Karena memang basis fans akan selalu ada dan selalu memberikan support. Sementara di sisi lain kelompok kontra akan terus ada pula dan membuat spekulasi seseorang menjadi abu-abu.Â
Lalu apakah cancel culture itu diaplikasikan sebagai pelajaran atau sanksi yang kadang kelewat batas? menjadikannya pelajaran harus dari sudut pandang si publik figur bahwa semua ada resikonya dan hidup itu dinamis yakni ada yang mendukung namun ada yang berusaha menjatuhkan.Â
Tetapi dari sisi netizen haruslah disikapi bijak karena makna cancel culture itu cenderung dilakukan atas dasar bullying dan ikut-ikutan semata.Â
Doxing alias mengungkap identitas dengan berlebihan, call out alias membahas kesalahan atau dosa masa lalu, hate speech, SARA dan menyeret keluarga itu pun sudah banyak contohnya.
Tidak perlu jawaban untuk menentukan apakah cancel culture itu baik atau tidak, semua orang hanya perlu melihat fakta langsungnya dan bersikap menentukan apakah cancel culture ini layak atau tidak. Di mana ada lapisan sosial masyarakat, disitulah ada sanksi sosial karena sejatinya manusia hidup dengan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H