Mohon tunggu...
Rahel Putri Pamungkas
Rahel Putri Pamungkas Mohon Tunggu... -

Urban and Regional Planning ITS 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemanfaatan Potensi Banyuwangi: Sudah Optimal kah?

1 Desember 2015   23:51 Diperbarui: 2 Desember 2015   00:42 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan luas wilayah sekitar 5.782,50 km² Kabupaten Banyuwangi ditenggarai sebagai kabupaten yang kaya dan unik. Kenapa unik? Karena di satu sisi Banyuwangi terdiri atas dataran  tinggi  yang berupa daerah pegunungan, dan di sisi lain Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta 10 buah pulau (sumber: BDA, 2012). Potensi geografis yang luar biasa bukan? Mungkin potensi geografis tersebut yang menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi yang beberapa tahun terakhir ini cukup prestatif.

Dikatakan bahwa mulai tahun 2010 sampai 2012 pertumbuhan ekonomi Banyuwangi meningkat dari 6,22% menjadi 7,27% jauh melampaui pertumbuhan nasional yang hanya sebesar 6,23% (sumber: www.lensaindonesia.com, 2013).  Akan tetapi pernahkah anda terpikir bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang berada jauh diatas pertumbuhan nasional tersebut, mayoritas berasal dari pemanfaatan potensi di berbagai sektor yang ada di Banyuwangi itu sendiri?

Banyuwangi memiliki segudang potensi yang layak untuk dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk sebesar 1.588.082 jiwa, Banyuwangi memiliki penduduk usia produktif sebesar 67,88 persen (BPS, 2014) yang merupakan salah satu faktor pendukung untuk mengembangkan potensi yang ada. Hal inilah yang disadari oleh Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas. Sebagai bagian integral pembangunan nasional, Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi besar di sektor pariwisata. Baik dalam hal potensi alam yang memiliki keanekaragaman juga kekayaan budaya yang unik dan menarik, kedua potensi tersebut mulai dikelola dan dimanfaatkan secara optimal oleh kabupaten Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sektor pariwisata memang menjadi salah satu fokus pembangunan di Banyuwangi.

Berbagai upaya untuk memajukan pariwisata daerah dilakukan demi menaikkan perekonomian daerah. “Banyuwangi menjadikan pariwisata sebagai bagian dari peningkatan ekonomi masyarakat, konsolidasi infrastruktur, dan penguatan budaya,” kata Anas (12/6/2015). Dalam mengembangkan pariwisata, Banyuwangi melakukan diferensiasi dengan memposisikan diri di konsep ecotourism yang menjadikan Banyuwangi meraih penghargaan EAROPH (Eastern Regoinal Organization for Planning and Human Settlement) (Antara Jatim, 2014) . Konsep ini menyajikan alam dan budaya yang apa adanya sebagaimana kekayaan alam yang dimiliki oleh Banyuwangi.

Hingga saat ini Banyuwangi menjadi salah satu daerah tujuan wisata dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan memberikan peluang lapangan kerja baru untuk masyarakatnya. Menggeliatnya sektor wisata ini berkontribusi pada meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat. Pendapatan per kapita naik tajam 70 persen dari Rp 14,97 juta per orang per tahun pada 2010 menjadi Rp 25,5 juta pada 2014 (BPS, 2014). Pendapatan per kapita Banyuwangi sudah melampaui sejumlah kabupaten lain di Jatim yang sebelumnya selalu di atas Banyuwangi.

Selain dari sektor pariwisata, pemerintah memanfaatkan potensi pertanian dan mineral dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk membangun pabriknya di Banyuwangi. Dengan berkembangnya pabrik, memberikan dampak penyerapan tenaga kerja secara besar-besaran. Contoh saja, dengan dibukanya pabrik semen Bosowa di Banyuwangi, jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2011 sebesar 3,4 persen turun menjadi 2 persen pada 2015 (Pendataan Program Perlindungan Sosial, 2015).  Yang terbaru, pabrik Gula Glenmore yang akan beroperasi pada Agustus 2016. Diharapkan pabrik ini akan menyerap sekitar 10 ribu pekerja baru dan sekitar 500 tenaga kerja ahli sehingga membuka lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja usia produktif yang ada di Banyuwangi (Bisnis Tempo, 2015).

Dari berbagai usaha pemerintah di atas, sadarkah kita bahwa pemerintah Banyuwangi telah menjalankan tugasnya (top down approach) secara giat  untuk memaksimalkan berbagai potensi yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Pengoptimalan potensi ini pun diimbangi oleh pemerintah Banyuwangi dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing melalu sektor pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Mulai dari program Banyuwangi Cerdas dan Banyuwangi Belajar, hingga peresmian Politeknik Negeri Banyuwangi dan UNAIR PDD Banyuwangi guna menyiapkan tenaga ahli yang berdaya saing. Program ini terbukti efektif menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banyuwangi dari tahun 2011 sampai 2014 dari 68,89 menjadi 71,44 (BPS, 2014) 2,54 di bawah IPM Jawa Timur.

 Dalam usaha pengoptimalan potensi-potensi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi ini, diharapakan masyarakat dan pemerintah terkait dapat bekerja sama dengan baik dalam waktu yang cukup panjang. Tidak cukup oleh usaha pemerintah, namun kita sebagai masyarakat harus peduli dalam hal ini, kontribusi dan inovasi harus dilakukan secara masif sehingga semua pihak dapat berperan dalam mengembangkan dan  mengoptimalkan potensi Banyuwangi dengan menjadi masyarakat yang produktif dan mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun