Mohon tunggu...
Ahmad Ridwan Nugraha
Ahmad Ridwan Nugraha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ikut kompasiana sekadar mengamati saja. Tentang saya silakan dilihat di laman berikut: http://jp.linkedin.com/in/artnugraha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Unta

22 September 2011   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pekan di Masjid Sendai ada kajian tafsir surah-surah pendek. Salah satu yang paling berkesan adalah pembahasan tafsir Al-Ghasiyah ayat 17-26. Seperti biasa, rujukan yang kami gunakan adalah ringkasan tafsir Ibnu Katsir. Namun dikarenakan banyak brothers dari Timur Tengah yang bercerita macam-macam, akhirnya bagian yang menarik hati saya adalah tafsir tentang unta (ayat 17) dan lanjutannya hingga ayat 20.

[ayat 17] Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana unta itu diciptakan?

Unta memang tampak seperti hewan remeh temeh, tampangnya imut-imut lucu menggemaskan. Namun di balik muka lucunya itu unta menyimpan banyak sekali keistimewaan. (http://flex.phys.tohoku.ac.jp/~nugraha/islamic/unta.jpg) Kata unta: Aku cakep kan? Di antara beberapa keistimewaan unta adalah:

  • Unta mampu bertahan tanpa makan dan minum berminggu-minggu di tengah teriknya padang pasir. Pada perang Tabuk, ketika para sahabat harus melewati sebuah gurun untuk waktu yang lama, mereka memanfaatkan unta sebagai cadangan makanan dan minuman sekaligus. Unta punya kantong air cadangan yang tidak digunakannya kecuali keadaan mendesak. Kalau bagian itu disembelih, air yang keluar masih tetap segar seperti saat awal unta meminumnya. Daging untanya tidak perlu ditanya lagi sudah tentu sangat lezat.
  • Banyak yang tidak tahu kalau unta adalah salah satu hewan paling perasa. Kalau seseorang yang hendak menungganginya tidak berkelakuan baik, maka sang unta tidak mau ditunggangi dan cenderung malah agresif ingin menyerang si penunggang. Tapi sekalinya kita bersikap baik, maka akan mudah untuk mendapatkan hatinya sang unta (bukan hati organ pencernaan lho ya).
  • Kaki unta sangatlah lembut. Sebagai contoh ekstrem, jika kita menaruh telur di bawah kakinya, seberat apapun si unta menginjak telur itu tidak akan pecah-pecah.
  • Tidak ada predator utama untuk unta karena tidak ada lagi hewan sekuat dia di padang pasir. Harimau, singa, atau cheetah sekalipun mungkin sudah keburu mati kalau harus adu ketahanan hidup di tengah panasnya terik matahari. Untuk beberapa daerah gurun di Afrika memang unta mudah dimangsa oleh mereka kucing-kucing nakal itu, tapi tidak banyak.
  • Dalam budaya Arab, unta ini memegang peranan sejarah yang sangat penting, sehingga ada sekitar 160 kata untuk "unta", beda dengan bahasa kita yang mungkin cuma 1 saja: unta/onta (ada yang lain?)

Nah, salah satu maksud unta disebutkan di ayat 17 surah Al-Ghasiyah ini adalah sebagai contoh yang mudah dipahami tentang begitu istimewanya ciptaan Allah. Yang menarik dan menjadi pengetahuan baru buat saya dari kajian tafsir ini adalah kaitan unta dengan ayat selanjutnya.

[ayat 18] Dan langit, bagaimana ditinggikan?[ayat 19] Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? [ayat 20] Dan bumi, bagaimana dihamparkan?

Kalau seorang joki mau menunggangi unta, pertama kali dia duduk dan sang unta mau berdiri itu secara alami sebenarnya si joki bakal menghadap ke arah langit, maka diperintahkanlah untuk merenungi penciptaan langit. Kemudian pada saat unta berjalan, si joki bakal melihat sekeliling gurun pasir ada banyak gunung, maka diperintahkanlah untuk merenungi penciptaan gunung. Demikian pula ketika unta berhenti dan akan duduk lagi, secara alami si joki bakal mengikuti unta untuk menghadap ke arah tanah, maka diperintahkanlah untuk merenungi penciptaan bumi yang terhampar. Subhanallah... Memang tidak ada lagi kalimat yang seindah dan sedalam makna Al-Quran firman Allah Ta'ala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun