Ketika kecil, kita sering diajarkan bahwa sukses adalah memiliki rumah besar, mobil mewah, dan pekerjaan bergaji tinggi. Kita tumbuh dengan standar yang dirumuskan oleh masyarakat: semakin banyak yang kita miliki, semakin tinggi nilai kita. Namun, sebagai mahasiswa yang setiap hari dihadapkan dengan realitas dunia kerja, persaingan, dan tantangan hidup, saya mulai bertanya-tanya: benarkah itu tujuan akhir yang patut kita kejar?
Sukses yang Didefinisikan oleh Masyarakat
Konsep sukses yang dominan seringkali sempit dan materialistis. Kita dinilai dari pencapaian akademik, karier yang gemilang, atau kemampuan membeli barang-barang mahal. Pandangan ini diperkuat oleh media sosial yang mengagungkan gaya hidup serba wah. Tidak jarang, mahasiswa seperti saya merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi ini.
Namun, apakah sukses benar-benar sekadar angka di rekening atau jabatan dalam kartu nama? Jika kita mengejarnya tanpa mempertimbangkan kebahagiaan, kesehatan mental, dan nilai-nilai pribadi, apakah itu pantas disebut sukses?
Makna Sukses yang Lebih Luas
Sukses sejatinya bersifat subjektif. Bagi sebagian orang, sukses mungkin berarti memiliki karier yang hebat, tetapi bagi yang lain, itu bisa berarti menjalani hidup yang sederhana namun bermakna. Ada yang merasa sukses ketika bisa membantu orang lain, mendidik generasi penerus, atau sekadar menjalani hidup yang seimbang.
Sebagai mahasiswa, saya percaya bahwa kita harus mulai mendefinisikan ulang sukses sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Mungkin sukses adalah menjadi pribadi yang berintegritas, mampu menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman, atau berkontribusi pada komunitas kita.
Menggeser Paradigma Sukses
Mengapa kita tidak mulai menghargai proses, bukan hanya hasil akhir? Pendidikan, misalnya, seharusnya tidak semata-mata untuk mencari pekerjaan, tetapi juga untuk membangun karakter, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan memperluas wawasan.
Kita juga perlu belajar untuk tidak membandingkan diri kita dengan orang lain. Alih-alih berkompetisi, mari kita fokus pada perjalanan kita sendiri. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing, dan tidak ada satu ukuran sukses yang cocok untuk semua.
Kesimpulan
Konsep sukses yang sempit harus mulai kita ubah. Sebagai mahasiswa, kita punya tanggung jawab untuk memikirkan ulang apa yang benar-benar ingin kita kejar dalam hidup. Sukses tidak melulu tentang materi atau status sosial, tetapi tentang menjalani hidup yang selaras dengan nilai-nilai dan tujuan pribadi kita.
Jadi, saat kita mengejar impian, jangan lupa bertanya: Apakah ini benar-benar membuat saya bahagia? Apakah ini membawa kebaikan bagi saya dan orang lain? Sebab pada akhirnya, sukses yang sejati adalah hidup yang penuh makna dan kebahagiaan, bukan sekadar pengakuan dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H