Standar kecantikan yang mengaitkan kecantikan dengan warna kulit putih telah lama menjadi topik yang kontroversial dan menimbulkan perdebatan. Hal ini mencerminkan bias dan stereotip yang ada dalam masyarakat terkait definisi kecantikan.
Penting untuk diingat bahwa kecantikan seharusnya tidak terbatas pada warna kulit. Kecantikan sejati berasal dari beragam bentuk, warna, dan ukuran tubuh. Setiap individu memiliki keunikan dan kecantikan yang berbeda-beda
Â
Memahami dan merayakan keberagaman dalam kecantikan adalah langkah penting menuju penerimaan diri yang sehat dan menghargai keberagaman dalam masyarakat. Semua orang, tanpa memandang warna kulit, memiliki nilai dan kecantikan yang unik.
Pemahaman masyarakat Indonesia yang masih mengaitkan kecantikan dengan warna kulit putih dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor budaya, sejarah, media, dan sosial. Beberapa faktor yang mungkin memengaruhi pandangan ini antara lain:
1. Pengaruh Sejarah Kolonial
Indonesia memiliki sejarah kolonialisme yang memengaruhi pandangan terhadap kecantikan. Selama masa penjajahan, kulit putih sering dianggap superior dan menjadi standar kecantikan karena dianggap melambangkan kedudukan sosial yang tinggi.
2. Media dan Periklanan
Media, iklan, dan industri kecantikan sering memperkuat citra kecantikan dengan warna kulit putih sebagai standar. Hal ini dapat menciptakan persepsi yang salah bahwa kecantikan hanya terkait dengan warna kulit tertentu.
3. Pengaruh Budaya Populer