Faktor yang paling umum biasanya ialah pada pemerosesan fonologi karena adanya ketidakstabilan dalam biokimia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sulit membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik. Kesulitan belajar seperti disleksia ini, bisa ditangani menggunakan metode pengajaran yang baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan anak. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan metode fonik (bunyi) yang dapat diterapkan setiap kali proses pembelajaran (Ariyanti, 2022).
Metode fonik menekankan pada pengenalan kata, melalui proses mendengarkan bunyi huruf dengan cara mengenalkan huruf-huruf, kemudian disintesiskan ke dalam suku kata. Metode fonik atau bunyi memanfaatkan kemampuan auditori dan visual anak, yaitu dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyinya. Seperti huruf B dibunyikan eb, dan huruf C dibunyikan ec. Beberapa tahapan dalam metode fonik diantaranya, yaitu menyimak, berbicara, menulis dengan mengkoordinasikan mata dengan tangan dan membaca dimana anak disleksia belajar berbahasa dari tatanan bahasa yang paling kecil sampai tingkat yang paling rumit (Andamari & Amalia, 2017).
Disleksia adalah gangguan dalam kemampuan berbahasa, terutama membaca, dan dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami huruf dan membaca kata. Gejala disleksia meliputi kesulitan menulis, kesalahan penulisan terbalik, dan kesulitan mengingat urutan informasi. Disleksia dapat disebabkan oleh faktor biologis, kognitif, dan perilaku. Metode pengajaran seperti metode fonik dapat membantu anak-anak dengan disleksia dalam mengatasi kesulitan membaca, dengan menekankan pengenalan huruf melalui bunyi dan penggunaan koordinasi visual-auditif dalam pembelajaran.