan mereka yang menang pada bulan Ramadan ini. Jangan-jangan masih banyak shaum yang sum'ah, masih samar setiap gerakku yang ikhlas. Rasa takut pun menghujam. Takut menjadi bagian yang merugi, hingga separuh bulan berlalu. Akankah selama ini sudah kususun tangga menuju ampunan itu? Atau hanya berisi kelalaian.
Cinta. Ramadan memang menjanjikan ampunan yang notabene kita butuhkan. Tapi, salat, puasa, tarawih, dan sedakah bukan hanga mengejar itu. Melainkan mengejar cinta-Nya yang tidak bertepi.
Ust. Muhammad Nuzul Dzkri pun menyampaikan, orang yang terinspirasi hadis ini memancarkan cinta yang teramat. Bahwa bahagianya justru saat menahan lapar dan dahaga. Bahwa sedihnya justru saat jam tiba-tiba mengantar azan magrib.