orang bahkan hampir semua orang menyukai jenis makanan yang satu ini. Ya memang begitu bukan? Dari anak anak bocah kecil sampai yang tua pun menyukainya.
Siapa yang tak suka es krim? Tentu semuaPendapat orang bermacam-macam. Suka karena rasanya, suka karena tingkat kemanisannya dan apapun itu. Semua lahir dari merasakan dan mencoba. Itu bisa disebut dengan opini rata-rata banyak orang yang kemudian menjadi opini mayoritas.
Tapi yang tak menyukainya? Ya, ada! Walaupun jumlahnya kecil. Karena sebagian besar menyukainya, jadi kesimpulannya memang Es krim itu enak. Tidak ada yang salah, namun jika tidak suka? Tak masalah juga.
Walaupun kedengarannya aneh namun memang sah sah saja bukan? Walaupun jika mengucapkan opini tentang itu terasa aneh karena kontradiktif dengan banyak orang? Padahal itu pendapat kan? Mengapa aneh? Karena ya memang diperdengarkan di masyarakat yang menyukai Es krim. Itu saja! Hanya sesederhana itu kok.
Padahal mereka juga punya alasan kuat dibalik rasa enak Es krim. Misalnya mereka lebih memilih permen atau masalah kesehatan yang mereka canangkan.
Jika opini dikeluarkan kepada semua orang yang tak menyukai? Menjadi normal bukan? Unpopular opinion namanya, ya! Memang terasa aneh dan di cap sebagaimana sok paling berbeda ataupun subjektif. Â Tapi nyatanya tak begitu.
Karena memang kita terlalu memandang opini dan selera lebih kepada kuantitas kebanyakan orang. Padahal tak ada di dunia ini yang 100 persen setuju dan sama mutlak. Absolut juga bisa dipatahkan dalam segi opini.
Nyatanya memang kita terlalu banyak bercermin kepada banyak orang saja. Namun populasi tak bisa dipandang secara kebanyakan. Opini dari populasi yang minoritas pun boleh berdasar.
Tak perlu malu jika berbeda atau kontra dengan kebanyakan. Karena memang opini tak bisa direkayasa. Banyak orang yang takut berbeda dan katanya berbeda itu sih aneh dan berbahaya.
Mengapa takut dengan perbedaan opini? Padahal manusia juga tak mungkin sama 100 persen. Semua warna diciptakan tak hanya satu. Semua selera juga berbeda dan jangan membohongi diri dengan melawan opini yang kita punya.
Unpopular opinion juga mungkin terasa tak bisa banyak diterima karena pada dasarnya kita terlalu dimanjakan dengan stigma dan label bahwa semua harus  mengikuti tradisi yang terbanyak. Semua juga di labeli sebuah kelaziman jika mengikuti yang terbanyak. Padahal ini pun hanya label dari mereka juga.
Jadi buat apa takut beropini? Opini boleh saja bertabrakan asal memiliki landasan dan mempertanggungjawabkan. Opini hanya tak boleh menabrak pada diri kita.Â
Karena beropini bukanlah untuk seorang yang penakut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H