Memasak adalah kegiatan yang identik dengan wanita. Setiap pria pasti pernah membahas hal yang klasik dan memang cukup penting dikalangan masyarakat khususnya pembahasan sehari-hari. Jika dilihat dari judulnya, sudah pasti pernah melihat, mendengar atau mengalaminya. Berbagai macam ucapan dan tanggapan para pria pun beragam, Mereka bilang,
 "Kamu bisa masak? kan perempuan harusnya bisa"
"Biar gak jajan dan lebih higienis kan buat keluarga Kamu"
"Gapapa kok gak bisa masak, Aku mencari istri bukan juru masak"
"Oh gapapa kok, kan bisa pesen makanan aja"
"Kamu masak sebisanya aja, sesekali Kita makan diluar"
"Kamu ga bisa masak? gapapa yuk Kita belajar masak bareng"
"Kamu ga bisa masak? Aku aja yang masak"
Begitu banyak tanggapan dari pria yang mendengar jawaban atau pengakuan bahwa pasangannya, si Wanita tidak memiliki keahlian memasak atau bahkan sama sekali tidak tahu.Â
Jawaban-jawaban di atas mewakili kepribadian masing-masing pria. Tapi yang menjadi masalahnya, apakah si Pria bisa konsisten dengan jawaban-jawaban di atas? misalnya, jika si Pria yang tidak mempermasalahkan soal kemampuan memasak, apakah Ia akan tidak mempermasalahkan itu? Entahlah.
Disaat si Pria sedang lapar dan lelah atau membutuhkan romantisme dari buah tangan istrinya di dapur, apa yang Ia rasakan jika Wanitanya tidak bisa atau tak kenal cara memasak? jika masih sayang maka sungguh luar biasa. Namun, terkadang sindiran-sindiran keluar begitu saja karena mendesaknya situasi.
Disaat si Pria yang menjunjung tinggi kemampuan wanita yang bisa memasak, pria tersebut juga harus mempunyai rasa apresiasi yang tinggi. Karena, bisa memasak pun kadang belum tentu memanjakan selera si pemakan. Disinilah usaha akan terlihat ujungnya, antara dihargai atau diremehkan.
Itulah untuk si Pria, bagaimana untuk si wanita? Jika seorang wanita menegaskan tidak bisa memasak. Apakah mungkin selamanya? memasak itu persembahan terbaik melalui kreasi tangan. Bukan hanya soal skill ataupun kewajiban. Melihat berbagai macam bahan dan dapur yang kosong apakah bisa menahannya? hasrat menyajikan yang terbaik pasti akan mendorong tiap wanita.
Tidak bisa memasak pun jangan dianggap sebagai kekurangan. Bukan tidak bisa, namun belum bisa dan mencoba. Percayalah bahwa insting seorang wanita akan kepedulian terhadap pasangan atau keluarga kecilnya akan muncul demi mempersembahkan sesuatu diatas meja makan.
Jika hasil dan rasanya buruk, katakan pujian dahulu lalu solusi. Karena jika pujian saja, masakannya tidak akan berubah. Kritik berwujud solusi adalah hal terbaik baginya. Katakan dengan ajakan berkreasi bersama. Ia akan merasa dianggap berharga dan dihargai.
Perdebatan ini sifatnya klasik, namun penting. Bukan masalah dari stigma, namun apakah pasangan dan anak-anaknya tidak boleh mencicipi kreasi dari si Ibu? dan apakah si Ibu tidak akan memberikan persembahan dari kreasinya kepada orang yang dicintainya sepanjang hidupnya? setidaknya wanita lebih lekat dan dekat emosinya dengan kreasi makanan walaupun Pria juga banyak yang bisa memasak.
Para Pria juga tidak meminta setiap hari atau setiap waktu disajikan makanan. Tetapi ingat, ada momen-momen dimana makan bersama di rumah menjadi sebuah momen indah dan manis. Tentunya semua pasangan mendambakan hal tersebut selain makan malam di restoran, venue ataupun cafe.
Mau tidak mau juga memasak kadang menjadi kriteria. Sesibuk apapun wanita karir atau wanita yang belum bisa memasak pastinya ingin terlihat 'seksi' dengan kitchen set, celemek, peralatan memasak dan pemanggang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H