Beberapa hari lalu Kita dikejutkan oleh pemberitaan dari sebuah PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di suatu daerah tentang ospek. Kabar berita tersebut viral dan menjadi trending dalam beberapa media sosial. Bahkan banyak sekali calon-calon mahasiswa tersebut yang menjadi korban dalam masa program ospek.Â
Pemberitaan tersebut lahir dalam banyak judul, diantara intinya ialah para calon mahasiswa baru yang jatuh sakit, drop dan kelelahan akibat perlakuan dalam proses ospek tersebut dari para senior. Mulai dari dijemur yang konon katanya sampai berjam-jam.
Pihak kemahasiswaan dan Rektor pun sampai menegur dan melakukan investigasi. Beberapa orang tua juga mengeluhkan para anak-anaknya yang dikatakan mendapatkan perlakuan tak manusiawi tersebut.Â
Proses yang kurang tepat bagi calon mahasiswa tersebut menjadi atensi publik dan para netizen di Indonesia. Lalu setelah ini semua masihkah penting ospek bagi setiap mahasiswa? setidaknya sudah banyak kasus dan ini bukan yang pertama.
Beberapa poin terkait ospek yang dimana bisa menggugah kesadaran Kita pun sebenarnya ada. Baiklah, ospek adalah masa orientasi dan pengenalan kepada dunia kampus.Â
Jika ospek tak perlu dihapus, maka setidaknya kegiatan ospek yang seperti itu haruslah diganti saja bukan? jika sampai ada korban dan seseorang yang sampai trauma mental serta mengalami masalah kesehatan? evaluasi haruslah dilakukan dalam dunia pendidikan.
Poin pertama, apakah kejadian menjemur para mahasiswa berjam-jam itu lekat dengan edukasi? karena sejatinya ospek mengandung pemahaman dunia kampus, memahami lingkungan, menambah wawasan, adaptasi, persaudaraan dan kesadaran.Â
Lalu apakah ada kaitannya dengan dijemur serta penyiksaan fisik? semua ini bisa terjawab pada nalar Kita dalam mencermati arti ospek. Pendidikan harus dijauhkan dari sesuatu yang tak mendidik.
Kedua, apakah memang harus seakan-akan dipermalukan dan terkesan menunjukkan senioritas? padahal untuk dihormati tak harus menyuruh Mereka semua untuk berdandan atau berpenampilan aneh.Â
Padahal dengan perlakuan seperti itu tak menjadi kemungkinan akan berujung lingkaran pelampiasan ospek generasi berikutnya yang lebih parah. Penghormatan dan saling hormat lahir dari perlakuan masing-masing yang berbudi luhur bukan?
Ketiga, Mengapa hanya cenderung menonjolkan fisik? padahal ini bukan sekolah atau angkatan fisik? bukankah pengetahuan dan ilmu itu yang lebih diutamakan.
Padahal sejak pertama mendaftar, ribuan mahasiswa dan mahasiswi berlatar belakang kesehatan yang berbeda. Lain cerita jika kepada angkatan dan pelatihan fisik yang dimana harus ditonjolkan bekal fisik yang mumpuni diatas rata-rata bukan? ingat, ini cuma kampus dan sekolah! bukan akademi perpeloncoan.
Sebenarnya akar masalahnya ialah tak ada keterkaitan antara ospek saat ini dengan ospek secara harfiah. Kita belum menemukan kaitannya dan inilah yang membuat bingung dan memunculkan kemarahan publik.Â
Apakah ospek adalah hanya ajang pamer dan senioritas? padahal senioritas cenderung istilah yang negatif. Lalu apa yang didapat? jika sudah begini bagaimana? pertanyaan terakhir, masih pentingkah ospek? entahlah, jika monitoring dari semua pihak pendidikan masih begini-begini saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI