Pada usia 5-6 tahun anak mulai menyadari bunyi-bunyi huruf dan belajar mengenali sebagian besar huruf-huruf alfabet melalui berbagai cara dan metode. Berdasarkan hal ini, dengan dasar dan fondasi yang kuat anak akan terbantu mengembangkan kemampuan membacanya. Kemampuan dasar ini dapat digunakan untuk bertahan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Selain itu, pada usia ini, anak mampu mengingat cara membaca satu kata hanya dari huruf awal dan akhirnya. Sementara, usia 6-7 tahun, anak yang telah duduk di kelas I dan II Sekolah Dasar sudah mulai mengenal cara mengeja. Namun, fakta di lapangan, tidak semua anak mampu menguasai kemampuan membaca. Hal ini dikarenakan beberapa dari mereka mengalami suatu gejala kesulitan belajar yaitu salah satunya seperti berkesulitan belajar membaca (disleksia) (Ariyanti, 2022).
Secara sederhana disleksia merupakan gangguan dalam kemampuan berbahasa, terutama membaca. Disleksia adalah gangguan neurobiologis yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, mengeja, dan memahami teks. Gangguan ini bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan atau keinginan belajar, melainkan merupakan masalah pada cara otak memproses informasi tertulis. Disleksia dapat terjadi pada anak-anak dan berlanjut hingga masa dewasa. Hal ini menyebabkan anak disleksia memiliki kesulitan tersendiri saat membaca sebuah kalimat, dikarenakan kesulitan dalam memahami huruf dan sulit membedakannya. Dengan begitu, dapat menimbulkan kesulitan dalam berlajar bagi seorang anak (Haifa et al., 2020). Pendapat Susanto, menyatakan bahwa disleksia sendiri menduduki peringkat tertinggi di antara kesulitan belajar lainnya, dengan prosentase 80% dari jumlah anak kesulitan belajar dan lebih dari 50 % anak-anak akan beresiko kesulitan belajar membaca (A'yun & Latipah, 2022).
Gejala dari disleksia adalah ketika anak yang memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan yang seharusnya, dilihat dari tingkat intelegensi, usia dan pendidikan. Keadaan seperti ini, dikarenakan keterbatasan otak mengolah serta memproses informasi, yang mengakibatkan anak mengalami kesalahan pada proses kognitif ketika menerima informasi saat membaca buku atau tulisan. Gejala umum yang biasa ditunjukkan ialah kesulitan dalam mengurutkan dan mengucapkan sesuatu dalam kata-kata, misalnya urutan angka, menamai warna-warna atau benda. Gejala lain yang mungkin timbul adalah kurangnya memori untuk mengingat urutan informasi secara lisan dalam waktu singkat, serta kesulitan memeroses informasi lisan, misalnya mencatat nomor telepon atau didikte. Masalah ini timbul karena anak tidak mendapatkan pendidikan bahasa yang baik sejak awal sehingga untuk sekedar mengenal huruf anak masih belum mampu. (Ariyanti, 2022).
Â
Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum disleksia pada anak:
Â
1. Kesulitan Membaca
Anak dengan disleksia sering mengalami kesulitan dalam membaca kata-kata dengan lancar, mengenali kata-kata secara cepat, dan memahami teks yang dibaca. Mereka mungkin membutuhkan waktu lebih lama dan usaha ekstra untuk membaca dengan benar.
2. Kesulitan Mengeja
Anak dengan disleksia juga sering mengalami kesulitan dalam mengeja kata-kata dengan benar. Mereka mungkin sering salah mengeja kata, menggantikan huruf, atau mengubah urutan huruf dalam kata.
3. Kesulitan Memahami Konsep Abstrak
Selain masalah membaca dan mengeja, anak dengan disleksia juga dapat mengalami kesulitan dalam memahami konsep abstrak, mengikuti instruksi tertulis, atau mengingat informasi yang dibaca.