Bullying masih menjadi salah satu tindakan yang masih dilakukan hingga sekarang. Tak jarang pelaku dari bullying sendiri membuat korban melakukan penghilangan nyawa karena merasa tidak bisa melawan pelaku bullying itu sendiri, bahkan tak segan pelaku merekam aksinya itu dan mengunggahnya di media sosial.Â
Menurut Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) penyebab adanya bullying dikarenakan : ketidak sengajaan, kesengajaan, maupun mengenai perbedaan kekuasaan. Salah satu faktor utama perbedaan kekuasaan sehingga pelaku Bullying biasanya berstatus sosial lebih kuat, ataupun lebih tinggi dibanding korban yang memiliki status penyandang disabilitas dan berpenghasilan rendah.Â
Menurut data pada tahun 2023 dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus perundungan anak sudah mencapai 3.800 kasus perundungan. Kasus Perundungan (bullying) setiap tahun mengalami peningkatan yang menyebabkan banyak juga korban merasa tertekan secara batin ataupun tidak segan mengakhiri dirinya sendiri. Salah satu dampak dari bullying sendiri juga bisa melalui perilaku orang tua. Karena kurangnya perhatian orang tua pada anaknya juga menjadi salah satu dampak dari adanya bullying. Sikap orang tua yang acuh ketika anaknya bercerita ataupun menjadikan sebagai hal yang normal.Â
Pelaku perundungan (bullying) bahkan ada yang di usia 5 tahun sudah merundung temannya sendiri dengan menghina secara verbal ataupun nonverbal bahkan juga melakukan kekerasan secara fisik. Maka dari itu orang tua juga harus memperhatikan anaknya sehingga korban bullying semakin tahun menurun bukan malah meningkat.Â
Pentingnya Peran KeluargaÂ
Penanaman moral dan akhlak dalam keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah adanya perundungan. Karena jika seorang anak memiliki nilai moral dan akhlak yang baik, doa tidak akan ada waktu untuk merundung ataupun menjelek-jelekkan seseorang yang dia kenal ataupun tidak dikenalnya. Bahkan aksi perundungan (bullying) bisa terjadi jika orang tua tidak fokus dalam mengontrol aktivitas anaknya, salah satu melalui media sosial. Seiring berkembangnya zaman banyak postingan yang ada di media sosial beragam termasuk video mengenai bullying. Maka dari itu sebagai orang tua pentingnya selalu mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh anak.Â
Menurut Sri Untari Politikus asal fraksi PDI Perjuangan itu pun meminta keluarga menanamkan akhlak yang baik. Sebab, percuma di sekolah dilakukan pencegahan perundungan jika di rumah justru terjadi. "Dia akan tahu bahwa mengejek itu bagian dari sesuatu yang tidak baik, maka tidak mau kalau mengejek. Tanamkan itu pada jiwanya anak-anak. Tetapi mulai dulu dari orang tuanya, di sekolahnya diajari tapi di rumahnya orang tuanya kalau bicara begitu, ya sama saja," katanya.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan orang tau maupun keluarga agar aksi perundungan setiap tahun ataupun setiap hari berkurang :
1. Dengan mengajarkan pada anak dampak dan bahaya dari aksi Bullying
- Dengan mengajarkan dan memberi pemahaman secara perlahan mengenai bahayanya tindakan bullying, harus mencari lingkungan pertemanan yang sehat supaya tidak mudah terkontaminasi oleh hal-hal yang buruk. . Mengingatkan bahwa tindakan bullying termasuk salah satu tindakan yang mendatangkan konsekuensi huku
2. Mengawasi anak dalam penggunaan teknologiÂ
- Karena semakin berkembangnya zaman, teknologi juga semakin berkembang pesat. Peranan orang tua dalam penggunaan teknologi sangat penting, karena dunia media sosial dapat merusak otak anak secara perlahan atau bahkan merubah sikap tingkah laku ataupun adab dan etika jika salah dalam penggunaan. Maka dari itu penggunaan laptop, handphone, tablet, ataupun PC diberikan ketika anak umur sudah cukup dewasa, berguna untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan.
3. Bangun suasana rumah yang membuat anak betah di rumah
- Buatlah rumah menjadi salah satu tempat ternyaman ketika anak pulang, karena rumahlah yang bisa membuat seorang anak kembali pulang dan diterima apa adanya. Maka dari itu peran orang tua sebagai seorang teman sangatlah penting, sehingga membuat anak betah tinggal di dalam rumah. Jadi selain sebagai orang tua, bisa juga sebagai teman bercerita.Â
4. Bangun percaya diri anak agar bisa mengeksplor lebih yang ada di dunia
- Salah satu faktor anak kurang percaya diri karena kurangnya dukungan dari kedua orang tua ataupun lingkungan sekitar, sehingga ketika ia ingin mengekspor lebih ia masih merasa kurang percaya bahwa dia mampu dan bisa melakukannya. Buatlah anak nyaman dengan dirinya sendiri dan percaya bahwa dia bisa melakukan semua hal sendiri. Sediakan waktu kepada anak agar bisa bercerita mengenai hal-hal baru saja ditemukan/belum sempat diceritakannya.Â
5. Berkoordinasi dengan sekolah/kampus dan jadikan sekolah/kampus menjadi rumah kedua
- Buatlah tempat pendidikan anak sebagai rumah dan buat mereka percaya bahwa jika terjadi suatu tindakan perundungan mereka berani untuk mengungkapkan dan melaporkan kepada guru/dosen tempat anak bersekolah/berkuliah. Agar jika terjadi hal yang tidak diinginkan seperti perundungan (bullying) sekolah/kampus bisa segera menindaklanjuti dan membahas kasus secara mendalam, agar segera ditemukan solusi yang pasti  dalam kasus tersebut.Â
Jadi, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan dalam kasus kasus seperti ini, karena dukungan, perhatian, ataupun bantuan sekecil apapun yang dilakukan oleh orang tua sudah cukup membantu seorang dalam meneruskan masa hidupnya. Perhatian, dukungan, dan bantuan membuat anak lebih bersemangat lagi dalam menjalani hidup dan juga merasa ada orang yang mau untuk terus mendengarkan cerita setiap saat setiap waktu. Peran keluarga sangat penting agar seorang anak tidak berfikir ataupun memiliki keinginan untuk merundung (membully) seseorang ataupun sesamanya. Jagalah anak dengan baik.Â
Sumber artikel :
https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/komisi-e-dprd-jatim-nilai-bullying-bisa-dicegah-dari-rumah
https://www.tehsariwangi.com/artikel/peran-keluarga-untuk-menjauhkan-anak-anak-dari-bullying
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI